Kepala Sekolah di Kendari Diminta Kreatif Saat Pandemi COVID-19

Konten Media Partner
26 Februari 2021 17:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir Saat Meninjau SMPN 19 Kendari yang Akan Melakukan PBM Tatap Muka. Foto: Didul/kendarinesia.
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir Saat Meninjau SMPN 19 Kendari yang Akan Melakukan PBM Tatap Muka. Foto: Didul/kendarinesia.
ADVERTISEMENT
Kepala sekolah di Kendari diminta kreatif dalam proses belajar mengajar saat pandemi COVID-19. Hal itu disampaikan Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir saat berbicara di hadapan para kepala sekolah di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
Sulkarnain Kadir mengatakan, kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan di sekolah mesti memiliki sejumlah kiat dalam pembelajaran di wilayah kerjanya.
Menurut politisi PKS ini, dengan pandemi COVID-19 yang sudah setahun menghentikan proses belajar mengajar tatap muka sekolah di Kendari mesti menjadi titik balik dalam membuat formula baru dalam pembelajaran.
"Walaupun saya ingin menggarisbawahi bahwa kita harus siap mempunyai formula masing-masing di tiap sekolah karena sudah pasti kebutuhan dan penanganannya berbeda,” kata Sulkarnain saat menjadi pembicara di hadapan para kepala sekolah pada Kamis (25/02).
“Situasi yang kita hadapi ini butuh keseriusan dan komitmen kita bersama. Saatnya untuk kita berkompetisi untuk menentukan apa yang selanjutnya ditempuh,” tambahnya.
Untuk diketahui, Kota Kendari sejak pertengahan Maret 2020 lalu memutuskan proses belajar mengajar untuk TK, SD, dan SMP secara daring. Beberapa kali kebijakan ini diperpanjang hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Pada 4 Januari 2021 lalu, 3 sekolah yakni SMPN 19, SMPN 21, dan SMPS Frater sempat dibuka setelah diverifikasi oleh tim yang dibentuk Dinas Pendidikan Kota Kendari. Namun, baru seminggu dibuka SMPS Frater Kendari kembali ditutup karena sebagian orang tua siswa tak setuju dengan belajar tatap muka. Sementara 2 sekolah masih melakukan belajar tatap muka dikarenakan akses internet di wilayah tersebut kurang memadai. Selain itu letak kedua sekolah berada di pinggiran kota dan dianggap tak masuk zona COVID-19.