Tolak Tambang, Petani Rumput Laut di Konsel Mengaku Dapat Ancaman

Konten Media Partner
25 Mei 2019 14:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para petani rumput laut di Konsel saat melakukan aksi penolakan aktivitas tambang PT Baula. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Para petani rumput laut di Konsel saat melakukan aksi penolakan aktivitas tambang PT Baula. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Petani rumput laut di Desa Akuni dan Kelurahan Tinanggea, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara mengaku mendapat ancaman dari puluhan orang yang diduga karyawan perusahan tambang milik PT Baula Petra Buana menggunakan senjata tajam (sajam) dan diduga bom rakitan.
ADVERTISEMENT
Menurut salah seorang petani rumput laut, Emmang, peristiwa itu terjadi pada Jumat (24/5) sekitar pukul 16.00 WITA. Saat itu, puluhan petani rumput laut melakukan pemantauan di jety milik PT Baula Petra Buana dan sekitaran Muara Roraya.
Para petani, lanjut Emmang, ingin memastikan apakah kapal tongkang yang memuat material tambang sudah berada di perairan tersebut atau belum.
Menurut Emmang, aksi penolakan tambang yang dilakukan oleh para petani rumput laut itu sudah sering dilakukan. Pasalnya, para petani rumput laut mengaku dirugikan selama tambang beroperasi disekitar lahan tempat mereka bekerja.
Para petani mengaku, rumput laut mereka dicemari oleh material tambang. Aktifitas kapal tongkang PT Baula juga didiuga menjadi musabab rumput laut mereka berlumpur, bahkan ada beberapa petani yang gagal panen.
ADVERTISEMENT
Namun, saat warga melakukan aksi penolakan, tiba-tuba sekitar 10 orang orang karyawan atau pemandu kapal PT Baula Petra Buana melakukan pengancaman terhadap warga dengan menggunakan senjata tajam dan diduga bom rakitan.
Wargapun terpaksa harus mundur, sebab karyawan PT Baula Petra Buana mengancam mereka dengan cara membabi buta. Usai kejadian itu, para petani lalu melaporkan peristiwa itu ke pihak yang berwajib.
Aktifitas pertambangan milik PT Baula Petra Buana, Foto: Istimewa.
Para petani mengancam akan melakukan aksi protes besar-besaran jika pihak Kepolisian tidak mengamankan para pelaku yang melakukan pengancaman menggunakan senjata tajam dan bom rakitan tersebut.
"Kami juga para petani tetap akan melalukan aksi penolakan dan penghentian aktifitas kapal tongkang milik PT Baula Petra Buana," tegas Emmang.
Sementara itu, Direktur PT Baula Petra Buana, Romansyah saat dikonfirmasi membantah hal tersebut. Ia menyebut, justeru para petani rumput laut lah yang sering melakukan pengancaman terhadap awak kapal tongkang sehingga para awak kapal tongkang ketakutan.
ADVERTISEMENT
"Tidak benar mas. Tidak ada itu. Justeru kami yang sering diancam, kapal tongkang kami sering ditolak saat akan bersandar," jelasnya.
Karena sering mengalami penolakan dan pengancaman, lanjut Roman, kapten kapal lalu meminta bantuan pengawalan agar kapalnya bisa bersandar atau berlayar. "Jadi itu pengawalan, karena sudah sering (dihadang) karena mereka (petani rumput laut) juga sering mengancam di laut, bahkan ada yang diancam akan dibacok juga," sambungnya.
Menurut Roman, penolakan dan pengusiran para petani rumput laut terhadap PT Baula sudah sangat sering dilakukan. Bahkan pernah, beberapa warga melakukan pengrusakan terhadap alat berat perusahaan.
"Buktinya, ada yang merusak alat berat, dan sudah ditahan, jadi sudah sering," katanya.
Roman melanjutkan, para petani rumput laut yang melakukan penolakan mengaku merasa dirugikan terhadap aktivitas perusahaannya. Namun menurut dia, aktivitas perusahaan jauh dari lahan rumput laut para petani.
ADVERTISEMENT
Pihak perusahaan, sambung dia, juga telah menyalurkan ganti rugi ke para warga melalui Kepala Desa setempat. Namun, apakah seluruh warga yang meminta ganti rugi telah menerima atau belum, pihak perusahaan tak tau.
"Jadi sudah disalurkan ganti rugi, lewat kepala desa setempat. Jadi kami tidak tau kalau masih ada yang belum dapat. Lagian, ada yang tidak terdampak aktivitas tambang, juga minta ganti rugi," pungkasnya.
---