Kunci Kemenangan Bottas: Ogah Misuh-misuh, Terapkan Konsep 'Sisu'

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
20 Maret 2019 8:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bottas dengan trofi juara GP Australia 2019. Foto: Julian Smith/Striner/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Bottas dengan trofi juara GP Australia 2019. Foto: Julian Smith/Striner/Reuters
ADVERTISEMENT
Valtteri Bottas sukses mengukuhkan kemenangan keempatnya di ajang Formula 1 (F1) pada balapan Grand Prix (GP) Australia 2019, Minggu (17/3). Akhirnya, setelah 21 balapan terlewati, Bottas kembali ke podium tertinggi.
ADVERTISEMENT
Kok lama banget, sih?
Well, tidak mudah menjadi seorang Valtteri Bottas. Banyak faktor yang menyebabkan ia tak mampu meraih juara satu pasca-GP Abu Dhabi 2017.
Tengok saja keapesannya pada 2018, mulai dari ban pecah saat posisinya sedang memimpin GP Azerbaijan hingga harus menyerah akibat permasalahan hidrolik di GP Austria--padahal ia berstatus pole sitter.
Mohon bersabar, ini ujian. Ujian dari Allah.
Belum lagi, ia kalah superior dari Lewis Hamilton, rekan setimnya. Beberapa kali, ia harus mengalah, jadi wingman-nya si juara dunia lima kali.
"Valtteri, it's James. Please hold position. I'm sorry," kata Direktur Teknis dari tim Mercedes, James Allison, lewat radio kepada Bottas di GP Jerman 2018.
Jadi, posisi Bottas saat itu sudah hampir menyalip Hamilton usai berakhirnya periode safety car. Eh la dalah malah enggak dibolehin, hmmm... Terus Bottas jawab apa?
ADVERTISEMENT
"Copy James," patuh Bottas datar.
Lho, kok kamu nurut sih, Tas?? Kalau pebalap lain disuruh begitu bisa jadi ndak terima dan wes misuh-misuh ke kru Mercedes sambil teriak, "Tunggu saya keluar!"
Itu hanya salah satu contoh. Untung Bottas ini sing sabar orangnya. Enggak menyimpan dendam, nerimo, bahkan udah perpanjang kontrak.
Konsep Sisu Orang Finlandia
Potret Bottas jelang membalap di GP Italia 2018. Foto: Max Rossi/Reuters
Valtteri Bottas enggak jauh beda dengan senior-senior senegaranya. Mulai dari Mika Hakkinen, Mika Salo, Kimi Raikkonen, sampai dia sendiri bukan tipe yang meledak-ledak. Kalem. Tahu-tahu jleb.
Walau terkesan tak berdaya dan tertekan oleh keadaan, sebenarnya Bottas ini enggak diam-diam saja, tetapi menghanyutkan. Dia terus berlatih, mulai dari latihan fisik sampai persiapan teknis. Di balik kemenangannya kemarin itu, jelas ada proses dan pengorbanan atas kenyamanan.
ADVERTISEMENT
Tapi kok kita kayak enggak pernah tahu, ya? Mungkin karena Bottas itu enggak kayak kita-kita orang, yang baru sehari nge-gym aja udah sibuk selfie-selfie di depan cermin untuk diunggah ke Instastory. Ups.
Orang Finlandia mengenal sebuah konsep kehidupan bernama sisu. Apa itu sisu? Gampangnya gini, kalau di situs resmi Universitas Finlandia, sisu dapat dikatakan sebagai kekuatan kemauan (strength of will), tekad, ketekunan, dan bertindak secara rasional dalam menghadapi kesulitan.
"Ini (sisu) adalah senyawa kegagahan dan keberanian, keganasan dan keuletan, kemampuan untuk terus berjuang setelah kebanyakan orang memilih berhenti, dan untuk bertarung dengan keinginan untuk menang," tulis Times pada 8 Januari 1940.
Ini adalah karakter bangsa mereka. Beda sama karakter dari salah satu bangsa di Asia yang kadang mulutnya terlalu enteng untuk berucap "terserah Yang di Atas".
ADVERTISEMENT
Duh, padahal Yang di Atas--Yang Sebenarnya juga Ada di Mana-mana--mungkin maunya manusia itu juga enggak mudah menyerah dan push sampai limit termaksimal. Give your best, let God do the rest. Apik!
Sisu juga, masih menurut Universitas Finlandia, adalah tentang bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, dengan belajar dari kegagalan. "Integritas yang keras membuat mereka membayar utang perang mereka sepenuhnya." Ngeri gak, tuh?
Bottas pun sempat bilang bahwa ia enggak mau gagal lagi kayak pada musim 2018. Tujuh kali naik podium kedua dan sekali podium ketiga itu enggak buruk, sih, tapi ia merasa bisa lebih baik.
"Itu (2018) adalah musim yang mengecewakan dan hampir membuat saya marah pada diri sendiri bahwa sudah enam tahun di Formula 1 dan saya belum mencapai target saya," kata Bottas, dilansir Motorsport, 25 Februari 2019.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari faktor teknis, kemenangan di GP Australia 2019 jelas menjadi salah satu bukti bahwa Bottas menerapkan sisu dengan baik. Belajar dari kegagalan, tidak seperti federasi sepak bola di sebuah negara berkembang yang setiap kalah selalu bilang, "kekalahan ini menjadi pelajaran", tetapi nyatanya ndak pernah belajar, huh!
Sisu XA-180-IFOR. Bahkan, kata sisu dijadikan kendaraan perang tentara Finlandia. Foto: Wikimedia Commons
Dan Sisu ini bukanlah keberanian sesaat, bukan keberanian musiman, tetapi kemampuan untuk mempertahankan keberanian itu. Jadi, kalau mereka sudah berkecimpung di suatu bidang, apa pun yang terjadi, pantang mundur. Seperti Bottas, ada faktor kesialan, inferioritas, dan lain sebagainya, tapi dia enggak nyerah. Berani.
"Saya bersedia melakukan apa pun untuk mencapai itu (target pencapaian di F1). Menyiapkan mental secara penuh," ucap Bottas dilansir Motorsport.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak bisa mengubah hal-hal tertentu, (seperti) bagaimana saya mengemudi, tetapi saya tahu apa yang bisa saya lakukan jika saya tampil di level terbaik saya," tambahnya.
Cakep! Bagaimana pun kondisinya, tetap gas pol! Walau, jangan lupa injak rem pas tikungan, sih.
Sisu bahkan kerap disebut sebagai 'ruhnya' bangsa Finlandia. Saya agak bingung menggambarkan seberapa dekat orang Finlandia dengan budaya sisu itu sendiri. Sebab, saya tak punya teman orang Finlandia.
Namun, kalau boleh saya ibaratkan, mengutip kata Dimaz Fahru Rozy, mungkin kedekatannya "sedekat magrib ke isya". Pasalnya, di Finlandia, banyak merek-merek produk lokal yang memakai kata "sisu", mulai dari mobil, pemecah es, sampai permen.
Valtteri Bottas di tes pramusim Barcelona. Foto: LLUIS GENE / AFP
Dapat disimpulkan, sisu mengajarkan orang Finlandia--yang juga bisa jadi pelajaran untuk kita semua--agar tetap tabah, tekun, jangan setop kerja keras, pantang menyerah untuk menggapai tujuan/target, meski banyak cobaan dan tekanan.
ADVERTISEMENT
Memang, ini baru satu kemenangan di musim 2019 untuk Valtteri Bottas, tetapi determinasinya musim ini tidak boleh diremehkan. Bottas pastinya akan mencoba membayar utang-utang kegagalannya pada musim lalu pada musim ini.
Hamilton dan Vettel harus memasukkannya sebagai saingan terberat. Bottas bersama sisu bisa buat mereka dan pebalap lain misuh-misuh.
Mari kita tunggu di balapan-balapan selanjutnya dan jangan lupa bayar utang!