news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Pemudik dari Batam ke Tambelan: Berjam-jam Antre dan Kapal Ditunda

Konten Media Partner
2 Mei 2022 20:49 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para penumpang kapal Roro Tanjunguban-Tambelan yang mengantre masuk kapal. Foto: kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Para penumpang kapal Roro Tanjunguban-Tambelan yang mengantre masuk kapal. Foto: kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Pagi itu, Amad tampak sedikit memaksakan diri untuk bangun setelah tertidur pasca sholat subuh di rumah bibinya di Batam.
ADVERTISEMENT
Namanya juga bulan puasa, aktivitas yang dilakukan sedikit berbeda dari sebelumnya.
Jika pagi teh panas dan beberapa potong resoles sudah menunggu di meja teras. Kini, 26 hari meja terbuat dari kayu itu sepi dari wanginya teh.
Sajian itu juga tak dibuat oleh bibinya, lantaran penitipan kue di warung diberhentikan sementara hingga lebaran usai.
Pria kelahiran 14 April 1989 tersebut, mulai membersihkan diri sebelum membereskan perbekalan di ransel hitam yang ia pakai untuk bepergian.
Beberapa kantong kresek berisikan pakaian dan makanan, masih terlihat segel harga baru saja dibeli semalam dari Tunjangan Hari Raya yang baru diambil melalui mesin uang di kawasan SPBU tak jauh dari rumah bibi.
Inilah yang ia sebut sebagai oleh-oleh untuk dibagikan kepada orang tua dan dua saudara kandungnya di kampung halaman, Tambelan, Kabupaten Bintan.
ADVERTISEMENT
Amad memang sempat pergi ke Batam untuk mengikuti tes PPG secara daring. Kepergiannya ke Batam sebelum Ramadhan juga bukan tanpa alasan melainkan untuk mensiasati keterbatasan sinyal di Tambelan.
Guru honor sejak 2017 itu, mulai duduk berhadapan dengan perbekalannya. Dimasukkannya satu persatu kantong kresek ke dalam tas, ia pun membawa ransel tersebut menuju teras tempatnya biasa menikmati matahari pagi.
Sesekali dilihatnya jam dinding dalam rumah yang disesuaikan dengan mood nya untuk berpamintan dengan bibi di rumah.
Menunggu itu, taxi online pun membunyikan klakson tepat di depan terasnya. Saat itulah, Amad berpamitan untuk pulang ke kampung halamannya menggunakan KMP Bahtera Nusantara 01 yang berada di Tanjung Uban, Bintan.
Berbekal ransel hitam dan tas tentengan bermotif zebra, Amad beranjak bergerak menuju taxi sambil melihat jam yang menunjukkan pukul 07.30 WIB.
ADVERTISEMENT
Sedikit ngebut, taxi yang ditumpanginya tiba di Pelabuhan ASDP Punggur. Selain membayar tarif jasa, penilaian bintang lima ia berikan kepada si sopir dengan sebab sesuai ekspektasi jadwal kedatangannya di pelabuhan itu.
Tapi apa yang ia lihat di pelabuhan tersebut, pemandangan antrian sudah lebih dulu menjalar membentuk gambar suasana mudik.
Para calon penumpang, kendaraan roda 2, dan roda 4 mulai berjejer memenuhi loket antrian untuk mendapatkan tiket.
"Tak ada lagi jaga jarak, semuanya merapat demi mendapatkan tiket, yang penting masker an saja," ujarnya.
Sesekali terdengar calon penumpang yang masih bingung tentang pemberlakukan Brizzi untuk menggantikan pembayaran tunai.
Amad tak asing lagi mendengar hal tersebut, karena ia telah memiliki kartu yang dibicarakan itu. Hanya saja nol saldo, sehingga ia mesti mengantri di tenda loket yang dibuat ASDP Punggur untuk mengisi saldo.
ADVERTISEMENT
Cukup lama berdiri dengan pikulan ransel dan tentenga tas oleh-oleh. Amad yang telah berhasil mendeposit Rp200ribu ke kartu Brizzi berjalan menurun menuju loket tiket yang berada di gedung ASDP Punggur untuk kembali mengantri tiket roro tujuan Tanjung Uban.
Tampak memang ada antrian di gedung tersebut, Amad pun mendekati dengan asumsi antrian itu adalah antrian pembelian tiket roro ke Tanjung Uban.
Ternyata benar, ia dimintai keterangan daerah tujuan beserta identitas diri berupa eKTP begitu berhadapan dengan petugas berjenis kelamin wanita di loket yang dituju.
Beranjak dari loket di gedung, Amat yang masih enggan melepas ransel dan tas tentangannya itu bergegas menuju roro.
Sambil berjalan, pemandangan antrian kendaraan dan orang menjadi bagian atribut mendekat lebaran. Ditambah lagi suara balita digendongan ibunya dan antrian di warung kopi pelabuhan membuat betapa ramainya lebaran tahun ini.
Penumpang kapal Roro Batam-Tanjunguban. Foto: kepripedia.com
Roro yang ia tumpangi akhirnya tiba juga di Tanjung Uban Kabupaten Bintan dengan jumlah penumpang dan kendaraan yang terbilang full.
ADVERTISEMENT
Tanpa basa basi ia bergegas turun dari armada tersebut menuju loket penjualan tiket di ASDP Tanjung Uban dengan tujuan Tambelan.
Antrian mobil dan sepeda motor di pelabuhan ASDP Tanjung Uban  waktu itu tidaklah terlalu ramai seperti di Punggur. Justu antian orang di loket penjualan tiket ke Tambelan yang ramai.
2 saf antrian dibuat untuk memperpendek pandangan mata. Namun tetap saja pelayanannya terbilang lambat  sebab hanya dilayani 1  petugas di 1 loket.
"Sudah tau ramai begini, kenapa tidak dibuat 2 loket sehingga proses pembelian tiket cepat," ujarnya dalam antrian sekitar pukul 10:54WIB.
Singkat waktu, akhirnya Amad memperoleh tiket yang  dicoret dengan tulisan 63.C menggunakan stabilo kuning.
Masih bingung dengan 63.C itu, Amad meninggalkan antrian tiket dengan wajah sedikit cerah. Sebab tiket sudah ia peroleh. Tahapan selanjutnya hanya naik ke KMP Bahtera Nusantara 01 dan berangkat ke Tambelan.
ADVERTISEMENT
Dari jauh, tampak KMP Bahtera Nusantara 01 jenis roro itu yang melayani rute Tambelan sandar di palabuhan Tanjung Uban.  Amad dan seluruh calon penumpang tampak senang dan siap menuju penghujung dermaga.
Tapi apa yang terjadi setelah lama menunggu, terdengar pengumuman melalui toa di pelabuhan tentang penundaan keberangktan KMP Bahtera Nusantara 01 yang dijadwalkan ke Tambelan pukul 13.00WIB.
Penundaan terjadi sebab, roro tersebut membantu melayani angkutan Tanjung Uban - Punggur, Batam.
Tidak hanya Amad, seluruh calon penumpang tujuan Tambelan dan Sintete, Kalimantan Barat mulai risau.
Hanya saja suara protes ini tidak terdengar kuat sebab hujan deras beserta petir yang terjadi cukup lama itu membuat suara ungkap kecewa tak terdengar jelas dari bagunan tua pelabuhan ASDP Tanjung Uban.
ADVERTISEMENT
Sambil puasa, penasaran, dan kesel hampir 4 jam. Tibalah KMP Bahtera Nusantara 01 dengan kabar yang sandar kali ini adalah untuk mengangkut penumpang tujuan Tambelan di penghujung dermaga ASDP Tanjung Uban.
Khawatir ketinggalan kapal dan tidak mendapatkan tempat tidur, Amad bergerak menuju gerbang terakhir dari dermaga yang dijaga oleh petugas ASDP dan sejumlah TNI Polri.
Lagi-lagi yang ia dapat adalah antrian lama dan becek pasca hujan siang bolong.
Amad dan sejumlah calon penumpang lainya memasuki KMP Bahtera Nusantara dan mulai mencari tempat.
Persis seperti apa yang ia fikirkan tentang kode 63.C itu.
Ternyata itu adalah nonor kursi Amad. Sedangkan bila tertera kode B, itu  adalah kode untuk tempat tidur.
ADVERTISEMENT
Amad yang mendapat tempat duduk untuk perjalanan laut sekitar 17 jam itu sudah merasa seneng. Meskipun tidak mendapat tempat tidur ia antusias karena telah naik di kapal.
"Tidak apa-apa yang penting bisa pulang ke Tambelan," tegasnya.
Siung berbunyi tanda kapal mesti betolak dari pelabuhan. Pada hampir pukul 17.00WIB. KMP Bahtera Nusantara 01 pun berangkat menuju Tambelan dengan harapan ridho Ilahi selamat sampai tujuan.
Bagi Amad, perjalanan menuju kampung halamannya bukanlah ia rasakan sekali ini saja. Beragam kejadian, peristiwa di pelabuhan, kapal, dan daerah tujuan akan dijumpai.
Ia hanya berharap, bisa selamat dan oleh-oleh yang dibawa dapat tersampaikan dengan baik ke orang tua dan saudaranya sebagai semarak indahnya 1 Syawal 1443 H.
ADVERTISEMENT
(SMK)