Supaya Kita Enggak Goblok

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
15 Agustus 2022 21:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi membaca buku. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membaca buku. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Saya memiliki keinginan untuk kembali menulis buku. Namun masalahnya, saya sempat terkendala di tiga fase.
ADVERTISEMENT
Pertama, saya mau, tetapi bingung konsep isi bukunya nanti mau bagaimana.
Kedua, saya mau, sudah menemukan konsep isi bukunya, tetapi malas mengeksekusi.
Ketiga, saya sudah ada konsep, memiliki niat mengerjakan, tetapi saya lalu menjadi tidak mau. Kenapa?
Karena saya tiba-tiba mempertanyakan kembali, kenapa kita harus menulis? Apakah itu penting?
Saya hidup di negara yang penduduknya malas membaca. Jadi, untuk apa saya menulis buku lagi? Toh, sekarang juga orang lebih suka nonton Tiktok, YouTube, atau Instagram. Termasuk saya.
Ilustrasi buku. Foto: Shutter Stock
Hingga malam ini, saya berbalas pesan WhatsApp dengan teman saya yang seorang penulis. Dia bilang, mau menulis buku lagi.
Lantas, saya tanya, "Kenapa masih mau nulis? Orang Indonesia kan enggak suka membaca".
ADVERTISEMENT
Saya sungguh berharap mendapat pencerahan dari dia. Saya berpikir akan mendapat jawaban yang filosofis. Saya mengira akan menerima masukan bijak yang akan menjadi penggerak bagi saya untuk kembali serius menulis buku.
Ilustrasi buku puisi. Foto: Shutter Stock
Aneh, tetapi nyata. Saya langsung merasa, "Ah inilah jawaban yang saya cari. Oke, saya akan mulai menggarapnya besok".
Entah, apakah akan benar terealisasi atau tidak. Saya sih sudah tahu bakal menulis apa.
Namun, saya masih membuka opsi lain. Kalau kalian ada saran, sebaiknya saya menulis apa?