Cara Warga Tionghoa di Kepri Gelar Tradisi Sembahyang Kubur Saat Pandemi Corona

Konten Media Partner
27 Maret 2020 13:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu prosesi dalam ritual sembahyag kubur. Foto: Hasrullah/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu prosesi dalam ritual sembahyag kubur. Foto: Hasrullah/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Saat ini virus corona atau COVID-19 sedang merebak hampir di seluruh daerah di tanah air. Namun hal ini lantas tak membuat sembahyang kubur atau tradisi cheng beng di wilayah Kepulauan Riau ditiadakan
ADVERTISEMENT
Tradisi etnis Tionghoa di wilayah ini masih tetap melaksanakan tradisi itu dengan berbagai alternatif dan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Seperti yang dilakukan oleh warga Tionghoa di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau.
Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kabupaten Lingga menyepakati untuk mengeluarkan imbauan agar pelaksanaan cheng beng tahun 2020 ini dilaksanakan dengan membatasi keluarga yang datang, yakni hanya dua orang anggota keluarga saja per makam.
Ketua PSMTI Lingga, Tonny Karyadi, menyebutkan pihaknya juga mengimbau agar keluarga yang berada di luar daerah untuk tidak perlu pulang melaksanakan ritual tahunan tersebut.
"Kita sampaikan kepada keluarga yang datang ke makam, selesai sembahyang untuk langsung pulang, tidak perlu berkumpul-kumpul ngobrol," ujar Tonny.
Kata Tonny, PSMTI juga sarankan masyarakat Tionghoa untuk menghindari melaksanakan sembahyang kubur di hari-hari padat seperti hari minggu atau pada puncak pelaksanaannya yang jatuh pada Sabtu, 4 April mendatang.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan untuk menghindari adanya kerumunan massa, sekaligus untuk mendukung pemerintah mencegah penyebaran virus corona, khususnya di Kabupaten Lingga.
"Kami mendukung kebijakan pemerintah untuk menghindari kerumunan di berbagai kegiatan termasuk kegiatan keagamaan," katanya.
Ia berpesan kepada semua etnis Tionghoa untuk berdoa agar virus yang kini menjadi pandemi ini dapat segara teratasi.
Lebih lanjut, Ketua PSMTI itu menyebutkan jika pelaksanaan tradisi cheng beng di Kabupaten Lingga tahun ini dapat dipastikan sepi dibanding tahun sebelumnya.
Pada tahun 2019, ritual 'wajib' Tionghoa ini bahkan mencapai 3.000 orang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri.
"Ada hotel yang kita ketahui, sekitar 70 kamar yang sebelumnya di booking sudah dibatalkan. karena kondisi saat ini yang tidak memungkinkan," ujarnya.
Pengecatan ulang tulisan di makam. Foto: Hasrullah/kepripedia.com
Sementara itu, di lokasi terpisah, Mona, salah satu warga Tionghoa di Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, mengatakan keluarganya yang berada di luar daerah sebelumnya sudah menyiapkan diri untuk pulang ke kampung halaman melaksanakan ritual yang juga disebut festival qingming itu.
ADVERTISEMENT
Namun, alasan pencegahan penyebaran COVID-19 terpaksa dibatalkan karena dinilai sangat tidak memungkinkan.
"Awalnya masih coba untuk balik, tapi setelah pikir-pikir akhirnya gak jadi. Tambah kapal ke Lingga dari Batam juga akan ditutup Sabtu (28/3) ini," ungkapnya.
Ia menuturkan, jika keluarga yang dari jauh dan tidak bisa kembali akhirnya hanya bisa mengirimkan sejumlah uang untuk berbagai keperluan sembahyang kubur.
Selanjutnya pihak keluarga yang memungkinkan untuk datang ke makam mewakili doa-doa dari saudaranya yang jauh.
"Ritual ini tergolong wajib ya, mending Imlek tidak balik ketimbang ini tidak datang. Kita seperti seperti durhaka dan berdosa sama nenek moyang kita. Tapi apa boleh buat," ujarnya