Gubernur Kepri Surati 3 Menteri Minta Persyaratan Travel Bubble Diringankan

Konten Media Partner
14 Maret 2022 13:30 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad. Foto: Ismail/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad. Foto: Ismail/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Travel Bubble (wisata gelembung) atau skema pariwisata dengan protokol kesehatan ketat antara Batam-Bintan dan Singapura yang dibuka sejak 23 Februari lalu masih belum menunjukkan perkembangan signifikan bagi kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) di Kepulauan Riau.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang diperoleh kepripedia, terhitung mulai 23 Februari hingga 12 Maret 2022, kunjungan untuk ke kawasan wisata Nongsa Sensation di Batam hanya 171 kunjungan wisman. Sedangkan untuk kawasan wisata Lagoi di Bintan tercatat hanya 127 wisman.
Menurut Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, minimnya minat kunjungan melalui skema kerjasama wisata Indonesia-Singapura di masa pandemi COVID-19 ini karena wisman masih merasa berat dengan sejumlah aturan dan persyaratan yang diberlakukan.
Sehingga saat akan berkunjung ke 2 wilayah wisata eksklusif di Kepri ini tidak leluasa seperti kunjungan wisata pada umumnya.
"Jika ini (aturan) diperbaiki, kita harapkan bisa tingkatkan lagi jumlah kunjungan wisman," ungkap Ansar saat dihubungi, Senin (14/3).
Ansar menjelaskan, beberapa aturan yang dinilai perlu dievaluasi yakni seperti pengurusan visa kunjungan di Kedutaan Besar Republik Indonesia, termasuk mengenai pemberian visa on arrival (VOA) yang terbatas pada wisman Khusus Warga Negara (WN) Singapura.
ADVERTISEMENT
Selain itu juga mengenai kebijakan diwajibkannya wisman Singapura untuk melengkapi diri dengan hasil negatif RT-PCR pre-departure (sebelum keberangkatan). Sementara nantinya saat tiba di kawasan wisata di kepri juga harus menjalani tes ulang RT-PCR. Kemudian para wisman juga akan kembali menjalani tes usap tersebut saat akan meninggalkan Indonesia untuk kembali ke negaranya.
Mengenai kebijakan-kebijakan tersebut, Gubernur Ansar Ahmad mengaku akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Sementara ini ia telah mengirim surat kepada Kepala BNPB RI Mayjen TNI Suharyanto, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, dan Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna Laoly belum lama ini.
Ansar menyebutkan, di dalam surat yang dikirimkan tersebut di antaranya menyampaikan permohonan agar pemerintah pusat meniadakan persyaratan menyertakan hasil negatif RT-PCR pra kedatangan untuk pintu masuk Kepri.
ADVERTISEMENT
Alasan yang disampaikan karena para wisman khusus travel bubble itu nantinya juga menjalani tes RT-PCR saat tiba di wilayah wisata di Kepri.
"Kalau disetujui, nanti kita Pemda dan instansi terkait akan mengawal serta memastikan penerapan protokol kesehatan dilaksanakan secara ketat. Termasuk juga kepada manajemen lokasi wisata yang ditunjuk," sambung Ansar.
Tak hanya mengenai tes PCR, lanjut Ansar, pihaknya juga memohon agar pemerintah pusat mempermudah pengurusan visa kunjungan bagi calon wisman khususnya di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Tujuannya agar calon wisman merasa nyaman sekaligus menjadi citra positif bagi pariwisata di Indonesia.
"Kita juga minta perluasan atas pemberian VOA tidak hanya terbatas bagi wisma khusus WN Singapura, tetapi juga bagi calon wisman dari negara lainnya yang akan berwisata di Kepri," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ansar menambahkan, surat permohonan dan isinya tersebut merujuk pada indikator kasus pandemi COVID-19 di Kepri yang menunjukkan perkembangan yang baik sampai saat ini.
Diketahui, dalam Laporan Harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Provinsi Kepulauan Riau, perkembangan COVID-19 di Provinsi Kepulauan Riau secara akumulatif selama 14 (empat belas hari terakhir) dinilai terkendali.
Hal itu terlihat dari konfirmasi harian tertinggi tercatat pada tanggal 23 Februari 2022, dengan jumlah konfirmasi sebanyak 585 orang/hari. Sedangkan rata-rata konfirmasi harian periode 24 Februari sampai 11 Maret 2022 dengan jumlah konfirmasi 357 orang per hari mengalami tren penurunan secara konsisten.
Selain itu juga belum ada klaster atau perkembangan kasus dari lingkungan wisata travel bubble sejauh ini.