DPRD Kepri Belajar Mengolah Sampah di ITS Surabaya

Konten Media Partner
8 November 2019 9:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
DPRD Kepri Belajar Mengolah Sampah di ITS Surabaya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Komisi III DPRD Kepulauan Riau melaksanakan studi pengelolaan sampah di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Kamis (7/11/2019).
ADVERTISEMENT
Latar belakang dilakukannya studi tersebut mengingat permasalahan sampah yang ada di Kepulauan Riau yang terus menumpuk dan belum ada solusi pengelolaannya.
Wakil Ketua Komisi III Surya Sardi mengatakan permasalahan pengelolaan sampah memang kerap terjadi di kota-kota besar seperti di Kepulauan Riau, khususnya Batam. Ia mengatakan saat ini sampah yang dihasilkan di Batam berkisar 600 sampai 800 ton per harinya.
"Dengan jumlah sampah segitu dan proses pengolahan yang bisa dibilang masih tradisional maka jumlah sampah di TPA akan terus menumpuk dan akhirnya tidak tertampung di TPA," katanya.
Anggota Komisi III, Lis Darmansyah juga menyebutkan, kalau pengolahan sampah masih secara tradisional maka lama kelamaan tentu akan membutuhkan lahan baru untuk dijadikan TPA karena daya tampung TPA yang lama tidak cukup lagi.
ADVERTISEMENT
"Sementara di daerah kepulauan seperti tempat kami ini sangat susah untuk mencari lahan apalagi untuk dijadikan sebaga tempat pembuangan akhir atau TPA," kata Lis.
Ia mengatakan bahwa kunjungan Komisi III ke ITS Surabaya ini bermaksud untuk mempelajari bagaimana cara pengolahan sampah dengansistem zero waste sehingga bisa mengurangi jumlah tumpukan sampah di TPA. Menurutnya, pengolahan sampah di Kepri ini memiliki potensi yang sangat luar biasa jika memang teknologi yang diterapkan sesuai.
ITS sebagai salah lembaga pendidikan tinggi yang berpengalamaan dalam teknologi pengolahan sampah dianggap mampu mengolah sampah di Kepri.
"Kita melihat ITS ini sudah berhasil mengolah sampah dengan teknologi modern di Surabaya," terang Lis.
Menanggapi hal tersebut, Rektor ITS Surabaya Prof. Mochamad Ashari mengatakan bahwasannya ITS telah mengembangkan teknologi pengolahan sampah yang saat ini telah diterapkan di Pemkot Surabaya.
ADVERTISEMENT
"Saat ini kami sebagai konsultan dalam pengolahan sampah Pemkot Surabaya," terang Ashari.
Ia menjelaskan ada sejumlah metoode dan teknologi pengolahan sampah yang saat ini diterapkan di Surabaya. Salah satunya, metode landfill atau metode dengan cara sampah ditimbun dan menghasilkan gas metan yang bisa digunakan untuk menghasilkan listrik.
Sedangkan metode termal dijelaskannya yakni dengan cara dibakar untuk menghangatkan ketel air dan menghasilkan uap yang digunakan untuk membangkitkan mesin pembangkit listrik (bio energi).
"Saat ini memang dua metode tersebut yang kami gunakan dalam mengolah sampah dan bisa menghasilkan listrik," ungkap Prof Ashari.
Dari dua metode tersebut memang dinilai belum bisa menghasilkan listrik yang signifikan namun bisa mengurangi sampah yang jumlahnya cukup signifikan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian IDAA Warmadewanti ST MT PhD menjelaskan produksi sampah di Surabaya per harinya mencapai 1700 ton. Dari total tersebut 20 persen direduksi oleh warga dengan rumah kompos yang jumlahnya 21 unit yang tersebar di seluruh Surabaya.
Sebanyak 500 ton diolah dengan metode landfill dan mampu menghasilkan daya listrik sebesar 2 MV, 1000 ton sisanya diolah dengan metode termal dan mampu menghasilkan daya listrik sebesar 11 MW.
Selain Surya Sardi dan Lis Darmansyah turut hadir dalam studi tersebut Raja Bachtiar, Suryani, Sahmadin Sinaga, Hadi Candra, Yudi Kurnain, Bakti Lubis, Nyanyang Haris Pratamura dan Irwansyah.