Secuil Kisah tentang 'Raksasa' Bosnia Bernama Jusuf Nurkic

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
10 Januari 2019 7:40 WIB
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jusuf Nurkic, andalan Portland Trail Blazers. (Foto: NBA)
Tidak seperti pebasket NBA kebanyakan, Jusuf Nurkic tidak berasal dari keluarga pebasket profesional, tidak pula menekuni basket sejak dini. Namun, semua itu bukanlah penghalang karena kini ia adalah Center andalan tim basket NBA, Portland Trail Blazers.
ADVERTISEMENT
Hingga 41 pertandingan yang dijalani Trail Blazers pada musim 2018/2019, pebasket kelahiran Tuzla, Bosnia and Herzegovina, ini menjadi pemain dengan rata-rata rebound terbanyak, yakni 10,5 per pertandingan (total 429). Untuk urusan mencetak poin, ia rata-rata mencetak 15,3 poin per pertandingan (total 626), terbanyak ketiga setelah CJ McCollum (Guard) dan Damian Lillard (Guard).
Pebasket kelahiran 23 Agustus 1994 ini memiliki julukan Bosnian Beast (ada juga yang menyebutnya Bosnian Bear). Bukan tanpa alasan, lantaran tubuhnya sangat besar. Menurut situs resmi NBA, Jusuf Nurkic memiliki tinggi badan 2,13 meter (7,0 kaki) dan berat badan 124,7 kilogram (275 pon). Lebih besar dari LeBron James (2,03 meter dan 113,4 kilogram).
Berkat sang ayah, Jusuf menjadi pebasket profesional
Jusuf Nurkic dalam sebuah pertandingan kontra Minnesota Timberwolves. (Foto: Reuters/USA Today Reports)
Ada kisah menarik tentang awal mula Jusuf bisa menggeluti dunia basket. Ini gara-gara berita sensasional tentang sang ayah, Hariz Nurkic, yang merupakan seorang polisi di Bosnia. Hariz Nurkic memiliki tubuh yang sangat besar, bertinggi sekitar 7 kaki dengan berat badan lebih dari 400 pon.
ADVERTISEMENT
Tanpa perlu mengenal Hariz secara personal, kita sudah dapat mengira bahwa ia adalah pria yang sangat besar, sangat kuat, dan tentu sangat menakutkan. Bahkan, untuk ukuran seorang polisi sekali pun. Dan itu terbukti, kala Hariz diberitakan terlibat perkelahian dengan 14 orang sekaligus, di mana akhirnya semua orang itu ditumbangkan olehnya sendirian.
Berita tentang perkelahian itu menjadi headline di sejumlah media Bosnia. Banyak orang membaca kisah itu, salah satunya adalah agen olahraga bernama Enes Trnovcevic. Berdasarkan cerita yang tertulis dalam sebuah situs penggemar Jusuf Nurkic, dikisahkan bahwa berita tersebutlah yang kemudian menuntun Enes untuk bertemu Jusuf pertama kali.
Ayah Jusuf Nurkic adalah seorang polisi di Tuzla, Bosnia, dan Herzegovina. Suatu hari seorang agen olahraga Bosnia Enes Trnovcevic sedang membaca koran di mana dia membaca: 'Polisi Bosnia, Hariz Nurkic telah mengalahkan 14 orang dalam perkelahian'. Dia tahu apa yang harus segera dilakukan! Hari berikutnya dia pergi ke Tuzla dan bertemu dengan ayah Nurkic. Satu-satunya hal yang dia tanyakan adalah: 'Apakah kamu memiliki seorang putra?' Jusuf Nurkic pada waktu itu adalah seorang bocah lelaki berusia 14 tahun dan tidak pernah berlatih bola basket. Enes Trnovcevic membawanya ke Slovenia dan memberinya kesempatan yang ia terima dan gunakan," kurang lebih itulah yang tertulis, dilansir SB Nation.
ADVERTISEMENT
Apakah kisah tersebut benar adanya?
Jusuf sudah mengonfirmasinya saat diwawancarai oleh Slam ihwal bagaimana pertama kali dirinya mengenal olahraga basket. Ia menceritakan ulang tentang pertemuan pertamanya dengan sang agen.
"Ayah saya bertinggi 7 kaki, seorang perwira polisi (dengan berat badan) 400 pon di Bosnia, jangan macam-macam dengannya," tuturnya sambil tertawa.
Ia menceritakan, ayahnya pernah mencoba bermain basket tapi kakinya terlalu besar, sehingga kesulitan mencari sepatu yang cocok. Jusuf pun mengalami masalah serupa, "Agen saya melihat dia dan lalu bertanya apakah dia punya anak dan ayah saya berkata, 'Ya, saya punya satu dan dia memberi saya masalah karena saya tidak dapat menemukan sepatu untuknya."
Sang agen pun langsung memprospek Jusuf untuk menjadi bintang di NBA. "Ketika saya bertemu agen saya, dia mengatakan kepada saya bahwa saya akan menjadi pemain NBA dan saya berpikir, 'Apa yang salah dengan pria ini? Saya bahkan belum pernah berlatih'," katanya sambil tertawa.
ADVERTISEMENT
Masa-masa sulit di Slovenia
Tak lama setelah itu, pada tahun 2009, Jusuf dibawa ke Slovenia dan menandatangani kontrak profesional pertamanya, di usia belum genap 15 tahun. Ternyata, itu adalah pengalaman pertama Jusuf pergi merantau jauh dari keluarga. Baginya, masa-masa itu sangat berat.
"Saya pergi ke Slovenia dan saya menangis hampir setiap hari selama enam bulan. Saya pergi ke sekolah dan mencoba belajar bahasa baru dan budaya baru. Itu sulit, tapi itu menyenangkan," katanya, dilansir Slam.
Bakatnya mulai mendapat perhatian
Awalnya, Jusuf bermain untuk tim basket junior dari klub Zlatorog Lasko. Namun, salah satu batu loncatan terbesar bagi kariernya adalah kala ia dipinjamkan ke tim basket Union Olimpija, sejak Februari 2012, untuk bertanding di Nike International Junior Tournament (sekarang Adidas Next Generation Tournament). Ia mencetak rata-rata 18,8 poin dan 11 rebound.
ADVERTISEMENT
Pada Oktober 2012, ia resmi pindah ke klub basket Kroasia, Cedevita, dengan harapan bisa lebih mengasah bakat dan mengembangkan karier profesionalnya. Namun, ia tetap kesulitan mendapat menit bermain, hingga ia pun sempat dipinjamkan ke klub Kroasia lainnya, Zadar.
"Saya mendapat banyak peluang bermain bersama Zadar di Liga Adriatik--saya mengalami masa-masa yang luar biasa di sana. Orang-orang mencintai Anda ketika Anda berjuang dan menunjukkan bahwa Anda memiliki keinginan yang kuat untuk bermain," kata Juric, dilansir Slam.
Barulah pada musim keduanya (2013/2014), di bawah asuhan pelatih Jasmin Repesa, Jusuf mampu menunjukkan kebolehannya bersama Cedevita di berbagai ajang. Performa apik ia tunjukkan saat bermain di turnamen Liga Adriatik (liga basket khusus negara pecahan eks Yugoslavia). Dalam 28 pertandingan, dengan rataan waktu bermain sekitar 16 menit per pertandingan, ia membukukan rata-rata 11,7 poin dan 5,7 rebound.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, di kancah nasional, Jusuf Nurkic berperan memberikan gelar juara Liga Basket Kroasia yang pertama bagi Cedevita, sekaligus juga gelar juara Piala Bola Basket Kroasia (Kresimir Cosic Cup) pada musim yang sama. Ia juga dinominasikan ke dalam ajang penghargaan Pemain Muda Eropa Terbaik FIBA tahun 2014--meski akhirnya yang menang adalah pebasket Kroasia, Dario Saric.
Menuju NBA
Tak pelak, bakat Jusuf tercium hingga Amerika Serikat. 26 Juni 2014, ia dipilih oleh Chicago Bulls dalam draft NBA (16th overall pick). Namun, ia kemudian di-trade ke Denver Nuggets, dan menandatangani kontrak dengan tim yang bermarkas di Colorado itu pada 31 Juli 2014. Tak butuh waktu lama bagi Jusuf untuk menunjukkan kebolehannya, terutama dari segi kecepatan--meski ia bertubuh besar.
ADVERTISEMENT
Pelatih Nuggets kala itu, Brian Shaw, mengaku terkejut dengan penampilan apik sang rookie. "Ketika kami mendapatkannya, kami terkejut dengan kelincahannya," Kata Shaw dilansir NBA.com, 14 November 2014. Jusuf mengakhiri musim perdananya dengan baik, membukukan rata-rata 6,9 poin dan 6,2 rebound, hingga akhirnya diundang mengikuti Rising Stars Challenge.
Jusuf Nurkic dengan Brian Shaw semasa di Denver Nuggets. (Foto: NBA)
Penggemar berat Kobe Bryant ini mengaku tidak begitu menemui kesulitan mempelajari Bahasa Inggris. Jusuf merasa terbantu oleh lingkungan di sekitarnya. "Di Amerika, lebih mudah mempelajari bahasa baru--tidak ada yang mengolok-olok anda, orang-orang mencoba membantu anda," ungkapnya.
Bahkan, Brian Shaw mengatakan bahwa Jusuf adalah pebasket yang pintar. "Dia (Jusuf Nurkic) memiliki pemahaman yang baik, karena dia memiliki IQ bola basket yang tinggi," katanya, dilansir Yahoo! Sports, 14 Januari 2015.
ADVERTISEMENT
Pada musim pamungkasnya bersama Nuggets, ia mencetak 23 poin, rekor untuknya sendiri, saat Nuggets membungkam New Orleans Pelicans, 107-102. Akan tetapi, lantaran pelatih Michael Malone lebih memilih Nikola Jokic (Center, Serbia) ketimbang dirinya, akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Pepsi Center, menuju Moda Center, markas Portland Trail Blazers di Oregon pada 13 Februari 2017.
Jusuf Nurkic dalam sebuah pertandingan melawan Brooklyn Nets. (Foto: NBA)
Performa apik Jusuf Nurkic turut berkontribusi terhadap raihan positif Trail Blazers musim lalu (2017/2018), yakni menjuarai Northwest Division dan berada di peringkat tiga Wilayah Barat. Walau sayangnya, mereka harus kalah di ronde pertama play-off dari New Orleans Pelicans (4-0). Musim ini, untuk sementara (hingga 8 Januari 2019), Portland Trail Blazers berada di peringkat 3 Northwest Division dan peringkat 7 Wilayah Barat.
ADVERTISEMENT
Tidak lupa keluarga, cinta negara, dan ingat Tuhan
Jusuf Nurkic dalam sebuah pertandingan melawan Phoenix Suns. (Foto: Getty Images)
Sudah sukses di negeri orang, tak lantas membuat Jusuf lupa keluarga. Ia kerap berusaha menyempatkan diri berkomunikasi dengan keluarganya, meski hanya melalui aplikasi.
"Kami menggunakan FaceTime dan Skype, tetapi sulit untuk berkomunikasi karena saya selalu bepergian dan ada perbedaan besar dalam zona waktu. Saya mencoba dan melakukan apa pun yang saya bisa untuk membuat rumah saya di (Amerika Serikat) terasa seperti rumah di Bosnia, tetapi anda merindukan keluarga dan teman anda," ungkapnya.
Hariz Nurkic diketahui pernah datang ke Amerika Serikat untuk menonton langsung pertandingan anaknya kala masih bermain di Denver Nuggets. Dan, ya, dia terlihat sangat besar.
Pernah sekali waktu ia mengunggah foto ibunya di akun Instagram-nya. Ia mengajak para followers mengucapkan selamat ulang tahun kepada sang ibu.
ADVERTISEMENT
Jusuf juga diketahui sangat mencintai negaranya. Sejak level junior, ia sudah membela tim basket Bosnia, bahkan pernah menjadi MVP di Kejuaraan FIBA Eropa U-18 Divisi B tahun 2012 dan MVP Kejuaraan FIBA Eropa U-20 Divisi B tahun 2014. Meski sempat berkonflik dengan federasi, ia tetap sudi membela timnas Bosnia pada kualifikasi Eurobasket 2017 di level senior.
Ia pun berharap NBA dapat mengadakan event di Bosnia. "Suatu hari akan menyenangkan memiliki acara NBA di Bosnia. Kami sedang mengerjakannya," katanya kepada Slam, 23 Maret 2017.
Aksi Jusuf Nurkic bersama timnas Bosnia di ajang kualifikasi EuroBasket 2017. (Foto: FIBA)
Pada hari ulang tahun negaranya, Jusuf menunjukkan cintanya dengan mengunggah foto dengan caption, yang jika diterjemahkan: "Others may have more, we need you enough. You are the only one, Bosnia and Herzegovina! Happy birthday, homeland."
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang muslim, Jusuf Nurkic kerap mengunggah foto atau gambar berbau Islami lewat akun Instagram-nya. Biasanya, pada hari-hari besar Agama Islam. Saat momen Idul Adha, ia mengunggah foto masjid di Bosnia dengan caption yang kurang lebih menyeru kepada sesama muslim untuk terus memperkuat iman dan teguh di jalan kebenaran.
Kesuksesannya di tanah rantau tak membuatnya lupa asal usul. Memiliki badan besar tak lantas membuatnya lupa dengan Tuhan Yang Maha Besar.