'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
1 April 2018 0:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
KING oleh Maha Dance (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
Manusia telah ditakdirkan untuk hidup berdampingan dengan alam dan seluruh isinya. Faktanya, tidak hanya kita, makhluk yang dianugerahi dengan akal dan pikiran, yang berhak menghirup oksigen secara bebas, yang menginginkan hidup damai tanpa ada yang mengusik. Kita diminta untuk dapat berdampingan dengan makhluk Tuhan lainnya, seperti halnya satwa atau binatang.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, oknum-oknum manusia tak bertanggung jawab malah dengan sengaja menggunakan akal dan pikirannya untuk perbuatan-perbuatan yang tak berperikebinatangan.
Satwa-satwa liar adalah yang paling sering menjadi korban para oknum tak bertanggung jawab tersebut. Para satwa diburu, ditembak, ditangkap, diawetkan, dipajang. Binatang-binatang itu diabadikan dalam kesunyian. Para pelakunya berlindung dibalik kata "Estetika" tapi sebagian yang lain mengakui bahwa perbuatan itu adalah urusan "Rupiah", dan mungkin juga "Dolar".
Akibat hal tersebut, beberapa jenis satwa liar di Indonesia telah berubah statusnya dari "satwa liar" menjadi "satwa langka", bahkan "satwa terancam punah". Salah satu jenis satwa tersebut adalah burung Cenderawasih. Sudah banyak kampanye yang dilakukan untuk memantikkan kepedulian masyarakat guna menjaga keberadaan burung Cenderawasih tetap lestari. Salah satu kelompok yang turut bergerak dalam kampanye kelestarian burung Cenderawasih ini adalah grup tari asal Papua, Maha Dance.
ADVERTISEMENT
Lewat pentas tari bertajuk KING, Maharani, perempuan asal Solo, Jawa Tengah yang merupakan pendiri Maha Dace ini mencoba untuk menghidupkan percikkan api cinta dalam diri masyarakat Indonesia terhadap burung Cenderawasih sebagai satwa khas Papua. Tanggal 31 Maret 2018 adalah pertama kalinya KING dipentaskan, tepatnya di Galeri Indonesia Kaya (GIK) milik Bakti Budaya Djarum Foundation. Di dalam sebuah sudut kecil gedung Grand Indonesia lantai 8, pertunjukkan tersebut sukses memuaskan antusiasme para penonton.
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (1)
zoom-in-whitePerbesar
KING oleh Maha Dance (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (2)
zoom-in-whitePerbesar
KING oleh Maha Dance (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (3)
zoom-in-whitePerbesar
KING oleh Maha Dance (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (4)
zoom-in-whitePerbesar
KING oleh Maha Dance (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
Dalam pementasannya, KING adalah pentas tari yang menceritakan tentang burung Cenderawasih itu sendiri. Pentas tari KING juga merupakan bentuk penegasan tentang burung Cenderawasih sebagai simbol penting tanah Papua yang keberadaannya sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Papua. Hal itu berarti, eksploitasi yang terjadi terhadap burung Cenderawasih akan sangat berdampak untuk eksistensinya di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Maharani dan Maha Dance mencoba untuk memberikan gambaran dari keindahan burung Cenderawasih lewat gerak tari yang mereka pertontonkan. Pentas tari ini merujuk pada eksplorasi gerak alami burung cenderawasih dan pengembangan beberapa gerak tradisi tanah Papua. Para penarinya didandani sedemikian rupa laiknya burung-burung Cenderawasih yang terbang dan menari dengan bebas, berlenggak-lenggok ceria, dan sesekali mengeluarkan suara-suara indah dan gagah mereka.
Judul "KING" itu sendiri adalah suatu bentuk kekaguman Maharani terhadap keindahan fisik (bulu), suara, dan tarian dari burung Cenderawasih.
"Saya jatuh cinta dengan burung Cenderawasih. Bagi saya, burung ini bukan cuma burung yang punya bulu indah tapi juga (merupakan) penari yang handal. Burung yang benar-benar menari secara alami, dan tariannya itu bagus, bukan sembarangan tarian," ujar perempuan yang baru hidup 1,5 tahun di Papua ini dalam sesi tanya jawab pascapentas di GIK.
ADVERTISEMENT
"Makanya saya beri judul KING karena bagi saya (Cenderawasih) ini (adalah) King of Bird. Dengan bulunya paling indah, suaranya paling bagus, tariannya paling bagus. Bagi saya, rajanya burung ya Cenderawasih," lanjutnya yang disambung oleh tepuk tangan meriah para penonton dan kru Maha Dance lainnya.
Koreografi para penari diinisiasi sendiri oleh Maharani dengan bantuan dari seluruh penari yang terlibat. Pada intinya, sebagian besar gerakan tari dalam pertunjukkan KING terinspirasi dari gerak tari asli burung Cenderawasih, dan menjadi gambaran tarian burung Cenderawasih itu sendiri. Karya KING ini juga merupakan usaha Maharani dan Maha Dance untuk menyadarkan masyarakat bahwa burung Cenderawasih harus dinikmati keindahannya secara total, bukan hanya perkara bulu indahnya saja. Inilah yang menjadi makna dari setiap, bahkan keseluruhan gerak tari dalam pentas KING, bahwa burung Cenderawasih akan jauh terlihat lebih indah jika mereka dalam keadaan hidup, bukan diawetkan.
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (5)
zoom-in-whitePerbesar
Burung Cenderawasih (Foto: Pernik Dunia)
ADVERTISEMENT
"Kenapa saya bikin ini (KING) karena kalau burung Cenderawasih cuma diawetkan, yang dilihat apa? bulunya (saja). Padahal, yang bagus apa? mereka itu menari. Kalau diawetkan, kita gak lihat tariannya, kita gak lihat kicauannya dan sebagainya," ujar Maharani menanggapi isu eksploitasi terhadap burung Cenderawasih.
Akhir dari pentas KING itu sendiri bernuansa kesedihan. Setelah dari awal sampai pertengahan pentas para penonton dibuat berdecak kagum, dan sesekali tertawa melihat aksi para penari, tetapi di aksi-aksi terakhir bernuansa kesedihan. Layar putih mempertontonkan video bagaimana oknum-oknum tak bertanggung jawab memburu burung Cenderawasih. Kala video tersebut diputar, para penari yang tadinya berlenggak-lenggok lincah berubah aksi tarinya menjadi bagai burung sedih dan tersiksa yang tengah meminta pertolongan.
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (6)
zoom-in-whitePerbesar
KING oleh Maha Dance (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (7)
zoom-in-whitePerbesar
KING oleh Maha Dance (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
ADVERTISEMENT
Burung Cenderawasih kini merupakan satwa langka. Ironi untuk Maharani sendiri adalah ia ternyata belum pernah sekalipun melihat wujud hidup asli burung Cendeerawasih dengan mata telanjang. Ketika ditanya perihal, apakah benar bahwa KING merupakan salah satu wujud kampanye menjaga Cenderawasih dari eksploitasi, Maharani membenarkan hal tersebut.
"Iya, betul. Karya KING adalah wujud kampanye tentang save Cenderawasih. Nah, karena saya seorang koreografer tari, jadi wujud kampanyenya lewat karya tari," ujar Maharani.
Pertunjukkan KING ini sendiri berjalan sukses di GIK, setelah sebelumnya dilakukan persiapan kurang lebih 6 bulan dari September 2017 hingga Maret 2018. Salah satu mentor yang berperan besar adalah Garin Nugroho. Setelah dari GIK, Maha Dance dengan karya KING-nya akan langsung melakukan tur ke beberapa kota, seperti halnya di bulan April 2018 nanti di mana mereka akan tampil di Museum Ulen Sentalu, Yogyakarta dan pada hari tari dunia di Solo, Jawa Tengah.
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (8)
zoom-in-whitePerbesar
Maha Dance (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
ADVERTISEMENT
Kesuksesan pentas di GIK terbukti dengan antusiasme penonton yang tinggi. Hampir tidak ada bangku kosong selama pementasan KING berlangsung. Para penonton juga khidmat menyaksikan pentas dari awal sampai akhir. Tepuk tangan meriah mereka berikan kepada penampil di akhir pentas, sebuah euforia. Bahkan, banyak juga yang tertarik untuk memberikan apresiasi dan bertanya secara langsung perihal karya KING, maupun Maha Dance itu sendiri.
Pihak penyelenggara dan Maha Dance juga memberikan kesempatan untuk para penonton yang hadir untuk belajar tarian yang diperagakan oleh para penari. Ada yang malu-malu tapi juga ada yang gerak cepat, lincah langsung maju ke panggung. Salah satunya adalah seorang penonton bernama Yayi, yang secara antusias maju dengan inisiatifnya sendiri guna mencoba memeragakan gerakan tari KING.
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (9)
zoom-in-whitePerbesar
Antusiasme Penonton Pascapentas (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
'KING' Maha Dance: Pesan Menjaga Cenderawasih, Simbol Sakral Papua (10)
zoom-in-whitePerbesar
Antusiasme Penonton Pascapentas (Foto: Katondio Bayumitra Wedya)
ADVERTISEMENT
Sebelum pertunjukkan berlangsung, saya sempat mewawancarai Yayi, singkat, perihal ketertarikannya terhadap pementasan KING oleh Maha Dance.
"Saya tertarik karena pementasan dari Papua jarang banget ditampilkan. Jadi, saya lebih tertarik aja gitu karena kan biasanya pementasan itu berasal dari (seni tari daerah) Pulau Jawa, jadi jarang aja gitu (ada yang dari Papua)," ujar perempuan yang dulu pernah menekuni dunia tari tersebut.
Tuhan tidak hanya memberi manusia akal dan pikiran untuk menjadikannya sebagai makhluk paling sempurna di antara makhluk lain, tapi juga hati nurani. Pada akhirnya, sekali lagi, melalui seni, sekumpulan manusia berhati mulia mencoba untuk menggugah hati nurani manusia lainnya, untuk turut serta menjaga kelestarian satwa, dalam hal ini burung Cenderawasih yang memang ditakdirkan hidup berdampingan dengan masyarakat Papua. Cenderawasih sang burung yang menjadi simbol penting nan sakral tanah Papua harus tetap lestari guna sebagai penanda bahwa di tanah Papua, sang raja para burung itu masih hidup, masih menari, dan masih berkicau hingga akhir waktu.
ADVERTISEMENT
#IndonesiaKaya
#RuangKreatifSeni
#GaleriIndonesiaKaya
#GIK