75.673 Warga Mengungsi dari Ancaman Letusan Gunung Agung

26 September 2017 16:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengungsian gunung agung (Foto: Sonny Tumbelaka/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsian gunung agung (Foto: Sonny Tumbelaka/AFP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jumlah pengungsi Gunung Agung di Karangasem, Bali kini terus bertambah. Hal ini seiring dengan peningkatan aktivitas Gunung Agung, yang telah berstatus awas atau level IV.
ADVERTISEMENT
Data pengungsi terbaru dari Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali hingga pukul 12.00 WITA mencapai 75.673 jiwa. Pengungsi ini tersebar di 377 titik pengungsian, di 9 kabupaten/kota Bali.
"Diperkirakan data jumlah pengungsi masih bertambah karena pendataan masih terus dilakukan," ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/9).
Sutopo merinci jumlah pengungsi di 9 kabupaten/kota. Berikut data terbaru sebaran jumlah pengungsi Gunung Agung:
1. Kabupaten Badung terdapat 9 titik pengungsian (756 jiwa)
2. Kabupaten Bangli terdapat 29 titik pengungsian (4.890 jiwa)
3. Kabupaten Buleleng terdapat 24 titik pengungsian (8.518 jiwa)
4. Kota Denpasar terdapat 27 titik pengungsian ( 2.539 jiwa)
ADVERTISEMENT
5. Kabupaten Gianyar terdapat 12 titik pengungsian (540 jiwa)
6. Kabupaten Jembrana terdapat 4 titik pengungsian (82 jiwa)
7. Kabupaten Karangasem terdapat 93 titik pengungsian (37.812 jiwa)
8. Kabupaten Klungkung terdapat 162 titik pengungsian (19.456 jiwa)
9. Kabupaten Tabanan terdapat 17 titik pengungsian (1.080 jiwa)
Pengungsian gunung agung (Foto: Sonny Tumbelaka/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsian gunung agung (Foto: Sonny Tumbelaka/AFP)
"Jumlah pengungsi ini lebih besar daripada penduduk yang tinggal di dalam radius berbahaya yang direkomendasikan PVMBG untuk dikosongkan yaitu radius 9 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung ditambah 12 km di sektor utara-timur laut dan 12 km di sektor tenggara-selatan-barat daya. Memang sulit menentukan jumlah penduduk secara pasti, sebab data penduduk menggunakan basis administrasi desa, sedangkan data radius menggunakan batas daerah berbahaya oleh letusan Gunung Agung," jelas Sutopo.
ADVERTISEMENT
Sutopo juga menjelaskan bahwa batas radius berbahaya Gunung Agung sebenarnya mudah dilihat di peta. Namun ketika di lapangan sangat sulit untuk melihat batas radius berbahaya.
Menurut Sutopo hal ini adalah hal yang wajar saat bencana. Bahkan menurutnya pada saat letusan Gunung Merapi tahun 2010, pengungsi mencapai lebih dari 500.000 jiwa saat radius berbahaya dinaikkan dari 15 km menjadi 20 km.
"Begitu juga saat letusan Gunung Sinabung, jumlah penduduk yang ada di dalam radius berbahaya dan harus mengungsi hanya sekitar 7.000 jiwa saat dinaikkan status Awas pada 24 Desember 2014. Namun yang mengungsi mencapai 11.618 jiwa pada 26 November 2014, bahkan mencapai 30.117 jiwa pada 23 Januari 2015," ungkap Sutopo.
Pengungsian gunung agung (Foto: Sonny Tumbelaka/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsian gunung agung (Foto: Sonny Tumbelaka/AFP)
Menurut Sutopo terdapat faktor psikologis dan sosial yang melatarbelakangi masyarakat ikut mengungsi. Saat seseorang mendengar ada ancaman atau bahaya dan melihat langsung, maka secara naluriah orang tersebut akan ikut mengungsi.
ADVERTISEMENT
"Apalagi jika gunungnya sudah meletus dan terlihat awan panas, hujan abu pekat, suara dentuman dan lainnya, maka masyarakat akan mengungsi ke tempat aman," kata Sutopo.
Meskipun demikian, Sutopo mengatakan masih terdapaat masyarakat yang susah diajak untuk mengungsi karena berbagai alasan. Sekarang menurut Sutopo masyarakat di sekitar Gunung Agung secara inisiatif telah mengungsi secara mandiri.
"Justru mengungsi secara mandiri ini adalah salah satu ciri masyarakat yang tangguh menghadapi bencana yaitu memiliki daya antisipasi," pungkas Sutopo.