Akibat Abrasi Sungai Konaweha, Tanah 2 Desa di Konawe Tergerus

Redaksi kendarinesia
Lebih dari Sekedar Berita, Partner Resmi kumparan 1001 Media, Email kumparan1001@gmailcom, Follow Instagram @kendarinesia
Konten dari Pengguna
12 Februari 2019 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Redaksi kendarinesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dampak abrasi Sungai Konaweha di Desa Lalimbue, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe, Selasa (12/2). Foto: Lukman Budianto/kendarinesia
Sungai Konaweha adalah salah satu sungai terpanjang di Pulau Sulawesi, dengan panjang sekitar 341 kilometer melintasi tiga kabupaten yakni Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, dan Kolaka Timur.
ADVERTISEMENT
Sungai yang akrab dengan sebutan Sungai Sampara ini berhulu di Gunung Bulu Brama, Kecamatan Uluiwoi, Kabupaten Kolaka Timur, dan bermuara di di Desa Lalimbue dan Desa Muara Sampara, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe. Pemukiman warga di dua desa inilah yang terkena dampak abrasi sungai tersebut.
Kurang lebih 15 meter tanah milik warga di Desa Lalimbue saat ini telah hilang digerus abrasi Sungai Konaweeha. Bahkan, puluhan rumah warga terpaksa dipindahkan akibat abrasi. Begitupun dengan Desa Muara Sampara, desa yag bersebrangan dengan Desa Lalimbue.
Bukan hanya pemukiman warga, setengah badan jalan di Desa Lalimbue juga hilang akibat abrasi. Panjang jalan yang terkena dampak abrasi sungai sekitar 30 meter. Akibatnya, kendaraan roda empat harus menempuh jalur alternatif untuk bisa melintasi wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Muhammad Talla, Selasa (12/2). Foto: Lukman Budianto/kendarinesia
Muhammad Talla (66) salah satu warga yang sudah puluhan tahun bermukim di Desa Lalimbue menyaksikan langsung bagaimana tiap tahunnya Sungai Konaweeha menggerus bantaran sungai hingga ke pemukiman warga.
"Ini dulunya ada tiga rumah disini. Dan juga Puskesmas (sambil menunjuk sungai). Tapi sekarang sudah tidak ada karena abrasi," kata Talla saat ditemui kendarinesia, pada Selasa (12/2).
Warga sekitar mulai merasakan dampak abrasi pada tahun 2011. Seiring waktu, abrasi makin mengganas yang puncaknya pada Tahun 2015 saat banjir besar melanda wilayah tersebut. Setidaknya puluhan rumah hancur saat bencana banjir terjadi saat itu.
Jalan yang tergerus abrasi Sungai Konaweha, Selasa (12/2). Foto: Lukman Budianto/kendarinesia
Pertengahan 2018, banjir kembali datang dan meratakan 25 rumah warga di dua desa itu. Masyarakat setempat kini hanya bisa menaruh harapan ke pemerintah setempat agar segera membuat talut. Diharapkan dengan adanya talut sedikit mengurangi abrasi Sungai Konaweeha.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita berharap pemerintah bisa bikin talut biar tidak ada lagi rumah-rumah yang roboh," ucap Ondong (35) salah satu warga yang tinggal di Desa Muara Sampara.
Penulis: Lukman Budianto