Budha Sutedja: Sosok Coffee Master di Eropa Utara

KBRI Stockholm
Akun Kumparan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Stockholm
Konten dari Pengguna
23 Februari 2020 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KBRI Stockholm tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lyckselle (Minggu, 23 Pebruari 2020)
Bagi penduduk Swedia yang tinggal di kota Lycksele, Budhaman dikenal penggiat kopi ternama.
ADVERTISEMENT
Pengusaha berdarah Sunda dan Bali ini pernah dinobatkan majalah “White Guide 2017” sebagai “Coffeebar of the Year”.
Penghargaan negara-negara Nordik kepada Budhaman karena perhatian dan peracikannya terhadap kopi membuat namanya moncer dan membanggakan Indonesia.
Budhaman yang beristrikan orang Swedia dan mempunyai 2 anak ini memang sehari-hari tidak lepas dari urusan kopi.
“Saya mulai dari memanggang biji kopi, membuat bubuk kopi sampai menghidangkan dalam cangkir saya lakukan sendiri,” kata Budhaman sambil menggegam biji kopi Mandailing.
Pelanggannya rata-rata adalah konsumen yang sudah lama menjadi pengunjung tetap kedai “Budhas Kaffe och Rosteri” di Storgatan 38, Lycksele, Swedia.
Budhaman sering memberikan Workshop di beberapa pertemuan kopi baik di Indonesia maupun manca negara. Awal Maret ini telah terjadwal untuk memberi pencerahan tentang kopi di Panama City. “Sekalian akan saya bawa kopi Panama untuk saya olah di Eropa”, ujar Budhaman.
Apa pesan Budhaman kepada para penggiat kopi?
ADVERTISEMENT
“Menjalankan usaha dengan bekal wawasan dan pengetahuan yang mutakhir adalah modal besar untuk maju. Kekayaan informasi juga sangat membantu penggiat kopi mengambil keputusan dan mencari solusi secara efisien ketika usaha sedang dihadapkan pada sandungan masalah keuangan”, kata Budhaman.
Apa saja keterampilan dan kemampuan yang patut dikuasai untuk menyukseskan pengembangan bisnis kopi?
Pertama, adalah pemilihan biji kopi kualitas prima. Kunci dari menu kopi yang berhasil merebut hati pelanggan, berawal dari bahan baku yang berkualitas tinggi.
Kedua, pengolahan kopi.
Pengusaha harus mengetahui bagaimana cara setiap menu dalam warung atau kedai kopi ini dibuat.
Ketiga, pemasaran digital.
Di era kejayaan media sosial sebagai pemersatu pasar, sangatlah penting bagi setiap pengusaha menguasai penggunaan dan utilisasi media sosial sebagai saluran pemasaran. Dalam hal ini Budhaman aktif menggunakan Instagram.
ADVERTISEMENT
Keempat, perhatian kepada pelanggan.
Untuk membangun kedekatan dengan pengunjung adalah nilai lebih bagi usaha Kopi.
Kelima, pengelolaan keuangan.
Literasi finansial seorang pengusaha menjadi denyut nadi kehidupan bisnisnya. Bukan sekadar meraih laba, menurut Budhaman pengusaha perlu memahami bagaimana berinvestasi untuk masa depan usaha. Budhaman merasa beruntung dibantu isterinya dalam pengelolaan keuangan.
Dari kesemua faktor diatas, dia berpandangan bahwa siapapun mampu berbisnis kopi.
Indonesian Speciality Coffee House
Budhaman menyambut baik ide Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk mendirikan “Indonesian Speciality Coffee House” di Stockholm.
Alasannya sangat sederhana, akan meningkatkan ekspor kopi Nusantara ke mancanegara. “Ini penting, karena orang Swedia termasuk peminum kopi terbanyak sedunia”, kata Budhaman.
ADVERTISEMENT
Di Swedia terdapat konsep yang dikenal sebagai “fika”, yang secara harfiah berarti “untuk minum kopi”. Dalam konsep ini, pemasangan cookie atau kue kering tersirat. Berbagai situasi dapat dikategorikan sebagai “fika”, apakah itu istirahat selama hari kerja atau pertemuan sosial. Satu denominator umum yang penting adalah bahwa ada minuman kopi yang terlibat.
Banyak orang Swedia menganggap kopi mereka dengan sangat serius, sampai-sampai tidak hanya minuman di negara itu, tetapi juga cara hidup. Meskipun kopi tentu saja dapat dinikmati dalam kenyamanan rumah seseorang, sendirian, kopi sebagian besar merupakan interaksi sosial.
Sosok Budhaman ini tentu akan menginspirasi penggiat kopi Indonesia.
(Sumber: KBRI Stockholm)