Imigrasi Batam Deportasi 10 WNA China Pelaku Penipuan Bermodus Phone Sex

Konten Media Partner
19 Januari 2022 21:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Bidang (Kabid) Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Imigrasi Kelas I Khusus Batam, Tessa Harumdila. Foto: Zalfirega/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Bidang (Kabid) Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Imigrasi Kelas I Khusus Batam, Tessa Harumdila. Foto: Zalfirega/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
10 orang Warga Negara Asing (WNA) asal China yang diduga melakukan tindak kejahatan penipuan bermodus phone sex melalui aplikasi Michat beberapa waktu lalu telah deportasi.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang (Kabid) Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Imigrasi Batam, Tessa Harumdila, menyebut proses pemulangan sudah dilakukan pada Jumat (14/1) lalu.
Para WNA tersebut dipulangkan melalui Bandara Hang Nadim Batam ke Bandara Soekarno Hatta, Jakarta, dengan pengawalan ketat.
"Pemulangan mereka pasca berkas perkara telah dilimpahkan kepolisian dan dinyatakan melanggar aturan keimigrasian," kata Tesa, Rabu (19/1).
Dijelaskan, proses pemulangan tersebut juga telah melalui koordinasi lintas negara. Sebab terhadap para pelaku nanti akan dilakukan proses hukum lebih lanjut.
"Jadi Batam hanya tempat mereka dalam melakukan kejahatan saja. Korban berasal dari Tiongkok maka proses hukum di negara sana," imbuh dia.
Sebelumnya diberitakan, 10 Warga Negara Asing (WNA), pelaku penipuan dan pemerasan oknum pejabat di Tiongkok, China berhasil diciduk jajaran Cybercrime Direktorat Kriminal Khusus (Ditkrimsus) Polda Kepulauan Riau.
ADVERTISEMENT
Total pelaku yang terdiri dari sembilan pria dan satu wanita ini, diciduk Subdirektorat V Cybercrime Dirkrimsus Polda Kepri di Perumahan Plazo Garden, Blok C 85, Batam Center, pada Rabu (5/1) lalu.
Dari hasil pemerikasaan para tersangka mencari korban mengunakan aplikasi pesan elektronik yakni aplikasi Michat.
"Dari aplikasi itu mereka berkenalan dan melakukan profiling kepada korban yang berada di China. Ada yang berperan adegan sex icon dan mencari korban serta rekaman video call sex," ujar Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kepri Kombes Pol Teguh Widodo didampingi Kepala Bidang Humas Polda Kepri Komisaris Besar Harry Goldenhardt, dalam konferensi pers di Mapolda Kepri, Kamis (6/1) .