Diduga Menambang Gunakan Bom, Warga Tutup Paksa Akses Tambang

Konten Media Partner
1 April 2019 13:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puluhan warga sekitar tambang melakukan penutupan akses jalan ke kawasan pertambangan, Senin (01/04). Foto: Attamimi/kendarinesiaid
zoom-in-whitePerbesar
Puluhan warga sekitar tambang melakukan penutupan akses jalan ke kawasan pertambangan, Senin (01/04). Foto: Attamimi/kendarinesiaid
ADVERTISEMENT
Diduga melakukan aktivitas penambangan menggunakan bom berskala besar, puluhan warga yang berasal dari tiga desa di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara menutup paksa akses pertambangan yang terletak di Desa Tambosupa, Kecamatan Moramo, Sulawesi Tenggara, Senin (01/04).
ADVERTISEMENT
Ketiga desa tersebut yakni Desa Tambosupa, Desa Wawondengi Dan Desa Salabangga, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, dengan cara mengepung dan menutup akses jalan perlintasan kendaraan alat berat milik perusahaan tambang PT. DIL menggunakan kayu, batu dan ban bekas.
Arham, salah satu warga setempat mengatakan, aksi warga ini dipicu adanya aktivitas penambangan batu yang diduga menggunakan bom dinamik berskala besar.
Ia mengungkapkan, sebelum mengetahui aktivitas perusahaan tambang tersebut, masyarakat setempat sempat mengira jika goncangan yang kerap kali terjadi di desa mereka dan membuat bangunan rumah mereka retak berasal dari gempa bumi.
"Kita sudah sangat resah pak, dengan adanya pemboman yang dilakukan perusahaan, apalagi jarak rumah kami hanya radius 500 meter dari lokasi pertambagan dan saat diledakkan kami selalu mengira gempa," ungkapnya saat ditemui dilokasi.
Aparat kepolisian saat menemui warga yang melakukan aksi blokade jalan tambang, Senin (01/04). Foto: Attamimi/kendarinesiaid
Akibatnya, lanjut dia, rumah-rumah warga yang ada di tiga desa tersebut mengalami retak dan sejumlah peternak mengalami kerugian karena banyaknya hewan ternak mereka yang mati.
ADVERTISEMENT
"Rumah-rumah kami banyak yang retak, belum lagi ternakan kami banyak yang mati," ujarnya.
Arham mengungkapkan, sejak tahun 2017 melakukan penambangan, pihak perusahaan PT. DIL belum pernah memberikan kontribusinya kepada masyarakat. Sedangkan, aktivitasnya kini sangat meresahkan warga setempat.
Sambil berunjuk rasa, masyarakat meminta pimpinan perusahaan menghentikan seluruh aktivitasnya, karena dinilai tidak ramah lingkungan. Tak hanya itu, perusahaan diminta segera melakukan ganti rugi terhadap rumah-rumah warga yang mengalami kerusakan.
Amarah warga di tiga desa tersebut semakin memuncak setelah pimpinan perusahaan tidak menemui mereka. Warga terpaksa menghentikan seluruh aktifitas pertambangan, karena tidak adanya itikat baik dari perusahaan.