Begini Analisis Dekan Fisip UHO Arah Peta Politik Jelang Pilgub Sultra

Redaksi kendarinesia
Lebih dari Sekedar Berita, Partner Resmi kumparan 1001 Media, Email kumparan1001@gmailcom, Follow Instagram @kendarinesia
Konten dari Pengguna
28 Februari 2024 17:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Redaksi kendarinesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dekan FISIP UHO, Prof. Dr. Eka Suaib. Foto: Dok Istimewa Prof Eka.
zoom-in-whitePerbesar
Dekan FISIP UHO, Prof. Dr. Eka Suaib. Foto: Dok Istimewa Prof Eka.
ADVERTISEMENT
Jelang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra November mendatang, Dekan FISIP UHO, Prof. Dr. Eka Suaib melakukan analisis mendalam mengenai potensi hasil pemilihan Pilgub Sultra berdasarkan rill count KPU dengan angka partisipasi pemilih mencapai 71%.
ADVERTISEMENT
Prof Eka mengatakan, ada lima dimensi kritis yang akan membentuk kontur pemilihan Gubernur Sultra:
Pertama, terlihat jelas bahwa beberapa partai politik (parpol) seperti Nasdem, PDI-P, PAN, Golkar, dan Demokrat berhasil mengamankan kursi DPRD. Sementara PKB dan PBB mencatat lonjakan yang signifikan, hal ini menunjukan dinamika politik yang tidak terduga.
Kedua, pembukaan 'kotak pandora'. Figur politik dari partai dominan mengungkap adanya figur-figur kultural kuat, seperti Ali Mazi (Nasdem), Rindwan Bae dan Rahman Farisi (PDI-P), serta Abdul Rahman Saleh (PAN) yang menawarkan wawasan baru terhadap potensi Kepemimpinan Daerah.
Ketiga, fenomena 'split voting' mengindikasi adanya perbedaan preferensi pemilih, antara pemilu legislatif dengan pemilihan gubernur mendatang.
Keempat, ketiadaan dominasi parpol yang jelas di DPRD Sultra menandakan bahwa proses pembentukan koalisi untuk pemilihan Gubernur akan sangat dinamis, dan memungkinkan munculnya berbagai skenario politik.
ADVERTISEMENT
Kelima, figur seperti Ruksamin (PBB), Jaelani (PKB), dan ASR (PPP) memiliki pengaruh yang sangat signifikan hingga dapat mengubah arah pemilihan. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa kekuatan figur politik lebih berpengaruh daripada kekuatan parpol itu sendiri.
Terakhir, Eka mengatakan menyoroti pentingnya pemilu legislatif sebagai indikator awal, untuk pemilihan Gubernur 2024 dan membantu kita memahami lebih dalam terkait dinamika politik lokal.