Kisah 30 Perawat Pasien Corona di RS Bahteramas: Sudah Satu Bulan Tak Pulang
ADVERTISEMENT
Terhitung sejak 19 Maret, saat 3 warga Sulawesi Tenggara (Sultra) yang dirawat di Ruang Isolasi RS Bahteramas Kendari dinyatakan positif COVID-19, Mulyanto Nur, tak bisa pulang ke rumah untuk bertemu dengan anak dan istrinya.
ADVERTISEMENT
Ya, Mulyanto Nur memang punya tanggung jawab besar di RS Bahteramas Kendari sejak Corona mulai mewabah, dia adalah Kepala Ruang Isolasi khusus untuk pasien Corona di rumah sakit plat merah itu.
"Saya masih ingat betul, waktu itu hari Kamis, 19 Maret. Waktu pertama kali Tim Gugus Tugas mengumumkan 3 orang yang sedang kami rawat di ruang isolasi dinyatakan positif Corona, kami langsung cemas," jelas Mulyadi kepada kendarinesiaid, Rabu (8/4).
Tak hanya Mulyadi saja, ada puluhan perawat lain yang juga mengalami hal yang sama. Tak bisa pulang ke rumah hampir sebulan.
Saat itu, kata Mulyadi, ada 12 orang perawat, termasuk dirinya yang bertugas merawat 3 pasien di ruang isolasi. Setelah ketiganya dinyatakan positif, para perawat itu langsung pasrah, dan menganggap hal itu adalah tugas.
ADVERTISEMENT
"Memang sempat cemas, tapi alhamdulilah, kami saling menguatkan, dan saya sampaikan kepada teman-teman, apa yang kita lakukan selama ini adalah tanggung jawab kita, harus dilaksanakan seperti biasa," ujarnya.
Setelah 3 pasien dinyatakan positif, pihak rumah sakit langsung membentuk 3 tim khusus yang berisi 30 orang. Setiap tim berisi 10 orang perawat yang secara bergantian bertugas di ruang isolasi.
"Setiap tim bertugas selama 1 minggu, setelah seminggu akan digantikan lagi oleh tim lain, dan tim pertama yang bertugas bisa libur," ujarnya.
Sejak mulai intens merawat pasien positif Corona di RS Bahteramas, Mulyadi, dan puluhan perawat lain tak bisa pulang ke rumah masing-masing hingga saat ini.
"Terus terang sampai saat ini saya belum pulang ke rumah, pokoknya semenjak kasus pertama muncul hari Kamis itu, sampai saat ini kami (30 perawat di ruang isolasi) belum ada yang pulang ke rumah," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Karena tak bisa pulang, puluhan perawat itu tinggal di rumah sakit. Pihak rumah sakit, kata Mulyadi, memfasilitasi mereka untuk menginap. "Kami difasilitasi oleh rumah sakit untuk tinggal di rumah sakit ini dan fasilitasnya dilengkapi," katanya.
Dia dan perawat lainya tak bisa menyembunyikan rindu pada keluarga, teruma anak dan istri atau suami masing-masing. Sebagai penawar rindu, kata Mulyadi, biasanya ia menghibungi sang istri dan anak melalui sambunga video call.
"Sama keluarga pasti rindu, setiap malam saya komunikasi dengan anak dan istri saya. Biasanya saya pakai, whatsApp atau video call langsung. Yang lain juga begitu," ujarnya.
Menurut Mulyadi, keinginan untuk pulang ke rumah sangatlah besar, namun beban berat yang dipikul pun jauh lebih besar. Selain itu, ada juga di antara mereka yang sengaja mengisolasi diri agar keluarga di rumah tak terkena imbasnya.
ADVERTISEMENT
"Aktivitas kami hanya diseputar rumah sakit saja, tidak bisa keluar. Bukan apanya, kita tidak ada yang tahu, mending menjaga agar keluarga kita tidak sampai terpapar," pungkasnya.
๐
๐๐ฃ๐๐๐ฃ ๐ก๐ช๐ฅ๐ ๐๐ค๐ก๐ก๐ค๐ฌ ๐ ๐๐ฃ๐๐๐ง๐๐ฃ๐๐จ๐๐ ๐๐ ๐๐ฃ๐จ๐ฉ๐๐๐ง๐๐ข @๐ ๐๐ฃ๐๐๐ง๐๐ฃ๐๐จ๐๐ ๐๐๐ฃ ๐ ๐ก๐๐ ๐ฉ๐ค๐ข๐๐ค๐ก '๐๐๐๐๐ ' ๐ช๐ฃ๐ฉ๐ช๐ ๐ง๐๐๐๐ข ๐๐ฃ๐๐ค๐ง๐ข๐๐จ๐ ๐ข๐๐ฃ๐๐ง๐๐ ๐ก๐๐๐ฃ๐ฃ๐ฎ๐ ๐ฎ๐๐ฃ๐ ๐ฉ๐๐ง๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐ช๐ก๐๐ฌ๐๐จ๐ ๐๐๐ฃ๐๐๐๐ง๐.
***