Data Desa Berbasis SDGs Desa Pandu Pembangunan Desa Tepat Sasaran

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Akun resmi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
28 Maret 2022 10:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar pada acara Kick Off Kongres Kebudayaan Desa 2022 Konferensi Kepala Desa Untuk New Rural Agenda di Desa Jatisura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Minggu (27/3/2022). Foto: Dok. Kemendes PDTT
zoom-in-whitePerbesar
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar pada acara Kick Off Kongres Kebudayaan Desa 2022 Konferensi Kepala Desa Untuk New Rural Agenda di Desa Jatisura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Minggu (27/3/2022). Foto: Dok. Kemendes PDTT
ADVERTISEMENT
Pembangunan desa harus memiliki roadmap yang jelas untuk memajukan desa sekaligus memberdayakan masyarakat. Data Desa berbasis SDGs adalah jawaban implementasi pembangunan yang berbasis data dan sesuai kebutuhan desa.
ADVERTISEMENT
“ Berdasarkan potensi yang dimiliki, dan senapas dengan kearifan lokal. Implementasi pembangunan yang berbasis data SDGs Desa memungkinkan desa untuk merumuskan, sekaligus menjawab berbagai problem yang di hadapi,” ujar Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Abdul Halim Iskandar, saat membuka Kongres Kebudayaan Desa II dan Konferensi Kepala Desa untuk New Rural Agenda di Jatiwangi Art Factory, Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (27/03/2022).
Gus Halim --sapaan akrab Abdul Halim Iskandar-- menegaskan dalam pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa, butuh fokus serta penanganan lengkap dan terintegrasi serta berbasis data mikro yang dikumpulkan oleh desa. Sehingga implementasi pembangunan akan berdasarkan pada kebutuhan warga desa, bukan sekadar keinginan, apalagi hanya kepentingan elite desa semata.
ADVERTISEMENT
“ Seluruh perencanaan pembangunan desa itu baik itu infrastruktur maupun pengentasan kemiskinan akan berbasis data. Bahkan data mikro by name by address berbasis pada SDGs Desa. Revolusi perencanaan pembangunan desa berbasis data ini semakin mewujudkan pemanfaatan dana desa yang tepat sasaran dan tepat pemanfaatan,” tegasnya.
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar pada acara Kick Off Kongres Kebudayaan Desa 2022 Konferensi Kepala Desa Untuk New Rural Agenda di Desa Jatisura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Minggu (27/3/2022). Foto: Dok. Kemendes PDTT
Agar diketahui, selain untuk mempersiapkan rekomendasi yang akan dibawa ke Forum KTT New Rural Agenda, Kongres Kebudayaan Desa 2022 juga berfokus untuk mendalami tiga pilar kemandirian desa. Pertama, pilar politik dan pemerintahan. Kedua, Pilar Perekonomian desa. Ketiga, Pilar datakrasi.
Dua pilar pertama dan kedua terjadi banyak praktik praktik baik dalam tradisi berdesa, namun tidak demikian dengan pilar ketiga yakni datakrasi.
Pilar ketiga masih berhenti pada bentuk konsep dan aturan yang mempunyai gap besar dalam implementasinya. Gus Halim menegaskan Data Desa Berbasis SDGs Desa adalah solusi lengkap sekaligus jawaban atas kendala tersebut.
ADVERTISEMENT
“ Data Desa Berbasis SDGs Desa, merupakan data rinci berupa satu nama satu alamat warga dan keluarga, data wilayah terkecil level RT. Sebagai wujud kedaulatan data desa, hanya admin desa, yaitu kepala desa dan sekretaris desa yang berhak mengunduhnya” Tegasnya.
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar pada acara Kick Off Kongres Kebudayaan Desa 2022 Konferensi Kepala Desa Untuk New Rural Agenda di Desa Jatisura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Minggu (27/3/2022). Foto: Dok. Kemendes PDTT
Sementara itu, Wakil Bupati Majalengka Tarsono Mardiana menyampaikan pandangannya terkait Desa tidak hanya berorientasi pada pembangunan infrastruktur, tetapi jangkauannya begitu kompleks dan perlu dikaji secara budaya oleh masyarakat setempat agar mampu dijadikan ikon kebanggaan memajukan Indonesia.
‘’Banyak sebagian dari kita masih berpikir bahwa membangun Indonesia adalah membangun dengan infrastruktur, membangun jalan, membangun jembatan, membangun irigasi dan itu dianggap selesai. Ternyata itu adalah hal yang perlu kita gali lagi dari adat budaya kita masing-masing. Dan itu menjadi modal awal untuk menjadi fondasi kita membangun NKRI yang kita cintai ini,’’ ujar Tarsono.
ADVERTISEMENT