news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Memahami Peran Penting dan Kriteria Tepat Sosok Pebalap Tes di Dunia Balap

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
27 Januari 2018 19:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Memahami Peran Penting dan Kriteria Tepat Sosok Pebalap Tes di Dunia Balap
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mika Kallio (kiri) pebalap tes tim KTM MotoGP (Foto: MotoGP)
ADVERTISEMENT
***
"I am a supporting actor, a shadow. But a shadow will become darker if the light is stronger and it will make the white of the light stand out. As the shadow of the main actor, I will make you, the light, the number one in Japan." —Tetsuya Kuroko, kepada Taiga Kagami.
Itu adalah salah satu kutipan dari anime/manga favorit saya, Kuroko no Basketball. Berkisah tentang sosok seorang Tetsuya Kuroko, pemain basket tingkat SMA yang dianggap tidak berbakat, tetapi sebenarnya ia justru memiliki peran penting di atas lapangan. Kuroko punya skill passing yang biasa-biasa saja dan kemampuan shooting yang sangat buruk. Namun, ia memiliki bakat spesial dalam dirinya yang tidak dimiliki pebasket lain pada umumnya. Dengan bakat spesialnya itu, Kuroko tidak beraksi layaknya 'aktor utama' saat bertanding, kemampuan tersembunyinya (yang banyak orang tak menyadari) sukses berulang kali membuat Taiga Kagami, rekannya di tim basket SMA Seirin, mampu mengeluarkan performa terbaiknya ketika bertanding dan membantu timnya menang, hingga juara.
ADVERTISEMENT
Dibalik kehebatan Taiga Kagami dan kesuksesan tim basket SMA Seirin, ada peran Kuroko di dalamnya. Ia, dengan bakat spesial yang dimilikinya, tetaplah bertindak sebagai seorang supporting actor, mereka yang kadang dianggap tak begitu penting tapi ternyata punya peranan besar bagi kesuksesan seseorang dan/atau tim.
***
Kutipan dan cerita dari Kuroko no Basketball tadi memiliki kesamaan dengan apa yang terjadi di dunia olahraga balapan. Sekilas, olahraga balapan nampak lebih menonjolkan kebolehan seorang individu di atas lintasan. Akan tetapi, dibalik pebalap yang hebat pasti ada tim yang solid, yang berisikan personel-personel handal. Salah satu sosok supporting actor yang amat penting peranannya dalam tim adalah Pebalap Tes (Test Driver/Rider). Hampir semua tim balap profesional di berbagai kejuaraan dunia, seperti halnya MotoGP, Formula 1, dan ajang-ajang balap lainnya memanfaatkan jasa pebalap tes.
ADVERTISEMENT
Formula setting-an kendaraan pastinya akan berbeda setiap tahunnya demi performa yang lebih baik. Oleh karena itu, kehadiran pebalap tes menjadi penting baik itu di awal, pertengahan, maupun jelang akhir musim kejuaraan balapan. Peran mereka menjadi sangat vital demi keberlangsungan pengembangan dan pencarian paket setting-an motor yang pas untuk pebalap utama.
Pebalap tes berperan melakukan uji coba dan memberi masukan tentang, contohnya mesin baru, ban baru, sasis baru, fairing/winglet baru, informasi mengenai performa kendaraan pada trek lurus atau tikungan tertentu, dan lain sebagainya. Selain masukan, catatan waktu dari pebalap tes juga dapat menjadi pertimbangan tentang apakah ada yang salah atau sudah dirasa tepat mengenai formula setting-an kendaraan.
Namun, jika tugasnya 'hanya' seperti itu kenapa tim balap tidak memanfaatkan pebalap utamanya saja? Lalu, aspek dan kriteria apa saja yang harus dipertimbangkan tim dalam merekrut pebalap tes? Mari kita bahas bersama dalam artikel kali ini.
ADVERTISEMENT
Berhubungan dengan Kondisi Fisik Pebalap Utama
Setiap kejuaraan balapan dunia pastinya memberikan semacam sesi tes sebelum memasuki musim baru. Nah, sesi tes tersebut biasanya menjadi 'ajang pentas' bagi para pebalap tes untuk beraksi. Misalnya, di MotoGP, setiap tim balap diizinkan melakukan sesi tes tertutup kepada seluruh tim selama lima hari. Dalam hal ini, pebalap tes dapat sangat membantu pebalap utama, sehingga mereka tidak harus mengetes kendaraannya selama 5 hari penuh jika dikhawatirkan dapat mempengaruhi kebugaran. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, pebalap utama benar-benar tidak diturunkan saat tes pramusim awal dan dibiarkan masih menikmati liburan.
Terlebih lagi, setiap kali berganti setting-an, maka resiko crash sangat mungkin terjadi. Pebalap utama adalah aset paling berharga sebuah tim, sedangkan pebalap tes kadang layaknya seorang stuntman (yang juga berharga). Mereka harus rela menjadi 'tumbal' untuk mencoba setting-an kendaraan terbaru. Kalau terjadi kecelakaan, ya itu resiko tentunya, dan hal itu juga akan menjadi pertimbangan tim mekanik dan pebalap utama untuk menentukan modifikasi setting-an selanjutnya dengan tentunya tetap mendengarkan masukan dari pebalap tes tadi.
ADVERTISEMENT
Atau bisa juga kondisinya adalah sang pebalap utama sudah terlanjur cedera, sehingga persiapan awal musim terganggu. Apapun yang terjadi, kendaraan itu harus dites, harus diuji coba. Akan tetapi, tidak mungkin memaksakan pebalap utama yang tengah recovery. Peran pebalap tes menjadi penting di sini karena dialah yang akhirnya mewakili pebalap utama untuk 'mencicipi' setting-an baru terlebih dulu.
Dibutuhkannya Saran dari Sesama Pebalap
Setiap pebalap biasanya memiliki tim mekaniknya sendiri. Para mekanik akan memberi masukan dan evaluasi mengenai performa kendaraan. Akan tetapi, mekanik tetaplah sebagai sosok di belakang layar. Mereka tidak benar-benar tahu rasanya mengendarai atau menunggangi kendaraan yang mereka utak-atik di sirkuit. Maka dari itu, pebalap utama butuh masukan dan saran dari sesama pebalap profesional mengenai bagaimana performa motor ketika dipacu di atas lintasan.
ADVERTISEMENT
Meskipun pebalap tes biasa direkrut dari ajang yang berbeda, katakanlah pebalap tes MotoGP berasal dari Superbike atau pebalap tes Formula 1 berasal dari Formula 2 dan Formula 3, tetapi mereka sama-sama pebalap profesional. Mereka yang sudah memutuskan terjun ke dunia balap pastinya punya jiwa kompetitif. Jadi, seorang pebalap dapat menerima pendapat mengenai performa motor dari orang yang sama-sama memiliki jiwa kompetitif balapan.
Pebalap Penguji = Pebalap Cadangan
Rumus di atas tidak berlaku sama untuk semua ajang balapan dunia karena balapan bukan hanya perkara sains tapi lebih dari itu. Akan tetapi, setidaknya tim balap sudah dapat menentukan nama jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti cedera yang dialami pebalap utama di tengah-tengah musim kejuaraan. Jika sampai absen di balapan selanjutnya, maka pebalap pengganti harus dicari. Pebalap tes dapat menjadi opsi jika tak mau pusing-pusing mencari lagi.
ADVERTISEMENT
Di ajang Formula 1, contohnya. Pebalap tes adalah sekaligus pebalap cadangan/pebalap ketiga. Tugas mereka yang untuk menguji dan mengembangkan mobil F1 tapi tidak diterjunkan langsung di seri balapan resmi. Pebalap tes di F1 baru akan mendapat kesempatan 'turun gunung' jika pebalap utama ada yang cedera.
Di ajang MotoGP, dalam beberapa kesempatan, pebalap tes juga dapat turun balapan bersamaan dengan pebalap utama. Istilahnya adalah pebalap wild card. Ini semacam cara tim memberi penghargaan lebih kepada pebalap tes. Selain itu, menurunkan pebalap wild card dapat menjadi cara lain mengembangkan motor.
Kalau kita melihat kadang Mika Kallio (KTM), Hiroshi Aoyama (Honda), Michele Pirro (Ducati), dan lain-lain diturunkan dalam perlombaan di seri tertentu, bisa jadi mereka membawa misi khusus. Pada sesi tes atau latihan bebas, pebalap tes hanya mengelilingi sirkuit beberapa lap sendirian. Salah satu incaran utamanya adalah catatan waktu yang menjadi patokan pengembangan motor, tetapi bicara sekedar catatan waktu saja kadang tidak cukup. Jika pebalap tes mengikuti seri balapan, maka mereka tahu bagaimana rasanya menunggangi motor dengan setting-an tertentu saat balapan sungguhan yang lap-nya bisa mencapai belasan atau 20-an.
ADVERTISEMENT
Pit Beirer, direktur KTM Motorsport, pernah berpendapat mengenai peran penting pebalap tes timnya, Mika Kallio saat tampil sebagai pebalap wild card, "Jadi, kami butuh Mika (Kallio) sebagai seorang pebalap tes yang tangguh dan jumlah (kesempatan) wild card yang tinggi. Saya pikir kita akan mendekati batas tahun depan (2018) dengan lima atau enam wild card untuk membuatnya sering tampil balapan. Tapi balapan ini akan menjadi ujian besar bagi kami karena tim uji sedang berlomba bersama Mika. Dengan pengalaman ini kami akan mengembangkan motor dengan lebih baik."
Dengan turun di balapan sesungguhnya, mereka dapat merasakan bagaimana rasanya menyalip, lalu mengenai apa yang terjadi dengan motor jika terjadi benturan, serta bagaimana performa motor di lintasan lurus saat ada pebalap lain di lintasan. Memang, kadang para pebalap tes yang menjadi pebalap wild card ini tidak sukses finish 10 besar. Itu terjadi karena si pebalap memang diinstruksikan bukan untuk mendulang poin tapi lebih ke pengembangan motor, kecuali, seperti di F1 dimana mereka bertindak sebagai pebalap cadangan.
ADVERTISEMENT
Sekarang kita masuk ke ranah pembahasan kriteria pebalap tes. Tim tidak dapat asal-asalan dalam memilih pebalap tes, alias harus penuh pertimbangan karena taruhannya adalah performa kendaraan dan pebalap utama selama satu musim. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan.
Pernah Balapan di Ajang yang Sama
Di ajang Kejuaraan Dunia MotoGP, ada nama Michelle Pirro dan Casey Stoner di tim Ducati. Honda pernah punya Hiroshi Aoyama, dan kini Stefan Bradl. KTM punya Mika Kallio dan Suzuki punya Sylvain Guintoli. Mereka semua sudah lama berkecimpung di Kejuaraan Dunia MotoGP, sehingga tidak mengherankan mereka dipilih. Mereka dianggap sudah tahu betul seluk beluk kompetisi jadi mereka dianggap cocok bekerja sama dengan pebalap utama.
ADVERTISEMENT
Di ajang MotoGP, Ducati mungkin yang paling beruntung karena memiliki sang juara dunia dua kali, Casey Stoner sebagai pebalap tes. Sebagai satu-satunya pebalap yang pernah juara dunia bersama Ducati, pengalaman dan masukan dari Stoner tentu amat berharga. Michele Pirro juga, walau bukan seorang juara dunia, setidaknya ia sudah punya jam terbang lebih dari 90 kali balapan di Kejuaraan Dunia MotoGP sejak tahun 2003, mulai dari kelas 125 cc hingga kelas utama MotoGP. Pria kelahiran San Giovanni Rotondo, Italia ini sudah memiliki relasi dengan Ducati sejak tahun 2013.
Honda Racing Corporation (HRC) pernah menunjuk Hiroshi Aoyama, juara dunia MotoGP kelas 250 cc tahun 2009 untuk menjadi tes rider mereka. Setidaknya sejak tahun 2015, Aoyama langganan menjadi pebalap tes untuk tim Repsol Honda, maupun EG 0,0 Marc VDS yang juga bermesin Honda. Pengalaman Aoyama jelas amat dibutuhkan tim Honda dalam pengembangan setting-an motor. Berkat kepiawaian dan pengalamannya, Aoyama akhirnya resmi naik jabatan menjadi manajer tim balap Honda, Idemitsu Honda Asia yang berlaga di Moto2 pada tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Kini, Stefan Bradl ditunjuk menjadi pengganti Aoyama. Juara dunia Moto2 tahun 2011 itu punya relasi bersama LCR Honda di kelas MotoGP pada tahun 2012-2014. Jadi, jelas ia sudah akrab dengan mesin, maupun sasis Honda. Pebalap asal Jerman yang mengalami musim kurang beruntung di Kejuaraan Dunia Superbike 2017 tersebut diharapkan dapat memanfaatkan peran barunya di Honda sebagai pebalap tes selama tahun 2018. Ia dituntut untuk dapat mengembangkan motor Honda RC213V, yang merupakan tunggangan dari Marc Marquez dan Dani Pedrosa.
Di pihak KTM, mereka tentu cukup beruntung memiliki Mika Kallio sebagai pebalap tes. Pebalap Finlandia yang pernah menjadi andalan KTM di kelas 125 cc (2003-2006) dan 250 cc (2007-2008) MotoGP ini telah menjadi pebalap tes untuk KTM sejak 2016. Pit Beirer bahkan memuji-muji performa Kallio selaku pebalap tes untuk tim KTM MotoGP.
ADVERTISEMENT
"Mereka (Bradley Smith dan Pol Espargaro) tidak bisa tertidur jika ada Mika di sana (lintasan)," kata Beirer di akhir musim 2017, sebagaimana dikutip dari CRASH 18 Januari 2018. "Dia (Mika Kallio) telah menetapkan tingkatan langsung pada tingkat tinggi. Namun, kombinasinya begitu hebat. Itu tidak akan membuat kita lebih baik untuk menempatkan Mika ke dalam tim balap karena Mika adalah faktor kunci yang fundamental di tempat kita berada saat ini."
Di ajang Formula 1 ada nama Jean Alesi, legenda balap Formula 1 asal Prancis yang sepanjang karirnya mencatatkan 32 raihan podium (sekali podium pertama), yang saat sudah memutuskan pensiun memutuskan untuk setahun menjalani peran sebagai pebalap tes tim McLaren Mercedes di tahun 2002. Ada juga nama David Coulthard, legenda McLaren Mercedes, yang menjadi pebalap tes untuk Red Bull Renault pada tahun 2009 dan 2010.
ADVERTISEMENT
Michael Schumacher juga sempat menjadi pebalap tes untuk Scuderi Ferrari Marlboro. Musim terakhirnya sebagai pebalap utama adalah tahun 2006, dimana ia mengakhiri musim sebagai runner up klasemen akhir. Pada tahun berikutnya hingga 2009, ia masih mengabdikan diri di tim Ferrari dengan menjadi pebalap tes. Jelas, Ferrari amat beruntung memiliki juara dunia paling fenomenal di dunia Formula 1 sebagai pebalap tes mereka.
Aset Masa Depan
Pebalap utama tidak mungkin muda selamanya. Ada kalanya mereka yang tengah berjaya mencapai titik senjakala. Kepastian akan hal tersebut menuntut tim mencari calon aset mereka untuk masa depan. Ketika tim kepincut dengan pebalap tertentu yang masih muda tapi mereka masih punya pasangan pebalap yang tengah jaya-jayanya, lagi bagus-bagusnya, maka solusi untuk mengamankan sang pebalap masa depan tersebut adalah dengan merekrutnya menjadi pebalap tes. Ini semacam pendekatan, sekaligus memantau bahwa mereka tidak salah pilih untuk masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Ini bisa menjadi semacam simbiosis mutualisme. Pebalap tes muda, jika mereka dapat benar-benar menjalankan perannya dengan baik dan menunjukkan adanya perkembangan, maka di masa depan mereka dapat mengisi pos pebalap utama di timnya atau di tim lain. Kita ambil contoh di dunia Formula 1, dimana pebalap muda, seperti Valtteri Bottas adalah salah satu contohnya. Bottas pernah menjadi pebalap tes tim Williams F1 pada periode tahun 2010-2012, yang pada akhirnya benar-benar diangkat oleh Williams menjadi pebalap utama pada tahun 2013-2016.
David Coulthard, di masa mudanya juga menghabiskan waktu menjadi pebalap tes beberapa tim, seperti Benetton Ford (1992) dan Williams Renault (1993 dan 1994) sebelum akhirnya benar-benar diangkat menjadi pebalap tetap Williams Renault pada pertengahan tahun 1994 hingga 1995. Alexander Wurz, pebalap asal Austria itu merupakan contoh lain di Formula 1. Wurz mengawali perjalanannya di Formula 1 saat menjadi pebalap tes Benetton Renault tahun 1997. Setahun setelahnya, ia diangkat menjadi pebalap utama untuk Benetton Playlife hingga tahun 2000.
ADVERTISEMENT
Relasi Internal Pabrikan
Setiap pabrikan yang menurunkan tim balap di ajang-ajang tertentu, pastinya memiliki relasi antar kompetisinya. Kita ambil contoh, di MotoGP, tim Yamaha Movistar pasti punya relasi dengan tim Yamaha di Superbike. Tim Yamaha Movistar tentu bisa mendapat izin untuk meminjam pebalap dari tim Yamaha di Superbike untuk dijadikan pebalap tes.
Baru-baru ini, tim Suzuki Ecstar merekrut tiga pebalap di luar ajang MotoGP untuk menjadi pebalap tes, yaitu Michael Dunlop, Josh Waters, dan Toni Elias. Dari ketiga nama tersebut, hanya Toni Elias yang pernah merasakan kerasnya persaingan MotoGP. Walaupun hanya direkrut untuk satu kali sesi tes saja, tetapi kenapa harus meminta bantuan mereka?
Salah satu alasannya adalah karena MotoGP adalah ajang balapan motor paling prestisius di dunia, dan tentu menjadi sebuah mimpi bagi seluruh pebalap di dunia untuk dapat merasakan sensasi menunggangi motor MotoGP. Michael Dunlop, Josh Waters, dan Toni Elias adalah pebalap Suzuki yang berjaya di tahun 2017 pada ajang yang masing-masing mereka ikuti.
ADVERTISEMENT
Toni Elias adalah juara Superbike di ajang MotoAmerica, Michael Dunlop merupakan juara Isle of Man TT kategori senior, dan Josh Waters merupakan juara balapan Australia Championship. Ini juga menjadi semacam penghargaan dari Suzuki untuk ketiga pebalap tersebut. Ditambah lagi, karena mereka adalah pebalap berprestasi, walau pada ajang yang berbeda, tetapi masukan dari mereka jelas penting untuk pengembangan motor.
Pada akhirnya, ketika seorang pebalap ataupun timnya memasuki fase kejayaan, dunia tentu akan lebih tertarik memberikan lampu sorot seterang-terangnya ke arah mereka. Ini yang membuat para pebalap tes kadang dilupakan. Padahal, jika tanpa kehadiran seorang pebalap tes di dalam tim, belum tentu kendaraan dapat dikembangkan dengan baik. Pebalap tes ibaratnya sebuah bayangan, dimana kehadirannya membuat cahaya semakin terlihat benderang.
ADVERTISEMENT