Terjebak di Toilet Saat H-1 Sidang Skripsi

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
27 Januari 2020 19:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mengerjakan skripsi. Foto: CoWomen/unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengerjakan skripsi. Foto: CoWomen/unsplash
ADVERTISEMENT
Memori gua kembali ke masa sekitar 4,5 tahun silam. Di pengujung Juni 2015.
ADVERTISEMENT
Waktu itu gua lagi di kampus. Hal yang gua kerjakan adalah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menghadapi sidang skripsi esok harinya: Mulai dari melengkapi data, bikin slide presentasi, hingga menyiapkan materi yang hendak disampaikan.
Semua nyaris sempurna. Lalu, pada sekitar pukul 17:00 WIB, gua memutuskan beranjak dari tempat gua mengerjakan skripsi, meninggalkan teman-teman gua yang masih terduduk di sana, di Taman Bougenville FKM UI.
Niat gua beranjak dari situ adalah ingin salat asar --kewajiban yang gua tunda-tunda lebih dari satu jam lamanya, nyaris dua jam (Ampun, Ya Allah), sedangkan teman-teman gua yang lain pada sudah mengerjakannya.
Sebaiknya kita memang jangan menunda-nunda salat (meski gua masih sering sampai sekarang). Foto: pixabay
Singkat cerita, ketika sampai di musala kampus yang terletak di gedung RIK, gua enggak langsung ambil wudu, tuh. Habis lepas sepatu dan lepas kaus kaki, gua mau buang air kecil terlebih dahulu. Di sinilah, 'bencana' itu terjadi.
ADVERTISEMENT
Toilet laki-laki di musala RIK itu memberi kita dua opsi untuk kencing: Bisa di urinoir, bisa di bilik toilet. Biasanya, sih, gua kalau kencing di sana pakai urinoir, tetapi entah kenapa sore itu gua lagi pengin di toilet saja.
Ilustrasinya kayak gini, tetapi batas atas dan batas bawah pintu bilik toiletnya rapat banget. Kucing saja tak bisa masuk mungkin. Foto: Pixabay/myjanitors
Pas gua udah masuk ke dalam bilik toilet, sebelum 'buka-bukaan', pastinya gua tutup pintu dulu, dong? Iya, dong? Gua enggak maulah memberi tontonan gratis ke warga sesama jenis --lawan jenis juga, sih.
Namun, pintu bilik toiletnya itu susah ditutup. Kayak terganjal sesuatu, padahal tidak. Ya, sudah. Akhirnya, dengan sekuat tenaga, gua dorong itu pintu sampai tertutup rapat agar gua bisa mengelar 'rapat tertutup' dengan tenang bersama WC di hadapan gua.
Nah, masalah muncul ketika gua sudah selesai kencing. Usai cebok, cuci tangan, dan pakai celana dengan benar, gua lalu bermaksud keluar dari sana. Ya, iyalah. Masa gua menginap di toilet musala? Bisa-bisa gua berevolusi jadi kecoak.
ADVERTISEMENT
Nahasnya, pintu bilik toilet itu enggak bisa terbuka! Mampus!
Ekspresi gua waktu itu. Foto: Pixabay/OpenClipart-Vectors
Gua sudah coba tarik sekuat tenaga, tetapi tak terbuka juga. Fix banget gua terkurung di dalam bilik toilet itu. Gua benar-benar clueless enggak tahu mau berbuat apa.
"Ya Allah, ampun," gumamku dalam hati.
Gua juga enggak bisa minta pertolongan siapa-siapa. Ponsel gua tinggal di meja karena lagi di-charge. Kalaupun mau dibawa, percuma juga karena toilet itu membuat sinyal ponsel hilang --pernah gua coba bawa pada beberapa kesempatan sebelumnya.
Bagaimana dengan celah di atas dan bawah pintu toilet? Man, percayalah. Celahnya sangat kecil. Gua yakin kucing saja tidak bisa menembusnya, apalagi mahasiswa berbobot 82 kilogram dan bertinggi 173,2 sentimeter!
Ndilalah, di dalam sana gua sendirian. Enggak ada orang lagi. "Ya Allah, apakah ini azab menunda-nunda salat?" pikir gua dalam hati.
ADVERTISEMENT
Kemudian, alhamdulillah, ada orang lain masuk. Di situ, gua berteriak minta bantuannya, "Pak! Tolong, pak! Saya terkunci!"
Orang itu lalu membuka pintu bilik toilet dari luar. Dia berusaha sekuat tenaga, tetapi gagal juga. "Aduh, Mas. Susah. Saya enggak bisa," ujar orang itu. Habis sudah riwayat gua.
"Bentar, ya, Mas," lanjut orang itu. Sebuah kalimat yang seolah memberikan harapan. Gua pikir dia bakal memanggil bala bantuan buat menolong gua, entah itu cleaning service, satpam, dosen, pemadam kebakaran, polisi, TNI, atau sekalian FBI dan CIA!
Akan tetapi, gua tunggu-tunggu, 5-7 menit, orang itu tak kunjung kembali. PHP.
Di situlah gua merenung sambil bergumam dalam hati, "Ya Allah, apakah hamba bakal mati di toilet ini? Apakah hamba bakal gagal jadi sarjana dan malah jadi almarhum?"
ADVERTISEMENT
"Apakah hamba harus 'skip' sidang skripsi dan langsung ke sidang akhirat? Belum siap, Ya Allah".
Hiks..... Foto: Pixabay/StockSnap
Di tengah keputusasaan itu, entah kenapa semangat gua kembali. Gua bertekad harus bisa keluar dari bilik toilet sempit itu. Akhirnya, gua coba tarik pintu itu sekali lagi. Tangan kiri memegang gagang pintu, tangan kanan menarik bagian bawah pintu.
Dan akhirnya: ALHAMDULILLAH! Pintu itu terbuka. Gua selamat. Ternyata, gua masih dianugerahi umur panjang, masih bisa sidang skripsi di hari berikutnya.
Ada kali lebih dari 15 menit gua terkurung di sana. Setelah itu, gua buru-buru cuci tangan, wudu, dan langsung salat asar.
Satu pelajaran berharga dari kisah ini adalah, nih buat para mahasiswa terutama: Jangan sampai skripsi melalaikan ibadah.
ADVERTISEMENT
Sebab, pada akhirnya, kelulusanmu itu juga atas kehendak Tuhan. Dia-lah yang menyelamatkanmu dari rumah hingga lokasi sidang dan menggerakkan hati dosen dan para pengujimu.