Heboh Pengukuhan Sultan Riau Lingga, Pemuda Penyengat Gelar Aksi Penolakan

Konten Media Partner
19 Oktober 2021 10:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemuda di Pulau Penyengat saat melakukan aksi penolakan. Foto: Istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Pemuda di Pulau Penyengat saat melakukan aksi penolakan. Foto: Istimewa.
ADVERTISEMENT
Masyarakat di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau dibuat kaget dengan adanya kabar bakal ada pengukuhan Sultan Riau Lingga. Kabar itu beredar dari undangan berbentuk pdf yang disebarkan ke masyarakat melalui Whatsapp .
ADVERTISEMENT
Dalam undangan tersebut, tertulis jika pengukuhan Sultan Riau Lingga ini akan digelar di Istana Tengku Bilik, Pulau Penyengat pada Selasa (19/10) atau 13 Rabiul Awal 1443 H pukul 20.00 WIB nanti.
Penyelenggara atas nama Lembaga Adat Kesultanan Riau Lingga ini juga menyiapkan kanal youtube dengan nama siaran tunggu 'Pengukuhan Kesultanan Riau Lingga' di channel Budak Melayu. Selain itu juga disiapkan Zoom Meeting untuk diikuti secara virtual.
Tak hanya itu, dalam undangan tersebut penyelenggara juga melampirkan nama-nama yang diundang. Mulai dari Gubernur Kepri, Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepri, Bupati dan Wali Kota se Kepri, hingga masyarakat Kepulauan Riau.
Sebaran ini pun lalu menuai polemik. Salah satunya penolakan datang dari organisasi masyarakat di Pulau Penyengat. Seperti Organisasi Pemuda Penyengat (OPP), Karang Taruna Kelurahan Penyengat, Forum RT/RW, hingga Zuriat dan Kerabat Raja Riau Lingga di Perantauan.
ADVERTISEMENT
Penolakan ini pun dilakukan dalam bentuk aksi yang dilakukan Senin (18/10) malam dengan menyampaikan pertimbangannya.
"Penunjukan Sultan oleh lembaga adat kesultanan Riau lingga adalah keputusan sepihak tanpa musyawarah dan melibatkan pemangku adat yang lain dan masyarakat," ujar Ketua OPP, Tohar Fahlevy kepada kepripedia, Selasa (19/10).
Ia menyebutkan, bakal sultan juga bukan berasal dari ahli waris sultan-sultan terdahulu dari Kesultanan Riau-Lingga. Selain itu, lanjutnya, kesultanan Riau Lingga sudah tidak wujud sejak tahun 1913.
"Kami tidak melihat ada kepentingan untuk mewujudkan kerajaan itu kembali," paparnya.
Spanduk penolakan dari Pemuda Pulau Penyengat. Foto: Istimewa
Disisi lain, ia menyebut jika masyarakat di Pulau Penyengat sudah nyaman dengan pola kehidupan masyarakat saat ini. Tanpa harus ada kesultanan yang palsu.
Pihaknya menilai jika pengukuhan tersebut mengandung kepentingan dan tujuan yang tidak baik. Ia menuding jika giat itu punya rencana untuk menguasai aset-aset bersejarah di pulau Penyengat yang sudah menjadi milik bersama masyarakatnya sebagai warisan budaya masa lalu.
ADVERTISEMENT
"Pengukuhan Sultan Riau lingga oleh Lembaga Adat Kerajaan Riau lingga berpotensi menimbulkan gejolak masyarakat dan perpecahan. Dianggap sebagai melanggar dan melecehkan adat," terangnya.
Dihubungi terpisah, narahubung penyelenggara yang tercantum dalam sebaran tersebut menerangkan jika kegiatan tersebut adalah pengukuhan Sultan Riau lingga pada jabatan adat Lembaga Adat Kesultanan Riau lingga.
"Bukan Pengukuhan Sultan Riau oleh Lembaga Adat kesultanan Riau lingga," ujarnya.
"Ini masih sibuk, nanti saya jawab. Ditunggu ya!" pungkasnya usai menerima sederet pertanyaan dari kepripedia.