Arsenal & Arteta Sudah Tersesat?

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
7 Mei 2021 6:54 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pelatih Arsenal, Mikel Arteta. Foto: Catherine Ivill/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Arsenal, Mikel Arteta. Foto: Catherine Ivill/REUTERS
ADVERTISEMENT
Tadinya saya punya rencana begini: Mengunggah foto Arsenal dengan trofi juara Liga Europa di media sosial sambil membubuhkan caption "Raja Eropa".
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, melihat hasil pertandingan pada Jumat (7/5), saya jadi ciut gara-gara Arsenal gagal comeback kontra Villarreal di leg kedua semifinal Liga Europa 2020/21.
The Gunners cuma bermain imbang 0-0 dalam laga yang dihelat di Stadion Emirates itu. Dengan begitu, Villarreal yang pada laga semifinal leg pertama menang 2-1 di El Madrigal berhak ke final.
Well, pada akhirnya, saya tidak punya dendam pada Unai Emery. Saya mendoakan yang terbaik untuknya dan segenap kru "Kapal Selam Kuning" agar bisa merobohkan "Setan yang Berdiri Mengangkang" dalam laga final Liga Europa di Polandia nanti.
Pertandingan Liga Europa Leg Kedua Semifinal antara Arsenal melawan Villarreal di Stadion Emirates, London, Inggris (6/5). Foto: Reuters/Hannah McKay
Tidak enak rasanya buat saya menulis berita negatif tentang Arsenal dan kabar positif soal Manchester United (MU) pada hari yang sama. Namun, sebagai jurnalis, saya harus tetap profesional. Insyaallah, saya sudah melakukan tugas sebaik-baiknya sejak subuh hari tadi.
ADVERTISEMENT
Adapun, tulisan ini adalah curhatan pribadi, curahan hati seorang fan Arsenal. Ya, karena ini ditulis memakai akun pribadi saya di kumparan, sehingga saya harap kalian semua tak salah paham.
Dari sekian banyak komentar tentang Arsenal yang saya pantau sejak waktu sahur tadi, ada satu yang paling menggelitik saya. Ini keluar dari Matt Upson, mantan pemain Timnas Inggris, kepada BBC Radio 5 Live.
"Kita bisa berbicara soal menjadi Mikel Arteta yang dikalahkan Unai Emery, tetapi saya tak berpikir Villarreal harus melakukan banyak hal dan inilah masalahnya. Mereka menunggu, bertahan dengan baik, dan melakukan dasar-dasarnya dengan baik," tuturnya yang juga dilansir situs web BBC.
"Arsenal tidak pernah mengganti persneling, mereka tidak mampu meningkatkan level mereka untuk pertandingan ini. Itu adalah penampilan Arsenal yang khas saat ini."
ADVERTISEMENT
"Manajer memiliki ide bagus tentang bagaimana dia ingin melatih dan bagaimana dia ingin bermain, tetapi tidak ada yang penting jika Anda tidak memiliki aplikasi, karakter, komitmen, dan tanggung jawab di lapangan."
"Tidak mudah untuk membuatnya. Banyak perekrutan, tetapi banyak yang bisa saling ketergantungan dan mendapatkan reaksi dari para pemain. Tampaknya menuju ke arah yang salah untuk Mikel Arteta," tandasnya.
Manajer Arsenal, Mikel Arteta. Foto: Pool via REUTERS/Jason Cairnduff
Bila Arsenal adalah sebuah bus, Arteta adalah sopirnya. Jadi, apakah Arsenal dan Arteta kini sudah berada di jalan yang sesat?
Faktanya, Arsenal jelas tidak akan mendapat trofi juara apa pun di musim 2020/21. Bernd Leno dan kolega kini tertahan di urutan sembilan klasemen sementara Liga Inggris dengan raihan 49 poin dan empat laga tersisa.
ADVERTISEMENT
Seusai Arsenal tersingkir dari Liga Europa, tagar #ArtetaOut kembali menguat di media sosial. Jadi kalau sudah sesat jalan, inikah saat yang tepat bagi Arsenal untuk mengganti sopir?
Hmm... Kalau kata saya, sih, nanti dulu. Entahlah, saya masih percaya pada sosok pelatih yang berhasil mempersembahkan dua gelar (Piala FA & Community Shield) untuk Arsenal saat belum genap setahun menjabat.
Barangkali bijak rasanya jika memberi Arteta waktu satu musim lagi. Atau, ya, enam bulan, deh. Jika setelah dimulainya musim baru dan kita melihat Arsenal asuhan Arteta terbenam di urutan 10 Liga Inggris pada akhir Desember 2021, silakan pecat pelatih asal Spanyol itu.
Pertandingan Liga Europa Leg Kedua Semifinal antara Arsenal melawan Villarreal di Stadion Emirates, London, Inggris (6/5). Foto: Reuters/Hannah McKay
Mikel Arteta barangkali kaget, seperti halnya Frank Lampard di Chelsea atau Ole Gunnar Solskjaer saat awal-awal membesut MU. Memangnya gampang melatih tim dengan reputasi seperti Arsenal yang biasa berkompetisi di Liga Inggris dan Eropa?
ADVERTISEMENT
Arteta mewarisi sifat perfeksionis gurunya di Man City, Pep Guardiola. Ketika kemudian melatih Arsenal, ia jelas tidak bisa meng-copy-paste-kan filosofi Guardiola mentah-mentah.
Ada banyak faktor, terutama karena Arsenal tidak dihuni oleh pemain-pemain yang kelasnya sehebat para penggawa Man City. Jadi, Arteta harus putar otak terkait taktik. Belum lagi, ia harus berurusan dengan sejumlah pemain yang mbandel.
Jadi, apakah Arteta dan Arsenal telah sesat jalan? Buat saya itu kurang tepat. Yang benar, jalan yang benar itu memang belum ketemu saja.
Jika dibilang salah belok, ya oke Arsenal ada salah belok. Namun saya percaya, masih ada harapan bagi Arteta menemukan jalan tikus untuk keluar dari jalan sesat menuju jalan besar dan benar. Dari sana, ia akan memimpin Arsenal ke destinasi sebenarnya: Menjadi tim yang disegani lagi.
ADVERTISEMENT