Kisah Said Agil, Pria Keturunan Arab yang Jadi Tukang Semir Sepatu di Batam

Konten Media Partner
22 November 2021 12:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Said Agil Alatas (49) saat tengah meyemir sepatu pelanggannya. Foto: Rega/kepripedia.com
zoom-in-whitePerbesar
Said Agil Alatas (49) saat tengah meyemir sepatu pelanggannya. Foto: Rega/kepripedia.com
ADVERTISEMENT
Sore hari itu, Selasa (16/11), Said Agil Alatas, tampak menyeka peluh keringat yang bercucuran turun dari kepala. Pria berusia 49 tahun itu, memasuki sebuah rumah makan di Pelabuhan Sekupang, Kota Batam.
ADVERTISEMENT
Tas usang berukuran 2x3 centimeter yang berisikan peralatan semir sepatu tak lepas dari genggaman tangannya. Sejenak ia tersandar di sudut bangsu rumah makan itu sembari memesan makanan.
"Saya makan pakai ayam aja Uda," katanya melontarkan pesanan kepada pelayan.
Senyum sumringah terpancar dari wajahnya, sesaat setelah pesanannya dihidangkan. Ia tampak lelah usai hilir mudik dari pulau Belakang Padang.
Dengan lahapnya, ia lalu menyantap hidangan yang ada di meja. Agaknya perut sudah kosong karena berjalan seharian mencari pelanggan.
Usai menyantap makanannya. Ia kemudian bergeser dari kursi itu. Kepada kepripedia, Said berkeluh kesah menceritakan perjalanan hidupnya selama berjuang mencari nafkah di kota Batam.
Baginya, kehidupan ini adalah bersifat sementara. Yang mesti dicari adalah keberkahan Allah SWT, agar bisa mencapai hidup yang bahagia. Menurutnya, kehidupan dunia hanyalah sebuah fenomena di mana peredaran bulan dan matahari terhadap bumi, yang mengibaratkan seperti arloji.
ADVERTISEMENT
"Intinya jangan sia-siakan waktu ibadah dan amal saleh meski kita dalam keadaan susah dan tidak sumbar. Yakinlah rezeki itu akan ada diberikan Allah SWT," katanya awali cerita kala itu.
Sebagai tukang semir sepatu ia tidak ada merasa malu. Sebab, pekerjaan itu, baginya profesi mulia yang sebagai ladang amal dalam mencari keberkahan serta nafkah yang halal untuk keluarga.
Dua puluh tahun berlalu profesi tukang semir sepatu ini digeluti, dari sinilah dapur rumah bisa mengepul. Lima orang anak-anak hidup dari penghasilan tersebut.
Sebelum menjadi tukang semir sepatu, segala lini pekerjaan telah malang melintang di lalui untuk merubah nasib. Kala itu, ia menginjakan kaki dari Tanjungpinang ke kota Batam bertekad merubah nasib di rantau.
ADVERTISEMENT
Baginya waktu itu, tidak ada memilih soal kerja hantam kromo yang bisa bertahan di rantau orang. Hingga pada waktunya tiba muncul sebuah ide jasa semir sepatu dan sol.
Pria yang mengaku aliran keturunan Arab mulai konsisten memberikan jasa semir sepatu ke para sopir-sopir dan petugas yang ada di kawasan pelabuhan hingga ke pulau.
"Modal kita hanya Rp 17.000 ribu, tiga kiwi hitam, coklat dan lainnya. Satu pasang sepatu dipatok Rp 10.000 ribu," ujarnya.
Ketika saat kerja perawakan Agil seperti orang kantoran yang rapi. Berpakaian necis sepatu mengkilap warna hitam seolah-olah menarik pelanggan.
Sementara, sisi penghasilan mencapai Rp 500 ribu dalam per hari. Waktu kian berlalu, hari demi hari dilalui hingga ia menikah dan mendapatkan buah hati. Lima anak yang kini sudah beranjak dewasa serta sudah bekerja.
ADVERTISEMENT
Beban ekonomi yang dipikul selama ini setidaknya sudah agak ringan. Sebab, dua orang anaknya sudah membantu. Berkat dari itu ia dapat membeli sebuah rumah di Tiban.
Dia tidak menyangka virus corona datang tiba-tiba bak tamu tak diundang yang ikut menyusut penghasilan ekonominya. Sejak itu pula pelanggan mulai sepi.
Selama itu pula, terkadang membawa uang ke rumah Rp 100 ribu, terkadang hampa. Makan siang ditahan dan pulang ke rumah dengan berjalan kaki.
"Saya pernah jalan kaki dari pelabuhan ke rumah karena tak dapat uang. Jarak rumah 3 kilometer. Waktu jalan kepikiran anak dan istri, tak tega saya melihat anak yang tak makan," ujar dia sembari mengelus dada.
Tak pernah terbayang dinenakknya jika penghasilan bisa menurun secara drastis alias tak pecah telur satu hari. Meski begitu dirinya tetap tabah dan selalu meminta petunjuk ke Allah SWT dan tetap sabar menghadapi.
ADVERTISEMENT
Hingga kasus COVID-19 kembali melandai turun di Batam. Terlebih sekarang ini juga pemerintah telah memberi kelonggaran agar orang-orang kembali beraktivitas.
"Sekarang sudah bisa bawa uang ke rumah Rp 150. ribu satu hari," urainya.
Walaupun penghasilan sudah mulai ada, namun jika dibandingkan sebelum COVID-19 merebak, menurut Agil kondisi ini masih belum stabil. Untuk itu, ia membuka usaha kecil di rumah dengan usaha yang sama.
"Ada juga usaha kecil-kecil di rumah, kita buka sol sepatu juga dan jahit,"" ucap dia.
Kini ia berharap pandemi COVID-19 punah di muka bumi ini dan pemerintah kembali buka akses mobilitas orang seperti semua kala yang ekonomi orang berjalan.