KPAI Beri Saran: Film G30S/PKI Sebaiknya Jangan Ditonton Anak-anak

15 September 2017 14:04 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Partai Komunis Indonesia (PKI) (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Partai Komunis Indonesia (PKI) (Foto: Wikipedia)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) angkat bicara terkait keinginan masyarakat agar diputar kembali film tentang G30S/PKI. Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengatakan film ini silakan saja diputar, tetapi mesti dijaga dari anak-anak yang masih di bawah umur. KPAI menilai, di film ini, adegan kekerasan tidak cocok untuk anak-anak.
ADVERTISEMENT
"Film ini tidak tepat ditonton anak-anak karena penuh dengan kekerasan, seperti penyiksaan dan pembunuhan, bahkan mayat diseret. Di film itu juga banyak diksi yang tidak pas untuk dikonsumsi anak-anak" ujar Retno, kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (15/9).
Menurut Retno, adegan kekerasan yang terdapat pada film G30S/PKI dapat menimbulkan trauma bagi anak-anak. Bahkan nantinya dapat menimbulkan bahaya bagi kondisi psikologis anak.
"Iya sangat berdampak negatif. Ini akan menimbulkan trauma buruk pada anak-anak, membahayakan psikologis anak." imbuh Retno.
Film G 30 S PKI (Foto: YouTube Portal XDP)
zoom-in-whitePerbesar
Film G 30 S PKI (Foto: YouTube Portal XDP)
Lantas Retno mengimbau kepada para orang tua agar anak-anaknya tidak menonton film tentang film tentang upaya kudeta PKI dengan membunuh 7 perwira militer Angkatan Darat (AD) tersebut. Jika nantinya film tersebut tayang kembali, Retno mewanti-wanti agar ditulis batasan minimal usia yag diperbolehkan menonton film tersebut.
ADVERTISEMENT
"Sebaiknya film itu tidak ditonton anak-anak, usia anak adalah hingga 18 tahun. tolong ditulis batasan minimal usianya jika memang akan ditayangkan. Orang tua sebaiknya ikut mencegah anaknya menonton film tersebut," pungkas Retno.
Sebelumnya, muncul desakan agar diputar kembali film pengkhianatan PKI di televisi yang ramai dibahas di media sosial Twitter dan Instagram. Salah satu yang menyuarakan adalah netizen Mustofa Nahra Wardaya. Film ini memang sudah ada di Youtube, sejak berhenti tayang memasuki era reformasi.