Pembangunan Jalan PT VDNI di Konawe Cemari Tambak Warga

Konten Media Partner
7 Mei 2019 20:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani tambak sekitar pertambangan saat menunjukkan hasil panennya yang gagal, Selasa (07/05). Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Petani tambak sekitar pertambangan saat menunjukkan hasil panennya yang gagal, Selasa (07/05). Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Petani tambak di Desa Tani Indah, Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengeluhkan hasil pertanian mereka yang menurun.
ADVERTISEMENT
Sulaiman, salah seorang penambak ikan bandeng, udang dan kepiting di desa tersebut mengeluhkan air tambaknya yang berubah warna sejak pembangunan jalan (hauling) milik PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) yang melintas disekitar tambak mereka.
Selain itu, pelebaran jalan juga mengakibatkan penyempitan di kali besar sekitar tambak. Sehingga, air kali kadang meluap hingga masuk kedalam tambak mereka.
"Air tambak saya sudah kotor, berubah warna sekarang. Saya tidak berani lagi untuk menurunkan bibit udang takut hasilnya sedikit," kata Sulaiman kepada wartawan.
Selain berubah warna, hasil yang diperolah petani tambak juga menurun. Hasilnya, jauh menurun sebelum kehadiran PT VDNI.
Dahulu, sebelum adanya aktivitas jalan PT VDNI, lanjut Sulaiman, ia bisa memanen 1 ton per petak tambak dan memenuhi kebutuhan pasar lokal. Namun sayang, kondisinya saat ini tidak seperti dulu lagi. Bahkan, saat ini, ia perkirakan hasil panennya hanya mencapai 800 kg per tambak dalam sekali panen di tahun terkahir ini.
ADVERTISEMENT
Jika kondisi ini terus berlanjut, kata Sulaiman, ia berencana menjual tambak miliknya ke pihak perusahan.
"Kalau harga cocok dan saya tidak dirugikan mungkin akan saya jual saja, karena diolah juga hasilnya menurun," ujarnya.
Hal sama diungkapkan petani tambak lain, Zulkarnain. Sebelumnya, ia berhasil memasok hasil perikanan tambak hingga ke Singapura. Namun kini, ia mengaku mengalami kerugian besar akibat menurunnya hasil tambak sejak aktivitas pembangunan jalan oleh PT VDNI.
Truk pengangkut mineral tambang saat beraktifitas di sekitar tambak milik masyarakat Morosi, Selasa (07/05). Foto: Istimewa
Untuk menyambung hidup, Zulkarnain terpaksa menimbun sejumlah tambaknya, lalu ia dirikan rumah kos untuk disewakan ke pekerja PT VDNI.
"Saya bangun rumah kos, lalu saya sewakan. Karena mengharap hasil tambak, sudah tidak mungkin," ujarnya.
Dikonfirmasi wartawan, Penanggung Jawab Teknik dan Lingkungan, PT VDNI, Wahyudi Agus Kristianto mengatakan, jika status jalan yang dikeluhkan para petani tambak merupakan jalan hauling perusahaan.
ADVERTISEMENT
"Statusnya jalan hauling itu, yang membawa material dari jeti ke perusahaan dan sebaliknya," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa PT VDNI sudah memenuhi standar operasional, dengan melakukan penyiraman secara rutin dan menyiapkan kantong lumpur setiap kali beraktivitas.
Wahyudi juga membantah bahwa penurunan hasil tambak para petani disebabkan debu dari aktivitas perusahaan. Menurut dia, perlu ada kajian dan penelitian mendalam dari para akademisi untuk memastikan penyeban penurunan hasil para petani tambak.
Mengenai ganti rugi maupun penjualan tambak yang diungkap para petani, pihak perusahaan selalu membuka diri. Asalkan, nilai jualnya sesuai dengan NJOP.
"Sebenarnya kalau masalah pembelian tanah atau tambak itu bisa saja dilakukan asal sesuai dengan regulasi dan NJOP tanah. Misalnya harganya Rp 5000 per meter, lalu mintanya Rp 500.000 itu tidak mungkin," cetusnya.
ADVERTISEMENT
Kata Wahyudi, pihak PT VDNI juga tak menutup diri terhadap keluhan para petani tambak. Petani disarankan membuat surat secara resmi ditujukan ke pihak perusahaan, agar dicarikan solusi dan jalan keluarnya secara bersama.
---