2 Bulan Gaji Tak Dibayar, Petugas Kebersihan di Kendari Mogok Kerja

Konten Media Partner
25 Februari 2019 17:49 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampak sampah yang menumpuk depan salah satu Sekolah Dasar di Kota Kendari, yang tak kunjung diangkut ke TPAS Kota Kendari, Senin (25/2). Foto: Mufti/kendarinesiaid
zoom-in-whitePerbesar
Tampak sampah yang menumpuk depan salah satu Sekolah Dasar di Kota Kendari, yang tak kunjung diangkut ke TPAS Kota Kendari, Senin (25/2). Foto: Mufti/kendarinesiaid
ADVERTISEMENT
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), merupakan penerima penghargaan adipura selama 10 tahun berturut-turut. Secara rutin, sejak tahun 2009 hingga 2019.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, penghargaan tersebut tak semuanya berjalan baik. Salah satunya, keluhan yang datang dari para pejuang kebersihan di lapangan atau para pengangkut sampah.
Sudah seminggu terakhir, pengangkut sampah di Kota Kendari melakukan aksi mogok kerja, lantaran hampir dua bulan gaji mereka tidak dibayarkan. Gaji pokok per bulan mereka adalah sebanyak Rp 900.000.
"Kalo ndak ada uang kan kita mo makan apa? Bagaimana kita mo kerja?" keluh Amir, salah satu anggota pengangkut sampah.
Potret pria paruh baya melintasi jalan yang dipenuhi sampah berserakan di jalan, Senin (25/2). Foto: Mufti/kendarinesiaid
Lima mobil angkutan sampah pun telah dikembalikan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Kendari. Sebab, tidak kurang dari 20 orang melakukan aksi mogok kerja.
Kepala DLH Kota Kendari, Aminuddin, menjelaskan bahwa sebenarnya bukan pengangkut sampah yang mengembalikan, tetapi pihaknya yang meminta mobil karena pengangkut sampah libur kerja.
ADVERTISEMENT
"Mereka libur karena gajinya kemarin agak terlambat karena proses administrasi. Untuk mengajukan gaji kan harus dilengkapi dengan bukti tabanas dari buku rekeningnya karena kalau terlambat akan berpengaruh juga dengan gaji mereka," katanya.
Tampak seorang pedang berjualan di samping tumpukan sampah yang tak kunjung diangkut oleh Dinas Kebersihan Kota Kendari, Senin (25/2). Foto: Mufti/kendarinesaid
Atas kejadian ini, Aminuddin tetap meminta maaf kepada seluruh pengangkut sampah. Mogok kerja menyebabkan banyak sampah berserakan di pinggir jalan. Jika sehari saja sampah tidak diangkut, maka sekitar 300 ton sampah akan tertumpuk.
Masyarakat merasa dirugikan, SD Islam Anawai menjadi salah satu tempat yang terkena imbasnya. Sampah yang berada di depan sekolah kian menumpuk, sehingga berdampak pada guru dan murid. Bau menyengat membuat proses belajar mengajar menjadi tidak nyaman.
"Tadi saya hubungi pak RT di sini, dia bilang katanya nanti dia pergi di kelurahan. Saya minta juga kalau bisa jangan dibuang disitu itu sampah. Karena kita melihat keluar sudah lihat sampah," kata Nani, salah satu Guru SD Islam Anawai.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, para pedagang kaki lima di Pasar Korem yang berada di kawasan Mal Mandonga, Kendari, juga gerah dengan sampah yang tertampung lama. Sampah-sampah itu membuat selokan pembuangan tersumbat.
Melihat kondisi yang seperti ini, Amimuddin mengatakan akan segera menindaklanjuti akibat banyaknya sampah yang menumpuk. "Saya yang salah, saya yang terlambat gaji mereka, tapi saya minta maaf karena itu tidak disengaja," tutup Aminuddin.
Mufti