Melihat Tradisi Sedekah Laut, Cara Nelayan Pulau Kundur Ungkap Syukur
PerbesarADVERTISEMENT
Di era Moderninasi seperti saat ini tidak membuat nelayan di Pulau Kundur, Kabupaten Karimun, meninggalkan begitu saja sejarah adat dan istiadat setempat.
ADVERTISEMENT
Bersyukur, yang mereka sebut sebagai ungkapan 'sedekah laut' merupakan upacara adat yang diisi dengan ritual sebagai bentuk rasa syukur yang telah ada sejak dahulu.
Cara ini menjadi bagian tradisi yang tidak hilang digerus zaman, sebagai ungkapan rasa syukur terhadap karunia dan keselamatan selama melakukan aktivitas di laut.
Masyarakat nelayan disana lebih menyebutnya do’a bersama yang lebih diartikan terhadap wujud rasa syukur dari masyarakat nelayan kepada Tuhan yang maha Esa.
Setiap tahun, tradisi ini akan rutin dilaksanakan, yang diikuti berbagai kelompok nelayan setempat. Ini menunjukkan kearifan lokal masyarakat sekitar.
Tidak jarang, tradisi ini juga mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak, termasuk perusahaan negara yang berafiliasi di wilayah Kecamatan Kundur, PT Timah TBK.
ADVERTISEMENT
General Manager PT Timah Tbk Wilayah Kepri dan Riau, Robertus Bambang Susilo, mendorong para nelayan agar tetap mempertahankan adat yang telah ada sejak lama itu.
"Tetap lestarikan adat budaya asli masyarakat setempat yang sudah turun temurun dari nenek moyang, agar dapat dikenal oleh generasi selanjutnya," kata dia, Kamis (24/9).
Menurutnya, kearifan lokal itu harus dapat lebih di eksplorasi agar bisa menjadi agenda rutin yang terus dilaksanakan dalam setiap tahun.
"Kegiatan seperti ini dapat di-explore lebih baik lagi sehingga dapat dijadikan agenda tahunan untuk menarik wisatawan," ucapnya.
Kegiatan doa bersama ini berlangsung khidmat dan tetap memperhatikan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran wabah COVID-19 yang tengah melanda dunia saat ini.
