Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Klopp dan Xavi Resign, Apakah Capek dan Butuh Healing?
6 Februari 2024 15:16 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
"Saya kehabisan energi".
ADVERTISEMENT
“Saya sangat menyukai segala hal tentang klub ini. Saya menyukai segala hal tentang kota ini, suporter kami,” kata Klopp dikutip dari situs web resmi klub Liverpool pada 26 Januari 2024.
“Bagaimana saya mengatakannya, saya kehabisan energi. Saya tidak punya masalah apa pun sekarang. Saya baik-baik saja sekarang. Tetapi, saya sudah tidak dapat melakukan pekerjaan ini lagi dan lagi,” lanjut eks juru taktik Borussia Dortmund tersebut.
Yang menarik dicari tahu lebih lanjut adalah Klopp capek kenapa? Capek berburu gelar juara lawan Pep Guardiola di Man City? Capek ngelihat Darwin Nunez yang tendangannya sering melenceng? Atau capek sama kelakuan manajemen akhir-akhir ini?
Masalahnya Klopp membuat pengumuman mengejutkan itu tak lama usai menggelar rapat dengan para petinggi klub Liverpool. Wajar, jika ada yang curiga bahwa Klopp mundur karena sudah capek berurusan sama manajemen atau pemilik klub yakni Fenway Sports Group (FSG).
ADVERTISEMENT
Apalagi, pemain-pemain mahal yang ditargetkan Liverpool banyak yang lepas di bursa transfer musim panas. Seperti halnya Moises Caicedo, Jude Bellingham, Romeo Lavia, dan lain-lain.
Pada akhirnya, mereka hanya mendapatkan Wataru Endo–yang secara permainan ternyata cukup oke. Juga sebenarnya, Liverpool sukses menggaet Dominik Szoboszlai, Ryan Gravenberch, dan Alexis Mac Allister. Namun, tetap ada indikasi bahwa Klopp jengah dengan FSG yang tampak mengencangkan ikat pinggang, sehingga cenderung menjadi pelit.
Bahkan, mantan pemain Liverpool, Jose Enrique, merasa ada kesalahan dari FSG di balik alasan mundurnya Klopp. Akan tetapi, Klopp sudah menepis anggapan tersebut. Ia menegaskan, tidak ada masalah dengan FSG.
“Gampang banget kalau mau menyalahkan pemilik dan bilang FSG harus mengeluarkan lebih banyak [uang]. Apakah saya selalu senang dengan itu [belanja jor-joran]? Tidak, tetapi mereka membangun AXA Center ini untuk 40/50 tahun ke depan, kami melakukannya dengan benar, cara Liverpool yang saya suka. Kami tidak memenangi Liga Inggris dan Champions karena uang,” katanya, dikutip dari Liverpool Echo.
ADVERTISEMENT
“Bahwa kami mendapat 97 poin dan 94 poin dan tidak memenangi liga atau tidak memenangi lebih banyak Liga Champions, itu bukan karena merekrut satu pemain. Jika Anda ingin menyalahkan siapa pun, salahkan saya. Memiliki tim yang bisa melakukan semua itu sungguh luar biasa,” tandasnya..
Nyatanya, Klopp bukan baru kali ini kepikiran mau cabut dari Liverpool. Kontrak Klopp itu kan harusnya memang habis pada Juni 2024. Namun, ada peran sang istri, Ulla Sandrock, yang membujuk Klopp biar meneken perpanjangan kontrak sampai 2026 pada April 2022.
Namun akhirnya, Klopp enggak kuat juga. Dia milih memutus kontraknya lebih cepat. Lantas, mungkinkah alasan Klopp mundur hanya karena burnout dan butuh healing layaknya Gen Z? Ya, mungkin saja. Kenapa tidak?
ADVERTISEMENT
“Jika saya sudah enggak sanggup lagi, saya akan bilang orang-orang bahwa saya berhenti. Itu bukanlah ide saya ketika saya menandatangani kontrak baru, saya 100% yakin kita akan mencapai tahun 2026. Saya meremehkan tingkat energi saya sebagai sesuatu yang tidak ada habisnya. Itu selalu terjadi. Sekarang tidak," ujar Klopp.
“Saya menyadari sumber daya saya tidak terbatas. Saya lebih suka mengerahkan segalanya pada musim ini. Saya sudah tidak muda lagi dan tidak bisa melompat setinggi yang saya bisa," tambahnya.
Klopp sudah melatih Liverpool sejak 2015. Dia sudah membawa tim ini melewati jatuh-bangun. Ia pernah berurusan dengan para bedebah macam Mamadou Sakho, Simon Mignolet, Jon Flanagan, Christian Benteke, hingga Jordon Ibe.
Waktu demi waktu berlalu. Klopp lantas mengukir kisah jaya dengan pemain-pemain sekelas Mohamed Salah, Sadio Mane, Roberto Firmino, Virgil van Dijk, hingga Jordan Henderson. Trofi Liga Inggris, Liga Champions, Piala FA, Piala Liga Inggris, hingga Piala Dunia Antarklub sudah disikat. Mau apa lagi?
Menjaga sebuah klub untuk terus bisa bersaing di papan atas itu berat. Wajar banget kalau pelatih mana pun bakal jenuh dan capek secara fisik dan mental.
ADVERTISEMENT
Pada musim 2023/24, setidaknya sampai Klopp mengumumkan mau cabut, Liverpool masih memiliki kans meraih 4 gelar sekaligus. Namun, apa pun hasilnya, itu tak akan mengubah keputusan Klopp. Dia cuma pengin hidup tenang.
“Jika saya memenangkan segalanya musim ini, itu tidak akan mengubah pikiran saya,” tegas Klopp.
“Saya tidak pernah menjalani kehidupan (normal). Itu benar. Memiliki tiga atau empat minggu di musim panas sudah cukup, tapi tidak lebih. Tidak ada klub, tidak ada timnas untuk tahun depan, tidak ada klub Inggris lainnya, saya bisa menjanjikan itu. Sekalipun saya tidak punya apa-apa untuk dimakan, itu tidak akan terjadi,” lanjutnya.
Nah, lain Juergen Klopp, beda pula Xavi Hernandez. Sekitar 2 hari setelah Klopp bilang mau mundur, Xavi juga menyatakan akan meninggalkan Barcelona di akhir musim ini.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin mengumumkan bahwa pada tanggal 30 Juni saya tidak akan lagi menjabat sebagai pelatih di Barca. Saya pikir situasinya perlu berubah arah, dan sebagai seorang culer, saya tidak bisa membiarkan situasi saat ini," jelasnya dalam media sosial resmi Barcelona.
"Saya telah menjadi anggota Klub. Saya telah memprioritaskannya di atas diri saya sendiri. Saya telah memberikan semua yang saya miliki. Dan saya akan terus melakukannya untuk membuat para penggemar merasa bangga," tambahnya.
Xavi juga tegas, kalaupun Barcelona juara Liga Champions musim ini, dia akan tetap pergi. Lalu, ia lantas seperti menjadikan dirinya tameng atas segala masalah Barcelona musim ini.
"Saya tidak akan mengubah keputusan saya, meskipun saya menjuarai Liga Champions. Saya akan memberi tahu para pemain besok [Minggu (28/1) waktu setempat]. Sayalah yang paling bertanggung jawab, sehingga para pemain akhirnya merasa bebas sekarang," kata Xavi, dikutip dari BBC.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak didorong oleh masalah finansial, tapi oleh hati saya. Saya pikir itu adalah hal terbaik untuk klub. Saya tidak ingin menjadi masalah, tapi menjadi solusi, dan saya yakin antara sekarang hingga Juni saya masih bisa menjadi solusi,” tandasnya.
Bedanya Xavi dan Klopp adalah situasi klub yang mereka latih ketika menyatakan mundur. Liverpool sedang di atas angin, sedangkan Barcelona lagi masuk angin. Gagal juara Piala Super Spanyol, tertahan di peringkat 3 La Liga Spanyol, tersingkir dari Copa del Rey, apa lagi yang bisa lebih buruk?
Barcelona masih belum tersingkir dari Liga Champions, oke, tapi kayaknya dengan materi pemain yang sekarang, mereka enggak akan juara, deh. Makanya Xavi tadi bilang, kalaupun Barcelona juara Liga Champions dia bakal tetap mundur, karena dia juga kayaknya tahu Barca enggak mungkin juara.
ADVERTISEMENT
Lalu mungkin ada yang bilang, “Tapi kan musim lalu Barcelona bisa juara La Liga dan Piala Super Spanyol di bawah arahan Xavi”. Betul banget fakta itu. Namun, itu musim lalu, 2022/23, sedangkan fan mereka maunya setiap musim jadi juara.
Makanya, setiap Barcelona kalah atau imbang, Xavi pasti yang disalahin. Taktiknya kurang okelah, enggak punya Plan B, dan lain semacamnya. Boleh jadi itu benar, dia harus lebih kreatif, tapi kalau mau adil, Xavi bisa bawa Barcelona juara musim lalu di situasi kacau kayak gini saja sudah syukur loh.
Masalah Barcelona adalah finansial. Di era pelatih-pelatih sebelumnya, Barcelona bisa beli Philippe Coutinho 145 juta euro, Antoine Griezmann 120 juta euro, Ousmane Dembele 105 juta euro, Luis Suarez 82 juta euro, bahkan Frenkie de Jong yang sekarang masih ada di timnya Xavi sebesar 75 juta euro.
ADVERTISEMENT
Musim ini? Musim panas lalu, mereka cuma beli Oriol Romeu dari Girona senilai 3,4 juta euro dan pemain gratisan bernama Ilkay Guendogan dan Inigo Martinez. Lalu, mereka membeli pemain muda Vitor Roque 40 juta euro.
Memang, para fan Barcelona juga sadar bahwa manajemen tim mereka sedang busuk-busuknya. Makanya, rebuilding squad terasa sulit. Namun tetap saja, yang namanya bersliweran nyaris setiap hari di media adalah Xavi.
Xavi memang belum segenius Guardiola, tetapi ia juga berhak capek sama situasi ini. Capek dijadikan kambing hitam terus.