Corona dan Oase Solidaritas 'Saung Berbagi' di Bumi Pandeglang

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
5 Mei 2020 13:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi virus corona PTR Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi virus corona PTR Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Virus corona mungkin laiknya pinata yang mengandung berbagai macam isian. Ketika dipecahkan, segala macam permen, cokelat, dan mainan akan tumpah dan diperebutkan anak-anak.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, saat virus corona 'pecah' menjadi pandemi, suasananya tak menjadi penuh suka cita seperti itu, melainkan sebaliknya: Kaya duka sengsara.
Ini bukan cuma soal jumlah kasus positif corona atau jumlah kematian akibat COVID-19 yang begitu tinggi, tetapi juga masalah lain yang mengekor. Sektor ekonomi, psikologi, hingga politik terhantam oleh karena belum tersedianya vaksin.
Masalah yang disebut pertama terjadi akibat penerapan lockdown atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang membatasi ruang gerak masyarakat untuk mencari nafkah. Kalau tak ada pendapatan, bagaimana bisa membeli makanan?
Lockdown atau PSBB memaksa sejumlah perusahaan mem-PHK atau merumahkan karyawannya. Alhasil, mereka yang terbiasa mengadu nasib di kota besar mesti pulang kampung dengan tangan hampa dan kehilangan mata pencaharian.
Tukang ojek, tukang becak, dan para pekerja non-karyawan juga kena imbas corona. Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
Di Bangka Selatan, Haldis Jovian tak ubahnya dokter-dokter lain pada umumnya: Sibuk mengurusi kesehatan masyarakat di tengah pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Meski sibuk berjibaku dengan segala keruwetan di tanah rantau, Haldis tak lupa dengan tanah asalnya, Pandeglang, Banten. Setiap realita yang dilihatnya di depan mata, mau enggak mau, membuatnya jadi kepikiran dengan situasi di Pandeglang.
Apa boleh bikin? Keluarga hingga teman-temannya masih ada yang menetap di sana, sedangkan raganya jauh dari kampung halaman.
Provinsi Banten sempat menyatakan situasi KLB Corona. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Meski begitu, Haldis ogah tinggal diam. Dia mengontak teman kuliah saya, Ahmad Emil Mujamil, pria kelahiran Pandeglang yang sejak dulu punya jiwa sosial tinggi --meski kadang rada gesrek.
Singkat cerita, dua orang ini sepakat berkolaborasi, lalu mengontak teman-teman mereka yang tinggal di Pandeglang untuk ikut bergabung. Alhasil, lahirlah gerakan sosial bernama Saung Berbagi.
Anak-anak muda ini, total 12 relawan inti (belum termasuk Haldis, Emil, dan sukarelawan harian), mendirikan tenda di depan Deriz Music Studio, Kampung Maja Barat, Pandeglang.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini dimulai sejak tanggal 27 April 2020 (Hari ke-4 Ramadan 1441 H) dan rencananya hingga hari terakhir Ramadan. Mereka semua rela menyisihkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk bermanfaat bagi sesama.
"Memang bulan Ramadan ini momentum baik, tetapi kami inginnya ada terus, Kang. Kalau Allah Swt. izinkan, penginnya ada seterusnya," ujar Haldis pada saya.
Ilustrasi solidaritas. Foto: Pixabay/tunaolger
Mereka mungkin tidak bisa tarawih berjemaah atau iktikaf di masjid, tetapi semangat ibadah juga tak boleh padam. Jadi, mereka menjadikan momentum bulan suci sebagai ajang berbagi dan mencari keberkahan di tengah pandemi corona.
Saung Berbagi adalah wadah mereka membangun solidaritas dan mencari keberkahan serta pahala. Niatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk bergotong royong di tengah pandemi, menciptakan oase solidaritas saat wabah corona.
ADVERTISEMENT
Jadi, di tenda itu --atau yang mereka sebut Stasiun Utama-- tersedia makanan dan minuman siap konsumsi. Siapa pun boleh mengambilnya (secukupnya), gratis.
Kalau ada yang ingin menyumbang makanan juga bisa, tinggal taruh saja di situ. Selain itu, orang-orang juga bisa memanfaatkan jasa PROJEK (ojek online lokal Pandeglang) untuk mengantar makanan ke tenda itu, gratis.
Contoh menu makanan siap konsumsi. Foto: Instagram/@saungberbagi
Suasana Stasiun Utama Saung Berbagi. Foto: Instagram/@saungberbagi
Relawan Saung Berbagi menyiapkan minuman. Foto: Instagram/@saungberbagi
Kalau mau berdonasi dalam bentuk uang juga bisa. Nah, inilah keunikan dari gerakan Saung Berbagi.
Anak-anak muda Pandeglang ini bakal membelanjakan uang donasi dari kita itu untuk membeli makanan/minuman siap konsumsi di UMKM/warung-warung kecil warga. Kenapa harus UMKM/warung kecil?
Soalnya, penjualan mereka lesu gara-gara pandemi ini, bahkan banyak warung yang mesti nombak karena gagal tutup modal. Jadi, selain ingin menebas kelaparan di Pandeglang, Saung Berbagi juga ingin berkontribusi menggerakkan perekonomian rakyat.
ADVERTISEMENT
Stasiun Utama Saung Berbagi mulai beroperasi setiap hari sejak pukul 16:00 WIB sepanjang Ramadan 2020. Selain itu, ada juga Stasiun Mobile yang setiap harinya beroperasi nomaden dengan kendaraan di sekitaran Pandeglang.
"Kami juga memanggil pihak lain, baik individu, organisasi, atau komunitas untuk membuat stasiun makanan lain, bisa berafiliasi dengan kami ataupun perorangan, sehingga kebaikannya menular dan penerima manfaat juga lebih banyak," ujar Haldis.
Jangan salah sangka, tim Saung Berbagi juga mengimbau masyarakat untuk waspada selama masa pandemi ini. Ini berkaitan dengan keharusan memakai APD dan penerapan social distancing.
Para relawan yang bekerja juga senantiasa memakai masker saat beroperasi. Ya, selain berbagi, mereka juga berperan dalam mengedukasi karena masih banyak masyarakat yang belum aware dengan urgensi memakai APD.
APD tetap lengkap, bro. Foto: Instagram/@saungberbagi
ADVERTISEMENT
Cerita di atas menjadi salah satu bukti bahwa asal ada niat, pasti bisa. Asal tahu saja, selain Haldis, teman saya yang namanya Emil itu juga sebenarnya enggak ada di Pandeglang.
Emil cuma bisa memantau dari indekosnya di Kota Depok, Jawa Barat. Dia enggak bisa turun langsung ke lapangan karena adanya aturan larangan mudik.
Jadi, dua penggagas Saung Berbagi ada di luar Pandeglang, tetapi gerakan tersebut tetap bisa berjalan lancar. Kekuatan komitmen. Jadi, kata siapa orang Indonesia enggak bisa diajak untuk bersolidaritas?
Honorable mentions relawan inti Saung Berbagi: Derri Azizi, Hamdi Rakhman, Zola Wira, An Nurfitriana, Alisa Melyani, Alifa Rachmi, Ferlita MG, Lalu Tri, Miftah Rahman, Nanda Ghaida, Tasya Alfianita, Risma Fitrian.
ADVERTISEMENT