Kala Kerjaan Kantor Masuk Terbawa ke Alam Mimpi

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
8 Juni 2020 22:57 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mimpi. Foto: Pixabay/KELLEPICS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mimpi. Foto: Pixabay/KELLEPICS
ADVERTISEMENT
Pada suatu titik, gua merasa terlalu keras bekerja. Sampai-sampai, apa yang gua kerjakan di dunia nyata terbawa masuk ke alam mimpi.
ADVERTISEMENT
Itu pengalaman geblek, sih. Ada yang pernah kayak begitu juga, enggak?
Kalau gua, sih, mengalaminya dua kali pada momen Ramadan 2020. Iya, baru-baru ini. Kedua mimpi itu pun hadir dalam momen 10 hari terakhir Ramadan.
Bukan mimpi buruk, sih. Kalau mimpi jelek, gua enggak mau cerita, dong, haha... Penasaran? Nih, ya, gua ceritakan satu-satu.
Tolong tak usah ditafsirkan mimpi ini daripada musyrik, ini mah gua cuma bingung pengin nulis apa dan tetiba kepikirannya adalah tentang dua mimpi gua itu, hehe... Ya, hitung-hitung hiburan buat kalian, dah, atau mungkin ada yang relate.
***

1) Disuruh tanggung jawab

Ilustrasi masalah. Foto: Pixabay/geralt
Oke, ini setting tempat mimpinya di Gedung C Kantor kumparan. Hmm... situasinya lagi enggak corona, enggak PSBB, masuk kerja normal. Real normal.
ADVERTISEMENT
Agak aneh juga, sih. Soalnya, sejak Maret dan sepanjang Ramadan (April-Mei), gua menjalani WFH. Enggak ke kantor sama sekali. Yaudahlah, ya. Namanya juga mimpi.
Dalam mimpi itu, gua sedang bekerja seperti biasa, menggarap konten sepak bola. Eh, saat sedang asyik-asyik bekerja (pencitraan pakai kata 'asyik'), tiba-tiba salah seorang rekan gua dari divisi lain datang nyamperin gua.
Dia--inisial AM--bilang, "Paman (beberapa orang di kantor manggil gua 'paman'), gua mau bikin stori, nih, nanti lu tolong editin, ya".
Nah, ceritanya, gua sedang sibuuuukkkk banget di mimpi itu. Jadi, ya, gua jawab saja request dia itu dengan jawaban sekenanya, "Iye-iye... Ho oh...".
Namun, mata gua juga sambil sebentar melirik ke laptopnya. Di situ, gua melihat dia membuka situs web Sky Sports pada tab Google Chrome-nya. Jadi, gua pikir, "Oh, mungkin dia mau bikin #userstory bertema olahraga di kumparan, makanya mau minta tolong gua".
Ilustrasi duel di pertandingan sepak bola. Foto: Unsplash
Sudah, nih. Singkat cerita, si AM kagak nyamperin gua lagi. Gua pikir, "Ah, yaudahlah. Gua pulang aja".
ADVERTISEMENT
Eh, sekonyong-konyong! Ada rekan sedivisinya dia yang namanya N nge-WA gua, "Paman, ini #userstory si AM bermasalah, diprotes pembaca. Coba tolong tanggung jawab, sekalian kasih wejangan ke anak-anak kumparanSPORT juga, haha...".
Terus gua kayak, "Lho! Gua? Kami enggak ngapa-ngapain! Kok, disuruh tanggung jawab!?"
"Tapi itu masuk ke kanal Bola & Sports"
"Siapa yang ngedit!?"
Dan anehnya, di situ yang bertindak sebagai editor bukan teman-teman dari kumparanSPORT maupun jurnalis lain, melainkan orang dari divisi non-redaksi....... Surealis abis.
Ilustrasi jurnalisme. Foto: Pixabay
Terus, gua bangun, nih. Ndilalah, kan gua kalau tidur naruh HP di kasur, ya, pas di sebelah kepala, nah pas gua bangun itu HP gua bunyi. Masuk WA. Dari si N. Jeng... Jeng...
ADVERTISEMENT
Memori gua itu masih terbawa realita di alam mimpi. Jadi gua mikir, "Anj*r ini kasus yang tadi belum kelar, nih". Hahaha... Namun untungnya bukaaaannn... Kasus itu cuma mimpi.
Si N malah nanyain gua soal... Apa ya? Tentang zona hijau corona kalau enggak salah. Sama absurd-nya.

2) Eric Cantona

Eric Cantona. Foto: AFP
Pada malam takbiran, gua mengejar tenggat untuk stori yang bakal naik pada hari besoknya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Hari Lebaran. Ya, jadi saya menggarap stori itu sambil ditemani lantunan takbir. Syahdu.
Ada tiga stori dan semuanya tentang Eric Cantona. Sebab kebetulan, hari ulang tahun ke-54 legenda sepak bola Manchester United itu bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Semoga senantiasa dinaungi keberkahan, ya, Om 'King'.
ADVERTISEMENT
Jadi, meski Cantona tak merayakan Lebaran, rasanya cukup tepat jika menaikkan stori tentangnya tepat di hari ulang tahunnya itu. Benar, bukan?
Oke, singkat cerita, kelar, nih, kerjaan gua. Gua tidur dan, wow, pria yang pernah melepas tendangan kungfu ke suporter Crystal Palace itu masuk ke mimpi gua. Amazing.
Kalau ini, mimpinya keren, sih. Jadi ceritanya, gua bersama The Guardian (iya, kayaknya gua bekerja untuk media asal Inggris itu dalam mimpi tersebut) menggarap film dokumenter soal Cantona.
Gua dan kru lainnya benar-benar bertemu dengannya, bisa melihat dengan jelas rambut-rambut yang menghiasi daerah sekitar mulut dan dagunya. Luar biasa.
Eric Cantona. Foto: OLI SCARFF / AFP
Aura legendanya begitu menguar. Padahal, di mimpi itu, dia berpakaian laiknya orang biasa. Topi, jaket, dan celana berwarna abu-abu, sepatu hitam, dan kaus (entah putih atau pink, gua lupa). Bisa jadi, harga outfit-nya cuma sekitar Rp 1 juta.
ADVERTISEMENT
Well, gua ini sebetulnya fan Arsenal. Namun, ayolah, ini Cantona gitu, lho. Menurut gua, dia layak disebut legenda sepak bola dunia. Pengaruhnya menyebar luas hingga ke berbagai negara, tidak di kawasan sekitar Old Trafford maupun Carrington saja.
***
Kesimpulannya, gua mungkin enggak boleh terlalu berlebihan kalau kerja. Kudu ingat istirahat. Makanya, pas momen Lebaran lalu, kayaknya kerjaan gua cuma rebahan, main HP, dan tidur.
Jadilah, ketika rekan gua yang berinisial RB bertanya, "Mana foto momen Lebaran lu?", gua enggak bisa pamer. Lu mau gua pamer foto gua tidur sambil ileran?