Ketua HKTI: Pertanian Adalah Kekuatan Bangsa dan Bentengnya Negera

Kementerian Pertanian
Akun resmi Kementrian Pertanian
Konten dari Pengguna
17 Juni 2021 13:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kementerian Pertanian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko saat menggelar Rakor terkait PCR bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan. Foto: Dok. KSP
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko saat menggelar Rakor terkait PCR bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan. Foto: Dok. KSP
ADVERTISEMENT
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) yang juga Kepala Staf Presiden (KSP), Jenderal (Purn) Moeldoko menegaskan sektor pertanian adalah kekuatan utama sekaligus benteng negara dalam menghadapi gelombang pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Karena itu, HKTI siap bekerja sama dan bekerja keras membantu petani dalam meningkatkan produksi, ujar Moeldoko dalam video zoom bertajuk Jaya Suprana Show, Selasa, 15 Juni 2021.
Moeldoko mengatakan, saat ini ada 2 fenomena yang menjadi titik balik bangkitnya sektor pertanian Indonesia. Fenomena pertama adalah banyaknya masyarakat yang sebelumnya bekerja di kota kini kembali ke desa. Mereka mulai bertani dan bercocok tanam sebagai salah satu mata pencaharian.
"Berikutnya ada fenomena produk hortikultura yaitu bunga-bungaan yang memiliki nilai jual tinggi, di mana hampir setiap rumah memelihara bunga bunga. Ini maknanya apa, bahwa ada peluang untuk bertani. Jadi menurut saya pertanian dalam konteks Pandemi ini cukup bertahan dengan baik," jelasnya.
Petani memanen bawang merah di lahan demplot Warungasem, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat (21/5/2021). Foto: Saiful Bahri/ANTARA FOTO
Terkait hal ini, Moeldoko meyakinkan menjadi petani adalah jalan yang pasti dalam menambah pundi-pundi ekonomi. Apalagi saat ini pemerintah sudah mendorong teknologi dan mekanisasi.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin mengubah cara berpikir masyarakat bahwa petani itu bertanam bukan hanya untuk hidup, tapi untuk mata pencaharian. Dan menjadi petani itu bisa kaya, bisa sukses. Untuk itulah, doktrin saya selama ini adalah memberi cara pandang bahwa agriculture atau budaya bertani itu harus menerima perubahan, yakni menggunakan teknologi dan mekanisasi. Jadi jangan alergi menerima perubahan perubahan itu," tutupnya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis nilai ekspor hasil pertanian selama Januari-Mei 2021 yang mengalami kenaikan tinggi, yakni sebesar 13,39 persen. Kenaikan terjadi karena subsektor tanaman obat, sarang burung walet dan produk olahan lainya seperti rempah dan kopi mengalami kenaikan permintaan.
Dengan hasil tersebut, maka sektor pertanian secara kumulatif menyumbang kenaikan tinggi terhadap industri pengolahan, yakni sebesar 30,53 persen.
Seorang petani menyulam tanaman tomatnya yang mati di Kelurahan Bayaoge, Palu, Sulawesi Tengah, Selassa (5/5) Foto: ANTARAFOTO/Basri Marzuki
Adapun ekspor nonmigas secara keseluruhan yang dihitung pada Mei 2021 mencapai 94,36 persen. Demikian juga dengan ekspor pertanian yang dihitung secara tahunan (yoy) mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen, di mana tanaman obat aromatik dan rempah menjadi penyumbang terbesarnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, menegaskan capaian tersebut merupakan hasil kerja keras para petani dan berbagai pihak yang mendukung jalannya proses pembangunan pertanian nasional.
Karena itu, kata Kuntoro pemerintah melalui Kementan akan terus menggenjot peningkatan produksi dan kesejahteraan petani. Selain itu, peningkatan nilai ekspor pertanian juga didorong melalui program yang digagas Mentan Syahrul Yasin Limpo, yakni Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks).
"Gerakan itu merupakan gerakan yang akan mengakomodir semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan ekspor produk pertanian. Tentu kita berharap ke depan, ekspor pertanian semakin lebih baik lagi," tutupnya.