Rencana Pembangunan Ibu Kota Baru yang Smart, Green, & Sustainable

KBRI Den Haag
Akun Resmi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda
Konten dari Pengguna
4 Desember 2019 3:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KBRI Den Haag tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rencana Pembangunan Ibu Kota Baru yang Smart, Green, & Sustainable
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
KBRI Den Haag didukung oleh Diaspora Indonesia Task Force Livable Cities di Belanda telah menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Pemindahan Ibu Kota Negara, di Delft, pada 2 Desember 2019. FGD menghadirkan pembicara-pembicara terkemuka baik yang hadir langsung di Belanda maupun yang memberikan paparan dari Indonesia dan Amerika Serikat melalui Skype. FGD dihadiri oleh lebih dari 60 peserta yang secara antusias mengikuti sejumlah paparan yang mengupas berbagai perspektif mengenai rencana pemindahan ibu kota.
ADVERTISEMENT
Membuka FGD, Dubes RI Den Haag, I Gusti A. Wesaka Puja, menyampaikan harapan adanya berbagai masukan terkait rencana pemindahan Ibu Kota Negara, terutama mengingat banyaknya pengalaman dan juga expertise di Belanda termasuk di kalangan diaspora, di bidang isu tata kota, smart dan sustainable city. Tak hanya itu, Dubes juga menyampaikan berbagai potensi kerja sama, termasuk investasi pengembangan tata kota di wilayah Ibu Kota Negara baru bagi pengusaha Belanda di berbagai bidang pembangunan infrastruktur.
Di antara para pembicara, hadir Ketua Satgas Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Ibu Kota Negara Kementerian PUPR, Ir. Imam Santoso Ernawi, MCM, MSc. Tidak hanya menyoroti tentang aspek perencanaan kebutuhan lahan, Imam Santoso Ernawi juga menjelaskan tentang visi pembangunan Ibu Kota Negara yang mengedepankan identitas nasional, dan direncanakan akan dibangun sebagai kota yang smart, green, beautiful dan sustainable. Imam Santoso Ernawi juga menyampaikan penghargaan kepada KBRI Den Haag yang telah memelopori sosialisasi mengenai pemindahan Ibu Kota Negara kepada publik di luar Indonesia, termasuk kepada instansi pemerintah, kalangan bisnis, diaspora, maupun pelajar di Belanda.
Daliana Suryawinata, arsitek sekaligus salah satu juri Sayembara Desain Ibu Kota Baru menyampaikan berbagai aspek yang akan menjadi pertimbangan pada penjurian Sayembara Desain Ibu Kota Baru, termasuk pentingnya membangun kota yang inklusif. Sementara itu, Wiwi Tjiook dari IDN Livable Cities dan Marcia van de Vlugt, ahli Spatial Planning dari Kementerian Dalam Negeri Belanda, menyoroti aspek-aspek penting yang dapat dipelajari dari pengalaman Belanda, seperti pentingnya menggunakan integrated approach, pemahaman kondisi lansekap, perencanaan yang mencakup visi jangka panjang pengembangan kota serta pentingnya mempertimbangkan aspek climate adaptation dalam rencana pembangunan kota.
Selain aspek tata kota dan lingkungan, perspektif budaya dan keragaman juga menjadi sorotan pembahasan FGD. Emilius Sudirjo, dari Forum Intelektual Dayak Nasional, menekankan pentingnya perhatian bagi kemajuan masyarakat setempat dan juga untuk mengakomodir budaya-budaya lokal. Dengan demikian, Ibu Kota Negara baru akan menjadi rumah bersama baik bagi pendatang maupun warga setempat.
ADVERTISEMENT
FGD juga menghadirkan ahli Indonesia dari Universitas Leiden, Prof. David E.F. Henley dan Dr. Deden Rukmana dari Alabama A&M University yang memaparkan sejumlah pandangan dan perspektif dari rencana pemindahan Ibu Kota Negara. Prof. Henley mengupas mengenai sejarah ibu kota dari masa Hindia Belanda hingga kondisi Jakarta di tahun 2019 ini. Selain itu dosen Studi Kontemporer Indonesia ini juga memberikan gambaran agar pemindahan ibu kota juga harus disertai dengan pertimbangan matang, termasuk pemikiran mengenai dampak negatif yang mungkin timbul, dengan belajar dari pengalaman sejumlah negara yang memindahkan ibu kota. Sementara Dr. Deden Rukmana menyoroti transformasi Jakarta dan berpandangan bahwa relokasi Ibu Kota Negara hendaknya dirancang dengan matang agar membuka kesempatan yang luas bagi nation building dan terlaksananya pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Seluruh peserta tampak antusias mengikuti paparan dari seluruh narasumber dan pada sesi tanya jawab diskusi berkembang antara lain seputar masa depan Jakarta pasca pemindahan Ibu Kota Negara, pertimbangan fasilitas yang ramah lingkungan dan ramah bagi kaum difabel, serta pandangan masyarakat Dayak lebih jauh mengenai rencana pemindahan Ibu Kota Negara.
FGD ini dilatarbelakangi oleh rencana Pemerintah RI untuk memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. Pemerintah mencanangkan dimulainya pembangunan ibu kota pada tahun 2020. Sebagai tahap awal rencana pemindahan Ibu Kota Negara, saat ini telah berlangsung sayembara desain ibu kota. Panitia sayembara telah menerima 292 desain dan pemenag desain diharapkan akan dapat diumumkan pada akhir Desember 2019.
ADVERTISEMENT