Mensos Risma Blusukan ke Bantaran Kali Ciliwung, Temui Pemulung dan Gelandangan

Kemensos
Official account of Kementerian Sosial Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
28 Desember 2020 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kemensos tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mensos Tri Rismaharini saat blusukan di aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial, Jakarta. Foto: Kemensos RI
zoom-in-whitePerbesar
Mensos Tri Rismaharini saat blusukan di aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial, Jakarta. Foto: Kemensos RI
ADVERTISEMENT
Seperti gaya kepemimpinannya saat menjabat Wali Kota Surabaya, Menteri Sosial Tri Rismaharini atau yang biasa disapa Risma didampingi Dirjen Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat dan Inspektur Jenderal Dadang Iskandar mengisi hari pertama berdinas tidak langsung menuju kantor.
ADVERTISEMENT
Dengan rombongan kecil, Risma berhenti di kawasan aliran Kali Ciliwung di belakang kantor Kemensos.
Pada kesempatan pertama dari atas jembatan, tepatnya di Fly Over Pramuka, Jalan Pramuka Sari II, Risma berdialog dengan seorang pemulung dengan gerobaknya yang bersiap melakukan rutinitas pagi bersama istrinya. Risma berdialog menanyakan berbagai hal kepada pasangan suami-istri ini.
Mensos Tri Rismaharini saat blusukan bertemu pemulung dan gelandangan di aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial, Jakarta. Foto: Kemensos RI
Diketahui dari hasil memulung, mereka mendapatkan Rp 800 ribu/bulan. Sebagian dari penghasilan tersebut dikirimkan untuk anak mereka di kampung. Risma mengajak pasangan ini untuk mau mengubah kualitas hidupnya menjadi lebih baik.
“Bapak-ibu saya carikan ‘rumah’ jadi enggak perlu ada biaya ngontrak. Tetep cari sampah seperti ini. Nanti sampah dari Kementerian Sosial bisa untuk bapak. Sambil saya ajari usaha. Masak mau terus kayak gini, ya. Mau ya?” ujar Risma.
ADVERTISEMENT
Setelah berdialog sekitar 30 menit, selanjutnya rombongan terus bergerak. Setelah di atas jembatan, kali ini, Risma memilih turun ke bawah jembatan. Ia harus rela memanjat tangga kayu seadanya yang sengaja dipasang warga setempat.
Mensos Tri Rismaharini saat blusukan bertemu pemulung dan gelandangan di aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial, Jakarta. Foto: Kemensos RI
Persis di kolong jembatan, Risma menyaksikan beberapa keluarga yang sengaja tinggal di bawah kolong jembatan. Di salah satu sudut, tampak salah satu lokasi hunian gelandangan. Di sini terlihat di antaranya kasur gulung lusuh, lemari butut, perangkat mandi, dan sandal jepit berserakan di sekitarnya, yang ditinggal penghuninya.
Dari sini, Risma terus menyusuri bantaran kali sambal menyapa satu-satu penghuni di sepanjang kawasan ini. Kepada warga bantaran yang menyaksikan kedatangan rombongan ini, Risma menyampaikan lagi keinginannya untuk mengubah nasib mereka.
ADVERTISEMENT
“Bapak Ibu, saya hanya ingin penjenengan tinggal di tempat yang lebih baik. Ayo pak, mau ya pak?” katanya.
Dari bantaran kali, lalu Risma dan rombongan bergerak ke Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis “Pangudi Luhur” di Bekasi. Sesuai dengan namanya, Balai “Pangudi Luhur” merupakan bentuk respon Kemensos terhadap permasalahan gelandangan dan pengemis.
Mensos Tri Rismaharini saat blusukan di aliran Sungai Ciliwung, belakang kantor Kementerian Sosial, Jakarta. Foto: Kemensos RI
Balai “Pangudi Luhur” menyelenggarakan rehabilitasi sosial yang bersifat sementara (temporary shelter). Di sini para “gepeng” mendapat layanan vokasi dalam jangka tertentu, selanjutnya pemberdayaan dilakukan dengan bermitra dengan pemerintah daerah.
Gaya blusukan yang dilakukan Risma dimaksudkan untuk memotret dari permasalahan dari dekat, langsung dari titik permasalahan. Hal ini sejalan dengan pernyataan dia dalam sambutan pada acara serah terima jabatan, Rabu (23/12).
ADVERTISEMENT
Risma menyatakan, tidak akan mengubah gaya kepemimpinannya, yakni akan tetap blusukan sebelum melakukan tugas-tugas rutin sebagai menteri. Hal itu sudah dimulai kemarin, Minggu (27/12), saat Risma menyapa para penyandang disabilitas intelektual di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.