Hadirkan Pakar Sejarah, KBRI Den Haag Selenggarakan Seminar Kebangkitan Nasional

KBRI Den Haag
Akun Resmi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda
Konten dari Pengguna
21 Mei 2020 16:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KBRI Den Haag tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hadirkan Pakar Sejarah, KBRI Den Haag Selenggarakan Seminar Kebangkitan Nasional
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari Kebangkitan Nasional dirayakan dengan penuh rasa kebangsaan di Belanda oleh masyarakat dan pelajar Indonesia di Belanda (20/05/2020). Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Belanda (PPI Belanda) mengadakan diskusi secara daring (webinar) yang diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat baik di Belanda maupun di Indonesia. Diskusi bertajuk ‘Memaknai Kebangkitan Nasional di Masa Sekarang’ telah membahas sejarah kebangsaan dan kebangkitan nasional yang terus berkembang sampai sekarang. Diskusi dibuka oleh Duta Besar RI, I Gusti Agung Wesaka Puja dan menghadirkan tiga narasumber, yaitu Prof. Gert Oostindie, Direktur Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV); Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) dan mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; serta Adrian Perkasa, kandidat doktor bidang sejarah dari Universitas Leiden, Belanda. Sementara, Sekretaris Jenderal PPI Belanda, Bhagasjati Kusuma bertindak sebagai moderator diskusi.
Dalam sambutan membuka seminar tersebut, Dubes Puja menekankan betapa pentingnya masyarakat Indonesia merefleksikan Kebangkitan Nasional di masa Pandemi Covid-19 saat ini. Dijelaskan pula bahwa Budi Oetomo dan Sarekat Dagang Islam (SDI) dalam pergerakan nasional merupakan cikal bakal Kebangkatan Nasional dalam sejarah Indonesia.
Prof. Gert Oostindie dari KITLV mengungkapkan secara terbuka bahwa pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu telah gagal dalam memahami gerakan nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20. Menurutnya, ada 3 alasan mengapa pemerintah Belanda bersikukuh untuk mempertahankan kolonialisme di Hindia Belanda. Faktor-faktor tersebut di latarbelakangi oleh alasan ekonomi, geopolitik dan etis.
ADVERTISEMENT
“Indonesia dan Belanda memiliki hubungan yang panjang yaitu dimulai pada masa kolonial Belanda sampai pada permintaan maaf Raja Belanda kepada Pemerintah dan rakyat Indonesia di saat kunjungan kenegaraan Raja Belanda ke Indonesia beberapa bulan lalu.” Prof. Gert menjelaskan.
Sementara itu, Prof. Komaruddin Hidayat menekankan pentingnya Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa Indonesia. Persatuan dan kesatuan Indonesia, menurutnya, adalah sebuah keajaiban karena Indonesia terdiri dari berbagai pulau dengan latar penduduk yang sangat heterogen dari sisi etnis, bahasa dan budaya, tetapi hingga saat ini masih utuh. Salah satu faktor utama pemersatu bangsa Indonesia adalah Pancasila. Lebih lanjut, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia ini menekankan bahwa generasi sekarang adalah generasi milenial, generasi hybrid, yang tidak memiliki koleksi memori tentang pertentangan ideologi. Oleh karenanya, di kalangan anak muda sekarang lebih mudah untuk menemukan common enemy untuk menciptakan kohesi nasional, terutama dalam masa pandemi Covid-19 sekarang ini.
ADVERTISEMENT
“Sebuah bangsa dihadapkan pada tiga agenda penting, yaitu teknologi, pemerintahan yang efektif, bersih dan berwibawa serta identitas yang kuat. Ketiga agenda tersebut sangat diperlukan untuk membangun sebuah bangsa yang kuat terutama dalam menghadapi masa-masa sulit menghadapi pandemi Covid-19 saat ini”, ujar Prof Komaruddin Hidayat.
Di lain sisi, Adrian Perkasa menyoroti beberapa gerakan nasionalisme kultural dan membandingkannya dengan gerakan nasionalisme politik, yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pergerakan Indonesia dalam sejarah, seperti Dr. Sutomo dan Suwardi Suryaningrat. Berbeda dengan gerakan nasionalisme politik yang menimbulkan konflik dan ketegangan, gerakan nasionalisme kultural telah terbukti dapat menyatukan masyarakat Indonesia.
Diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab seputar sejarah Indonesia dan perkembangan hingga saat ini. Berbagai pertanyaan menarik dan tajam disampaikan oleh para peserta di Belanda maupun para mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia kepada ketiga panelis.
ADVERTISEMENT
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini diharapkan dapat mengingatkan dan menggali kembali berbagai nilai dan pelajaran berharga dari sejarah Indonesia yang telah ditorehkan oleh para pendahulu bangsa dan tokoh-tokoh nasional Indonesia. Semoga berbagai macam nilai dan pelajaran berharga itu tetap relevan hingga saat ini untuk membangun Indonesia yang lebih maju, terdepan dan tetap menjunjung tinggi toleransi, persatuan serta kesatuan bangsa.