Cerita 2 Pemuda Sultra Keliling Indonesia dengan Modal Seadanya

Konten Media Partner
4 Agustus 2022 19:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
La Ode Ridwan Arisandy dan Ardianto saat berada di Nias Selatan. Foto: Ist
zoom-in-whitePerbesar
La Ode Ridwan Arisandy dan Ardianto saat berada di Nias Selatan. Foto: Ist
ADVERTISEMENT
Nama mereka La Ode Ridwan Arisandy (25) dan Ardianto (28), warga Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan perjalanan mengelilingi ujung Sabang sampai Merauke demi mengenal Indonesia lebih dekat.
ADVERTISEMENT
Perjalanan bertajuk #MengenalIndonesia itu sudah dimulai sejak 19 Januari 2022 lalu. Keduanya memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan backpacker. Mereka akan singgah di setiap daerah di mana arah langkah mereka berjalan.
Perjalanan secara mandiri dua putra Sultra ini semata karena ingin lebih mengenal Indonesia melalui lokawisata, kuliner, kehidupan sosial, budaya, sejarah, dan berbagai keistimewaan lain dari tiap daerah yang dikunjungi.
Arisandy saat dihubungi kendarinesia mengungkapkan konsep perjalanan ala backpacker keduanya yakni dengan cara meminimalisir penggunaan anggaran alias modal nekat. Keduanya lebih dulu terbang ke Aceh untuk menginjakkan kaki di Kota Sabang.
"Bisa dibilang modal nekat, uang ketika tiba di Aceh yang saya pegang hanya Rp2 juta," kata Arisandy saat dihubungi, pada Kamis (04/08).
ADVERTISEMENT
Setelah mengelilingi Aceh, uang keduanya mulai menipis. Akhirnya sebisa mungkin keduanya melakukan interaksi sosial kepada orang-orang yang ditemui di setiap daerah yang mereka kunjungi.
La Ode Ridwan Arisandy dan Ardianto saat menumpangi pikap. Foto: Ist
"Biasa kalau masuk di satu daerah kami cari dulu yang kami temui langsung di jalanan. Nanti setelah tidak ada kami temui baru kami hubungi kontak dari teman-teman," kata dia.
Dengan mengandalkan uang saku yang dibawa, keduanya pun mencoba peruntungan lain untuk mendapatkan modal perjalanan dengan menjual pakaian dengan tema masing-masing daerah.
Hambatan jadwal keberangkatan kapal penyeberangan yang kerap berubah-ubah membuat keduanya perlu mengubah arah tujuan daerah yang sudah direncanakan.
"Semakin ke sini, kalau ditanya soal estimasi sulit diprediksi karena kondisi kadang tidak memungkinkan, kayak begini jadwal kapal harusnya bisa kita gerak tapi nda jadi lagi, akhirnya diubah rutenya," beber Arisandy.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perjalanan yang ditargetkan rampung di tahun 2023 itu, keduanya mengalami kerap dilanda keterbatasan fisik karena cuaca yang kurang menentu hingga barang-barang pendukung dokumentasi pribadi dicuri.
"Waktu di Aceh Utara mau masuk ke Medan, mungkin karena terlalu capek akhirnya ketiduran, biasanya kan gantian tidurnya tapi ini malah ketiduran dua-duanya. Akhirnya pas bangun baru sadar hilang kamera, dompet, handphone, charger, pokoknya kayak setengahnya nyawa hilang," ungkap dia.
Namun dengan kendala itu semua, mereka jadikan sebagai warna-warni perjalanan yang harus dilalui. Selama perjalanan, keduanya menemui banyak cerita menarik mulai dari bertemu teman-teman baru dari berbagai daerah, hingga berkunjung ke tempat yang memiliki cerita khas.
"Jadi kan namanya mengenal Indonesia, ada memang destinasi yang dituju. Kalau pun tidak dapat ke sana karena ada kendala, kami cari alternatif lain," ujar Arisandy.
ADVERTISEMENT
Saat ini, langkah kaki keduanya berkelana di tanah Kota Gurindam Dua Belas julukan Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Keduanya akan menetap sementara waktu hingga langkah kaki mereka kembali membawa pada daerah petualangan selanjutnya di Provinsi Jambi.
"Sekarang kami sedang bersantai di Riau sambil menikmati keindahan kota ini dan bersiap untuk ke Jambi," ungkap dia.