Diponegoro Lawyer Club: Memangnya Indonesia Siap Berubah ke Energi Baru?

BEM Undip
Official account of BEM Diponegoro University, the words behind the college students.
Konten dari Pengguna
19 November 2022 18:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BEM Undip tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dipofair
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dipofair
ADVERTISEMENT
Dewasa ini penggunaan energi fossil sebagai sumber energi memang sudah banyak dilakukan. Namun, sayangnya energi fossil ini menyumbang banyak emisi yang menyebabkan polusi udara. Polusi yang ditimbulkan ini berpengaruh pada banyak aspek. Mulai dari aspek kesehatan, ekonomi, lingkungan, dll. Berdasarkan data dari Kemenkes (2018) usia penduduk Indonesia rata-rata berkurang 1,2 tahun akibat konsentrasi partikel debu halus di udara. Selain itu, Indonesia juga menempati peringkat ke-17 sebagai negara paing berpolusi sedunia dan peringkat 1 negara paling berpolusi di Asia Tenggara (Dunia IQAir,2021). Realita ini tentu sangat mengkhawatirkan karena berdasarkan penelitian, polusi udara menjadi faktor utama dari penyakit stroke, asma, jantung, dan paru-paru. Melihat keadaan tersebut, pemerintah Indonesia berusaha menyelesaikannya dengan membahas RUU EBT. Harapannya RUU ini dapat segera disahkan dan diimplementasikan agar masyarakat mulai beralih dari energi fossil ke EBT (Energi Baru Terbarukan). Namun, peralihan ini rupanya juga menghadapi berbagai tantangan. Mulai dari kesiapan masyarakat Indonesia untuk beralih menggunakan EBT hingga limbah yang nanti akan dihasilkan. Apakah Indonesia siap menggunakan EBT? Apakah EBT pilihan tepat untuk menyelamatkan lingkungan Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya telah terjawab di DLC 2022.
ADVERTISEMENT
Diponegoro Lawyer Club merupakan sebuah kegiatan diskusi interaktif antara alumni dan mahasiswa untuk berdialektika tentang isu yang hangat di masyarakat. Pada tahun pertamanya, Diponegoro Lawyer Club atau yang disingkat dengan DLC, mengangkat tema transisi penggunaan Energi Fosil ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang implementasinya dibahas lebih dalam lagi. Pembahasan Ini juga mempertimbangkan berbagai aspek, contohnya aspek biaya dan efisensi.
Foto: Dipofair
DLC menghadirkan Dr. Ir. Sujarwanto Dwiatmoko, M.Si (Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah), Moristanto, S. T.,M.Ec.Dev., M.A (Koordinator Penyiapan Program Bioenergi), Dr. Jaka Windarta (Kepala Program Studi Magister Energi Sekolah Pascasarjana) dan juga Didik Armansyah (Presiden DEM) untuk ikut menyampaikan pendapatnya. Acara yang digelar pada Minggu (12/11) kemarin, juga mengajak Ketua BEM dan Senat seluruh Fakultas-fakultas dan Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.
ADVERTISEMENT
“Apakah penyiapan program EBT ini sudah sepenuhnya siap? Dan apa yang dipersiapkan oleh Indonesia?” Naufal Ramadhan selaku moderator acara mengajukan pertanyaan pertama dengan lugas saat membuka sesi diskusi.
Pertanyaan tersebut langsung dijawab dengan lugas oleh Bapak Moristanto. “Perubahan Iklim itu sudah nyata pasti terjadi. Jadi kita harus melakukan persiapan, seperti simulasi untuk kedepannya. Kita akan tetap mengeluarkan emisi, tetapi diserap aktivitas lain. Emisi kita lebih dari 90% primer dari minyak bumi dan batu bara. Dan hanya 8% dari terbarukan. Yang menjadikan terbarukan yang bisa dipake cuma 10 watt padahal bisa smpai 403 watt.”
Menanggapi pernyataan Bapak Moristanto, moderator kemudian menanyakan pertanyaan baru yang relevan dengan tujuan dari RUU EBT yaitu Indonesia bebas emisi pada tahun 2060 “Apakah 2060 Indonesia bisa bebas dari emisi?” Moderator langsung bertanya kembali.
ADVERTISEMENT
“Kalau semangat, hidup pasti bisa lebih baik. Harus optimis, menggunakan langkah yang strategis. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi 30% emisi yang ada. Contohnya, PLTU mengurangi batu bara yang digunakan dan menggantinya dengan bio massa karena bio massa mirip dengan batu bara. Dengan tahap dan rencana yang jelas pasti akan ada hasilnya. Contoh lainnya adalah dengan mengkonversi ke motor listrik,” tukas Bapak Moristanto lagi.
Potongan diskusi di atas tentu dapat menggambarkan bahwa diskusi yang berlangsung dalam DLC adalah diskusi berbobot yang menghadirkan narasumber kompeten. Hal ini sesuai dengan tujuan dari DLC sendiri yaitu untuk meningkatkan daya kritis mahasiswa dan juga memberikan output untuk isu tersebut. Ini adalah bentuk aksi nyata Universitas Diponegoro untuk mendukung kesejahteraan bangsa dan negara. Acara yang memiliki konsep mirip dengan Indonesia Lawyer Club ini berjalan serius dan cukup menarik. Ketua BEM Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Kevin, ikut menanggapi dengan kritis.
Foto: Dipofair
“Tadi bapak-bapak mengatakan kalau misalkan adanya penggantian seluruhnya ke listrik. Seperti yang kita tahu, listrik kan menggunakan batre, nah bagaimana dengan limbah tersebut? Padahal limbah batre termasuk limbah yang berbahaya. Pergantian dari emisi ke listrik menjadi PR baru bagi pemerintah,” tanggap Kevin saat diberi kesempatan untuk berbicara.
ADVERTISEMENT
Menurut Pak Jaka dan juga Mas Didik, batre tersebut dapat diolah menjadi barang lain yang tentunya bermanfaat dan bahkan memiliki nilai jual. Hal ini karena, di era sekarang sudah banyak kreativitas pengelolaan limbah.
“Rancangan Undang-Undang ini masih stuck di komisi 7. Sedangkan masih banyak ada kecacatan dalam Undang-Undang tersebut. Mahasiswa harus meningkatkan literasi, edukasi dan semua orang harus tau akan hal ini. Mahasiswa sudah seharusnya untuk mengabdikan diri, mengawal isu energi ini untuk masa depan yang lebih baik,” harapan dari Naufal Ramadhan sebagai Moderator DLC.
Isu ini harus dikawal secara bersama-sama. Mahasiswa masih banyak yang kurang peduli dengan isu ini. Biasanya mahasiswa hanya mengkritisi isu politik, ekonomi, kesehatan dan juga pendidikan. Padahal, isu energi ini juga memiliki urgensi yang sangat tinggi untuk lingkungan hidup manusia di masa depan.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut berkaitan dengan closing statement dari Mas Didik, “BEM harus menjadi mitra kritis, strategis memberi solusi, serta membuat program untuk dikolaborasikan.”
Dengan adanya acara DLC ini, harapannya mahasiswa dan seluruh masyarakat yang belum tau isu ini, dapat mengawal, memedulikan, hingga memperjuangkan isu energi untuk kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Mari menjaga bumi untuk masa depan yang lebih cerah lagi!