Cerita Nelayan di Moro Nyambi Jadi Petani Rumput Laut

Konten Media Partner
19 September 2021 13:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prajurit babinsa membantu pengemasan rumput laut yang akan dikirimkan ke Batam, Kepulauan Riau. Foto: Khairul S/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Prajurit babinsa membantu pengemasan rumput laut yang akan dikirimkan ke Batam, Kepulauan Riau. Foto: Khairul S/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Sembari menyeka peluh keringatnya, Oni, tetap bergulat di tengah lautan untuk mencari tumpukan rumput laut yang tumbuh liar di perairan Moro, Karimun.
ADVERTISEMENT
Ini menjadi opsi lain baginya ketika hasil tangkapan ikan yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Musababnya adalah peralihan musim.
Potensi perairan di wilayah ini memang cukup besar bagi para warga sekitar yang menggantungkan hidup dari sumber daya kelautan yang ada. Namun tentu berbagai alasan dan kendala tetap saja dialami.
Pagi itu Minggu (19/9), sejenak Oni tertegun ketika datang seorang pria berpakaian PDL TNI AD yang merupakan babinsa wilayah itu. Prajurit bernama Koptu Benny itu lantas menanyakan berbagai hal atas kondisi yang dialaminya saat ini.
"Bagaimana pak hasil pencarian rumput lautnya," kata prajurit tersebut.
Senyum ramah menghiasi wajah Oni yang tengah asik menumpuk hasil pencarian rumput laut yang diperoleh sebelumnya saat melakukan aktivitas tangkap ikan. Jenis rumput laut yang ia dapat adalah berjenis Rengkam.
ADVERTISEMENT
Nelayan berusia 46 tahun kemudian bercerita, menjadi pengepul rumput laut hanya sebagai pencarian tambahan kala kondisi musim sedang tidak bersahabat.
"Hanya tambahan, banyak nelayan di sini juga melakukan hal serupa. Ketika tangkapan sedikit maka inilah sampingan bagi kami," ucapnya menjawab.
Rumput laut yang biasa ia dapatkan, biasanya akan ditumpuk di dalam satu tempat dan akan diproses kembali sebelumnya akhirnya dijual.
"Biasanya ini akan dijadikan rempah-rempah, ataupun obat-obatan," katanya.
Rumput laut yang didapat biasanya akan dijual seharga Rp 1.700 per kilogramnya. Dalam sehari ia mampu mengumpulkan sebanyak 50-200 kilogram rumput laut dari aktivitasnya sembari mencari ikan di tengah laut.
"Jadi semua hasilnya kita olah dulu, mulai pengeringan dan memisahkan sampah-sampah. Baru kita kirimkan ke Batam," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, penjualan tidak bisa rutin dilakukan karena rumput laut yang diperoleh hanya dengan tumbuh secara liar akan bisa kembali tumbuh dalam waktu 2 sampai 3 bulan dari masa panen sebelumnya.
"Apalagi kita bukan khusus budidaya. Jadi waktu kita bisa mengumpulkan lagi itu perlu waktu beberapa bulan. Bisa 2 hingga 3 bulan," ucapnya.
Perairan Moro memang menyimpan banyak kekayaan alam yang bisa menopang ekonomi warga yang mendiami wilayah ini. Bahkan, Pemprov Kepri saat ini juga tengah fokus untuk menjadikan pulau Moro sebagai sentra budidaya rumput laut di Kepulauan Riau.