Viral Jenazah PDP Corona di Kolaka Dibuka Plastiknya, Dimandikan Keluarga

Konten Media Partner
25 Maret 2020 13:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Sultra, dr Rabiul Awal. Foto: Wiwid Abid Abadi/kendarinesia
zoom-in-whitePerbesar
Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Sultra, dr Rabiul Awal. Foto: Wiwid Abid Abadi/kendarinesia
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan warga Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Virus Corona atau COVID-19, meninggal dunia di RS Bahteramas Kendari, Senin (23/3).
ADVERTISEMENT
Jenazah itu lalu dijemput oleh pihak keluarga dan dibawa menggunakan mobil milik keluarganya untuk dibawa ke rumah duka.
Video di rumah duka itu viral. Tampak plastik pembungkus jenazah dibuka. Jenazah pun disebut-sebut dimandikan padahal pembungkus itu sengaja untuk mencegah penularan corona.
Juru bicara Gugus Tugas COVID-19 Sultra, La Ode Rabiul Awal atau karib disapa dr Wayonk, menegaskan bahwa sampel tenggorok atau swab pasien tersebut baru dikirim ke Jakarta pada Selasa (24/3) untuk dilakukan pengujian dan untuk memastikan positif-tidaknya jenazah warga Kolaka itu.
Sehingga, jenazah itu masih berstatus PDP dan belum dinyatakan positif Corona.
"Belum positif Corona. Jadi dia status pasien itu masih suspect corona atau terminologinya sekarang PDP. Sudah di-swab, hari ini dan sudah dikirim ke Jakarta, kita menunggu hasilnya tiga sampai lima hari baru keluar," jelas dr Wayonk.
ADVERTISEMENT
dr Wayonk juga menyayangkan sikap keluarga yang tidak mematuhi prosedur penanganan jenazah dengan standar korban terinfeksi COVID-19, seperti yang telah ditetapkan oleh badan kesehatan dunia (WHO), meskipun masih berstatus PDP.
Ilustrasi jenazah. Foto: ShutterStock
Seharusnya, kata dia,ย  setelah jenazah dibungkus plastik kedap dari rumah sakit, pihak keluarga tidak boleh lagi mendekati apalagi untuk menyentuh secara langsung. Apalagi sampai membuka plastik pembungkusnya.
"Perlakuan kepada jenazah itu harusnya dengan standar COVID-19. Yang memandikan pun harus memakai APD, dilakukan oleh tenaga medis langsung. Misalnya sudah dibungkus dengan plastik, sudah dikafani, habis itu ada lagi pembungkus kedap udara, habis itu peti jenazah. Sebenarnya dari rumah sakit sudah dibungkus plastik. Tapi keluarga membuka plastik itu," terangnya.
Menurut dia, hal itu dikarenakan kurangnya pemahaman dan kepatuhan pihak keluarga mengenai standar penanganan orang yang dinyatakan PDP Corona.
ADVERTISEMENT
Wayonk bilang, jika hasil lab menunjukkan bahwa jenazah itu positif terinfeksi COVID-19, maka, baik keluarga maupun warga yang melayat secara otomatis langsung masuk kategori orang dalam pemantauan (ODP), dan wajib mengisolasi diri di rumah.
"Kalau positif, masuk kategori ODP, isolasi diri, utamanya yang kontak langsung," katanya.
Pesan berantai yang menyebar di media sosial dan pesan singkat Whatsapp. Foto: Dok.Istimewa
Dia mengaku, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka untuk mendata seluruh orang yang punya riwayat kontak erat dengan jenazah.
"Jadi sudah koordinasi antara Dinkes Kabupaten Kolaka maupun Provinsi untuk melakukan pendataan (mencari warga yang datang melayat)," katanya.
Sementara itu, Dokter Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kendari, Kompol dr Mauluddin berpendapat, tindakan yang dilakukan pihak RSUD Bahteramas sudah sesuai standar penanganan jenazah infeksi. Yaitu membungkus jenazah dengan pakaiannya, mengkafaninya lalu dibungkus plastik kedap.
ADVERTISEMENT
"Maksudnya apa, supaya kuman ataupun cairan tubuh tidak berpindah ke orang lain. Sehingga diharapkan, pada saat penyerahan jenazah ini, keluarga tidak membuka lagi bungkus dari jenazah tersebut," kata dr Mauluddin Rabu (25/3).
Menurut dia, apa yang dilakukan oleh pihak keluarga seperti yang ada di video viral itu adalah salah satu bentuk kasih sayang, namun Mauluddin juga menyangkan hal itu, sebab kondisi saat ini adalah pandemi Virus Corona, apalagi jenazah berstatus PDP.
"Meski kita bisa pahami hal itu adalah bentuk kasih sayang. Namun, dengan adanya virus dari orang ke orang, atau dari jenazah ke orang, sehingga perlu masyarakat memahami sehingga tidak terjadi kembali jenazah disentuh, meski masih PDP, kita anggap sebagai jenazah infeksi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Mauluddin mengingat, kejadian di Kolaka sebagai pelajaran kedepan jika terjadi kejadian serupa agar tak dilakukan lagi. Dia juga mengajak semua pihak tidak saling menyalahkan.
"Ini semata-mata untuk melindungi masyarakat dan keluarga. Kita berharap semoga jenazah hasil tesnya negatif COVID-19," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur RS Bahteramas Kendari, Sjarif Subijakto, mengatakan bahwa sejak awal pasien tersebut sudah ditangani dengan standar penanganan kesehatan COVID-19.
Pun setelah dinyatakan meninggal dunia, kata Sjarif, pihak rumah sakit sudah mengamankan jenazah dengan standar penanganan COVID-19. Kata dia, pihak rumah sakit berniat akan mengantar jenazah dengan mobil ambulans namun ditolak oleh pihak keluarga, dan keluarga memilih membawa jenazah dengan mobil pribadi.
"Penanganannya sudah standar COVID-19 kita lakukan. Cuma kendalanya 1, keluarganya tidak mau diantar pakai ambulans, tidak mau, tanda tangan dia (pihak keluarga), segala risiko sudah tanda tangan dia. Pokoknya kita sudah amankan jenazah," jelas Sjarif, Senin lalu (23/3).
ADVERTISEMENT
๐™…๐™–๐™ฃ๐™œ๐™–๐™ฃ ๐™ก๐™ช๐™ฅ๐™– ๐™›๐™ค๐™ก๐™ก๐™ค๐™ฌ ๐™ ๐™š๐™ฃ๐™™๐™–๐™ง๐™ž๐™ฃ๐™š๐™จ๐™ž๐™– ๐™™๐™ž ๐™„๐™ฃ๐™จ๐™ฉ๐™–๐™œ๐™ง๐™–๐™ข @๐™ ๐™š๐™ฃ๐™™๐™–๐™ง๐™ž๐™ฃ๐™š๐™จ๐™ž๐™– ๐™™๐™–๐™ฃ ๐™ ๐™ก๐™ž๐™  ๐™ฉ๐™ค๐™ข๐™—๐™ค๐™ก '๐™„๐™†๐™๐™๐™„' ๐™ช๐™ฃ๐™ฉ๐™ช๐™  ๐™ง๐™–๐™œ๐™–๐™ข ๐™ž๐™ฃ๐™›๐™ค๐™ง๐™ข๐™–๐™จ๐™ž ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™–๐™ง๐™ž๐™  ๐™ก๐™–๐™ž๐™ฃ๐™ฃ๐™ฎ๐™– ๐™ฎ๐™–๐™ฃ๐™œ ๐™ฉ๐™š๐™ง๐™Ÿ๐™–๐™™๐™ž ๐™™๐™ž ๐™Ž๐™ช๐™ก๐™–๐™ฌ๐™š๐™จ๐™ž ๐™๐™š๐™ฃ๐™œ๐™œ๐™–๐™ง๐™–.