Tokyo MER: Adu Politik & Niat Merevolusi Sistem Kesehatan Jepang

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
7 Juli 2022 21:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Drama Jepang 'Tokyo MER'. Foto: Instagram/@tokyo_mer_tbs
zoom-in-whitePerbesar
Drama Jepang 'Tokyo MER'. Foto: Instagram/@tokyo_mer_tbs
ADVERTISEMENT
Saya kembali merekomendasikan kepada kalian drama Jepang yang seru untuk ditonton, yakni Tokyo MER. Drama ini membuat saya takjub ketika menontonnya sekaligus bertanya-tanya setelah menamatkannya.
ADVERTISEMENT
Intinya begini, tanpa spoiler, Tokyo MER menceritakan tentang sebuah tim gawat darurat khusus yang dibentuk oleh Gubernur Tokyo di rumah sakit pilihannya. Tim ini terdiri dari dokter, perawat, ahli anestesi, dan ahli peralatan medis.
Mereka menaiki sebuah mobil canggih saat menuju tempat adanya kedaruratan. Mobilnya canggih banget, karena ada ruang operasinya sendiri. Gokil!
Namun, tugas mereka berat. Sebab, Gubernur Tokyo memberi mandat bahwa tidak boleh ada korban jiwa di TKP setiap mereka bertugas. Sebuah perintah yang sangat gila. Bagaimana mungkin tim gawat darurat selalu pulang tanpa korban jiwa di setiap misinya?
Drama Jepang 'Tokyo MER'. Foto: Instagram/@tokyo_mer_tbs
Spoiler sedikit, salah satu adegan tergila adalah adegan dokter mengoperasi orang yang posisinya terjepit di kursi sopir truk. Enggak pakai dievakuasi dulu, pasien langsung operasi di sana. Tontonlah sendiri untuk merasakan ketegangannya.
ADVERTISEMENT
Namun, jangan kira ini adalah drama sadis, banyak darah, gore, dan membikin mual. Adegan-adegan medisnya disorot dengan 'bijak' yang tidak membuat ngeri.
Misalnya, adegan mengoperasi, itu cuma disorot dokternya kerja pakai gunting dan sebagainya ke arah atas, jadi bukan dikasih lihat organ dalam pasiennya. Rating-nya '13+' kok.
Sebenarnya, ini drama yang kalau skenarionya tidak matang saya bisa benci banget. Sebab, si karakter utama dikesankan layaknya, kalau dalam istilah saya, 'Superman', yakni seorang yang selalu bertindak atas nama idealisme mulianya, seorang yang mungkin tidak ada di dunia karena tidak realistis pemikirannya.
Akan tetapi, drama ini dieksekusi dengan baik. Sosok 'Superman' ini dikelilingi manusia-manusia realistis yang menyerang idealismenya atau pemikiran naifnya. Satu lagi yang membuat drama ini tetap seru dan realistis adalah politiknya.
Drama Jepang 'Tokyo MER'. Foto: Instagram/@tokyo_mer_tbs
Jadi, unit gawat darurat ini adalah proyek Gubernur Tokyo, yang dibuatnya dengan tujuan untuk menaikkan elektabilitas jelang Pemilu Perdana Menteri. Di sisi lain, ada kubu Pemerintah Pusat yang tidak senang, dalam hal ini Menkes Jepang, yang juga berniat maju jadi Perdana Menteri.
ADVERTISEMENT
Jadi, ada usaha saling menjatuhkan di antara keduanya. Bayangkan, urusan kesehatan di sebuah negara dijadikan alat oleh para politikusnya demi kepentingan pribadi. Bagaimana nasib orang-orang yang sakit?
Pemerintah Pusat vs Pemerintah Ibu Kota. Adu kepentingan jelang pemilu. Pada akhirnya, yang di ujung tanduk adalah rakyat. Kok, terkesan familiar ya?
Itulah bagian seru dari drama Tokyo MER. Kalau mau nonton, bisa di Disney+Hotstar. Di sisi lain, hal yang membuat saya bertanya-tanya adalah kalimat dari tokoh lain yang mengatakan ingin "Merevolusi Sistem Kesehatan Jepang".
Maksud saya, Jepang kan negara maju. Memangnya, seburuk apa sistem kesehatannya sampai perlu direvolusi? Iya, dia pakai kata "Merevolusi", lho, entah memang begitu artinya atau barangkali ada salah terjemahan.
ADVERTISEMENT
Ada yang pernah tinggal di Jepang dan berobat di sana? Kalau ada, boleh diceritakan pengalaman kalian dan apakah memang sistem kesehatan di Jepang tidak semaju yang saya sangka?