Game Nutrition Impact: Inovasi Pengentas Gentingnya Stunting di Era Digital

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
3 Desember 2023 6:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Game Nutrition Impact. Foto: Pribadi/Nurul Dina Rahmawati
zoom-in-whitePerbesar
Game Nutrition Impact. Foto: Pribadi/Nurul Dina Rahmawati
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jika ada satu kata yang pas disandingkan dengan kata "stunting", itu adalah "genting". Karena memang begitulah kondisi di Indonesia saat ini.
ADVERTISEMENT
Pada 2022, prevalensi stunting nasional di angka 21,6 persen. Pemerintah lantas mematok target agar angka itu turun menjadi 17,8 persen pada akhir 2023 dan dapat menuju 14 persen pada 2024.
Semua pihak bisa berkontribusi membantu dalam menurunkan angka penderita stunting di Indonesia. Salah satu cara kreatif yang dilakukan oleh dosen Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Nurul Dina Rahmawati, adalah membuat game.
Nurul melihat celah yang bisa dimanfaatkannya untuk mengentaskan stunting di era digital. Baginya, membuat game bisa meningkatkan kesadaran generasi muda terhadap pentingnya asupan gizi yang baik, sehingga harapannya itu bisa berdampak pada penurunan stunting.
Game Nutrition Impact. Foto: Pribadi/Nurul Dina Rahmawati
Game Nutrition Impact. Foto: Pribadi/Nurul Dina Rahmawati
Nurul telah memulai proyek pembuatan game bertajuk "Nutrition Impact" tersebut sejak awal 2022, berbekal dana hibah yang didapatkannya. Ia pertama menjajal game itu kepada 25 siswa di Kepulauan Seribu pada akhir 2022 dan mendapat respons positif.
ADVERTISEMENT
Teranyar, bersama timnya dalam kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) bertema “Remaja Sehat (Teen Room): Upaya Inovasi untuk Meningkatkan Kesehatan, Gizi, dan Produktivitas Remaja” yang diadakan pada 27 November lalu, Nurul mengenalkan game itu kepada 80 pelajar SMK 1 Kalanganyar di Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Banten.
Kenapa harus di sana? Sebab, menurut data yang didapat dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Lebak; angka prevalensi stunting di Lebak pada 2023 berjumlah 3.736 kasus.
Jumlah tersebut sebenarnya sudah berkurang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 4.618 kasus. Namun, angka ini (26% dari populasi) masih jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata prevalensi nasional, yakni sebesar 21% pada 2022, dari target nasional sebesar 14% pada 2024.
Game Nutrition Impact. Foto: Pribadi/Nurul Dina Rahmawati
Game Nutrition Impact. Foto: Pribadi/Nurul Dina Rahmawati
Dengan game "Nutrition Impact" itu, Nurul dan rekan-rekannya ingin memberikan dampak edukasi soal stunting hingga lintas generasi. Salah satu masalah kesehatan yang diangkat dalam game-nya adalah anemia yang diderita oleh remaja.
ADVERTISEMENT
Sebab, seseorang perempuan yang pada saat remaja menderita anemia akan berisiko besar juga mengalami anemia saat suatu hari menjadi ibu hamil. Inilah yang berisiko menghadirkan kasus stunting pada anak.
“Jika ibu hamil mengalami anemia, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan tidak optimal sehingga berpotensi melahirkan anak stunting. Untuk itu, melalui 'Nutrition Impact', kami berupaya memberi edukasi agar kesadaran dan kepatuhan remaja terhadap kesehatan dan konsumsi gizi yang baik dapat meningkat,” ujar Nurul dalam keterangan resmi.
Dengan bermain game "Nutrition Impact", remaja secara otomatis mendapatkan informasi komprehensif mengenai gizi dan kesehatan dengan cara yang menyenangkan. Game ini juga memberikan pengetahuan terkait gejala, penyebab, dampak, dan pengobatan anemia.
Game Nutrition Impact. Foto: Pribadi/Nurul Dina Rahmawati
Game Nutrition Impact. Foto: Pribadi/Nurul Dina Rahmawati
Edukasi melalui game ini sangat penting, menurut Nurul. Sebab, berdasarkan temuan lapangannya, beberapa pelajar SMK 1 Kalanganyar ternyata tidak rutin mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD).
ADVERTISEMENT
Masalah kurangnya TTD telah terjadi sejak lama, bahkan sejak menjadi program nasional sejak 50 tahun lalu. Program setiap tahun dilakukan, tetapi prevalensi anemia pada Ibu Hamil masih saja tinggi, yakni mencapai 48,9% menurut data Riskesdas 2018.
Ada berbagai alasan kenapa orang tidak mau minum TTD, seperti karena bau dan rasanya tidak sedap, serta memberi efek mual. Maka dari itu, Tim Pengabdi UI memberikan tips agar para siswi dapat mengonsumsi TTD dengan nyaman. Salah satu media edukasi dengan game "Nutrition Impact" itu.
"Responsnya bagus, mereka sih, senang [main game itu]. Namun, karena budget kami terbatas, jadi kurang HD," tutur Nurul.
"Tapi intinya, mereka senang karena kuis-kuis yang ada dalam game itu membuat mereka bisa menambah pengetahuan dengan cara yang menyenangkan. Mereka lagi main, tapi sebenarnya diedukasi, mereka senang dan mengaku senang banyak hal," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Nurul menyebut antusiasme para siswi di SMKN 1 Kalanganyar cukup tinggi. Sayang, game "Nutrition Impact" ini terbilang singkat fase permainannya karena pihaknya membutuhkan dana tambahan untuk mengembangkan game tersebut lebih jauh lagi.
Camat Kalanganyar, Bayu Hadiyana; dan Kepala Sekolah SMKN 1 Kalanganyar, Ratna Ningsih; menyambut baik pelaksanaan kegiatan pengmas yang diinisiasi FKM UI itu. Untuk memastikan keberlanjutan kegiatan pengmas tersebut, program edukasi dilaksanakan secara hybrid dengan memanfaatkan grup WhatsApp selama satu bulan sebagai wadah diskusi.
"Remaja putri adalah calon ibu yang akan menentukan kualitas generasi berikutnya, sehingga mereka harus sehat agar anaknya kelak terbebas dari stunting,” kata Bayu.
Ilustrasi anak stunting. Foto: Shutter Stock
Pada intinya, Nurul dan timnya akan tetap mencari cara agar game "Nutrition Impact" dapat berimpak besar untuk penurunan stunting. Sambil di sisi lain, ia menyusun cara lain untuk mencapai tujuannya karena stunting bisa berdampak lebih panjang di usia hidup manusia.
ADVERTISEMENT
"Stunting memberikan dampak lintas generasi. Dengan rendahnya prestasi remaja, produktivitas di usia dewasa juga akan terhambat dan semakin memperbesar risiko lahirnya anak stunting kembali di masa yang akan datang," tegas Nurul.
"Karenanya, sebagai calon ibu untuk generasi yang akan datang, remaja putri, khususnya, perlu memperhatikan kesehatan dirinya, agar terhindari dari anemia, selain juga menghindari pernikahan dini yang akan menambah beban fisik dan emosional bagi remaja," tandasnya.