Bertemu Batita Kembar Siam di Kendari yang Hanya Punya Satu Hati

Konten Media Partner
18 Juli 2019 10:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akila dan Azila batita kembar siam di Kendari, Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
zoom-in-whitePerbesar
Akila dan Azila batita kembar siam di Kendari, Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
ADVERTISEMENT
Kondisi Akila dan Azila, batita kembar siam asal Kendari, ini cukup memprihatinkan. Kalau Akila bergerak, mau tidak mau Azila juga harus ikut bergerak, karena perut dan dada keduanya saling menempel.
ADVERTISEMENT
Keadaan ini sudah dijalani kedua batita malang itu selama setahun lebih. Tepatnya usai sang ibu, Selvina Dewi (21), melahirkan kedua putrinya tersebut di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari pada 7 Maret 2018.
Satu-satunya solusi yang harus ditempuh oleh Akila dan Azila adalah operasi pemisahan dan cangkok hati. Sebab meski memiliki dua tubuh, namun Akila dan Azila hanya memiliki satu hati dan satu usus.
Hingga saat ini, Selvina dan suaminya belum mampu melakukan prosedur operasi untuk buah hati mereka karena terkendala biaya. Operasi semacam itu membutuhkan biaya yang tak sedikit, ditambah lagi tidak semua rumah sakit di Indonesia bisa melakukan operasi pemisahan kembar siam dan cangkok hati. Salah satu rumah sakit yang bisa melakukan prosedur operasi tersebut adalah RSUD Dr. Soetomo di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Sang ayah, Jayasrin, mengaku sulit untuk mendapatkan biaya operasi buah hatinya. Pendapatan yang diperolehnya dari pekerjaannya sebagai supir hanya bisa membiayai kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya. Selama ini, Jayasrin hanya bergantung pada BPJS untuk meringankan beban pengobatan dan perawatan anaknya.
“Kita pasrah saja. Sudah begini kondisinya. Sebenarnya kita janji akan melakukan operasi dari bulan satu. Bahkan sudah tiga kali. Tapi, tertunda terus karena biaya,” kata Jayasrin di rumahnya, Kelurahan Pondambea, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
BPJS Kesehatan
Deni Hariani, dokter anak RSUD Kota Kendari yang menangani kedua batita itu mengatakan proses operasi kembar siam tidak bisa langsung dilakukan begitu saja. Pihak medis harus memastikan dulu kondisi pasiennya stabil.
Pihak RSUD Kota Kendari sudah berkoordinasi dengan tim dokter di RSUD Dr. Soetomo Surabaya terkait operasi batita kembar siam itu. Tim dokter dari RSUD Dr. Soetomo pun telah melihat kondisi Akila dan Azila di Kendari. “Tim dokter (RSUD Dr. Soetomo) menyarankan untuk mengoptimalkan berat badannya, kondisinya, untuk operasi,” ucap Deni saat dihubungi kendarinesia, Rabu (17/7).
Aqila dan Azila di pangkuan ibundanya, Selvina Dewi. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia
Saat ini, kondisi Akila dan Azila dipastikan siap menjalani operasi. Hanya saja, prosesnya tertunda karena biaya. Kata Deni, biaya operasi dan cangkok hati Akila dan Azila ditaksir mencapai Rp 1 miliar, sementara orang tua bayi kembar siam tersebut hanya bisa mengandalkan kartu BPJS.
ADVERTISEMENT
Di tempat terpisah, Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang Kendari, Iwan Kurnia, mengatakan sementara pihaknya berkoordinasi dengan pihak RSUD Dr. Soetomo dan Rumah Sakit Abunawas terkait penanganan Akila dan Azila.
Iwan memastikan biaya operasi akan ditanggung BPJS dengan catatan semua proses berjenjang yang dilalui telah sesuai dengan regulasi. Terlebih lagi Akila dan Azila harus menjalani operasi khusus.
“Tindakan ini kami tetap mengikuti tindakan yang dijamin sesuai Inasibijis (dari Indonesia Case Base Groups yaitu sebuah aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada pemerintah),” kata Iwan.
Iwan menambahkan, BPJS sejauh ini telah menanggung perawatan dan pengobatan batita kembar dempet dada tersebut selama dirawat di RSUD Kota Kendari. Akila dan Azila tercatat di BPJS sebagai peserta mandiri kelas III.
ADVERTISEMENT
“Saya masih berkoordinasi dengan rumah sakit. Intinya bahwa kami menjamin sesuai dengan Inasibijis,” terang Iwan, saat dikonfirmasi di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Kendari.
Butuh Perhatian Pemerintah
Berbagai pihak telah mengupayakan agar Akila dan Azila bisa menjalani operasi, termasuk pihak medis. Salah satu upaya yang dilakukan oleh dokter RSUD Kota Kendari dan dokter RSUD Dr. Soetomo adalah menggalang dana.
Akila dan Azila saling berdempetan. Foto: Lukman Budianto/kendarinesia.
Kata Deni, masalahnya bukan terletak di BPJS, tapi di RSUD Dr. Soetomo. Pasalnya, ada proses yang harus dilalui lagi pascaoperasi yang bisa memakan waktu sampai berbulan-bulan di rumah sakit. Operasinya pun, kata Deni, tidak singkat, membutuhkan banyak orang medis dan waktu berjam-jam.
“Intinya itu BPJS-nya mau-mau saja. Tapi pihak dari (RS) Soetomo itu yang harus jelas. Benar gak ini mau ditanggung semua enggak ini. Saya pun kalau ada di (RS) Soetomo akan begitu juga,” kata Deni.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Deni menyarankan kepada kedua orang tua Akila dan Azila untuk meminta bantuan dari pemerintah kota maupun provinsi. Hal ini dimaksudkan agar mempermudah semua proses pengobatan yang akan dilalui Akila dan Azila.
Lanjut Deni, kasus serupa sebelumnya pernah terjadi. Biaya operasi ditanggung oleh pemerintah daerahnya. Bertolak dari pengalaman itulah Deni menyarankan kepada orang tua Akila dan Azila untuk meminta campur tangan Pemkot Kendari dan Pemprov Sulawesi Tenggara.
“Di Batam dibantu sama pemerintahnya, di Ternate dibantu sama pemerintahnya, di Cirebon dibantu sama pemerintahnya. Kasus yang sama kembar siam,” terang Deni.
---