Mengubah Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Dengan Alat Rakitan

Konten Media Partner
27 Juli 2019 15:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tabung pemanas plastik rakitan pengelola TPA Ganet, Tanjungpinang. Foto : Hasrullah/kepripedia
zoom-in-whitePerbesar
Tabung pemanas plastik rakitan pengelola TPA Ganet, Tanjungpinang. Foto : Hasrullah/kepripedia
ADVERTISEMENT
Permasalahan sampah plastik akhir-akhir ini, menjadi tagline berbagai daerah di Indonesia termasuk juga Tanjungpinang sebagai ibukota Provinsi Kepulauan Riau.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan kepripedia terhitung enam bulan terakhir, jumlah sampah yang dihasilkan di kota Gurindam ini berkisar 168 ton setiap harinya. Sementara yang tertampung di tempat pembuangan akhir (TPA) Ganet, hanya tercatan sekitar 90 ton perhari.
Dengan kondisi tersebut, membuat staff Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) TPA Ganet mencoba berinovasi untuk dapat mengolah sampah, khususnya sampah plastik.
"Mulanya ada pelatihan di Bekasi, mengolah sampah plastik jadi bahan bakar. Disana kita diberikan ilmu mengubah plastik itu jadi minyak tanah, solar dan bensin," ungkap Suardi, salah satu staff UPTD TPA Ganet saat ditemui kepripedia, Jumat (26/7).
Sepulangnya pelatihan tersebut, Suardi mengaku sempat bingung dengan infrastuktur, termasuk alat yang akan digunakan untuk pengolahan. Ia hanya mengetahui kalau alat tersebut dapat dibeli. Kala itu, kata dia harga alat itu mencapai Rp80 juta.
ADVERTISEMENT
Setelah berdiskusi dengan pimpinannya di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kota Tanjungpinang, akhirnya ia mendapat dukungan untuk melakukan pengolahan plastik menjadi BBM.
"Akhirnya saya bersama Pak Toni, beliau buat alatnya dari besi bekas, struktur dan rancangannya saya yang buat," lanjut Suardi.
Sambil membawa tim kepripedia melihat-lihat sekitaran TPA Ganet, Suardi kemudian menunjukkan detil alat yang digunakan dalam pengolahan sampah hingga menjadi bahan bakar.
Berbeda jauh dengan alat yang digunakan di daerah lain, pembakaran plastik benar-benar sangat sederhana dan memakan biaya yang sangat minim.
"Tabung atas, itu tabungnya maspion sama mesin air sanyo. Sedangkan tabung pembakarannya ini tidak tau bekas apa, tapi semuanya ini bahan bekas yang sudah dibuang orang, kita las," ucap nya.
ADVERTISEMENT
Meski secara keseluruhan alat pokoknya berupa barang bekas, namun Suardi tak menampik jika ada beberapa bahan pendukung yang harus dibeli seperti baut, dan selang minyak.
Cara Pengolahan
Pengelola Teknis, Toni saat memasukkan plastik untuk diubah menjadi bahan bakar. Foto : Hasrullah/kepripedia
Plastik yang dapat diolah menjadi bahan bakar pada dasarnya beragam. Namun untuk mendapatkan hasil yang berkualitas juga harus dipilih terlebih dahulu.
"Sebenarnya macam-macam plastik, tapi yang sekarang kita pakai itu plastik bungkus baju atau sejenisnya. Botol plastik mineral dan botol infus itu bagus juga, tapi kan didaur ulang untuk lain," tutur Toni, salah satu pengelola teknis pengolahan plastik menjadi BBM ini.
Sebelum diolah, plastik tersebut dibersihkan dari pasir dan debu padat lainnya agar menjadi plastik murni. Plastik tersebut diambil dari TPA oleh petugas dan beberapa mitra-mitra nya.
ADVERTISEMENT
Plastik tersebut dimasukkan ketabung pembakaran, kemudian dipanaskan. Saat ini yang digunakan, di TPA Ganet hanya memuat 5 Kg plastik.
"Untuk pemanasan, kita pakai gas metan dari tempat penampungan sampah diatas. Dialirkan kesini. Diluar sana ada yang pakai gas LPG, ada juga yang pakai kayu bakar. Kita manfaatkan gas sampah saja," Lanjutnya sambil mendemokan alat tersebut.
Proses pemanasan memakan waktu sekitar 30 menit, tergantung besar api dengan kekuatan gas yang dialirkan. Kendalanya jika gas metan tidak kuat karena sampah di penampungan lembab, maka akan memakan waktu lebih lama.
Tabung pertama, akan mengalirkan bahan bakar solar, sedangkan tabung yang diatasnya mengalirkan bensin. Sebenarnya, tabung terakhir menghasilkan minyak tanah. Namun menurut pihak pengelola, yang dihasilkan sama saja dengan solar sehingga tidak digunakan.
ADVERTISEMENT
Dari plastik 5 Kg yang diolah tersebut dapat menghasilkan sekitar 2,5 liter solar dan 2 liter bensin. Kemudian dimasukkan kedalam botol, dan memasuki tahap pengendapan beberapa kali.
Pengendapan pertama didalam botol sekitar 12 jam, kemudian dipindahkan kedalam jerigen agar lebih bersih. BBM yang melalui tahap pertama sudah dapat digunakan.
"Proses produksi setiap hari, pagi kita sudah mulai, 2 kali lah kira-kira," ucap Toni.
Penggunaan Hasil
Salah seorang petugas TPA Ganet mengambil bensin untuk digunakan ke mesin pencuci mobil. Foto : Hasrullah/kepripedia
Bensin dan solar yang dihasilkan oleh pengolahan di TPA Ganet sementara diakui Suardi saat ini hanya digunakan sebatas untuk operasional di TPA. Seperti mesin diesel, dan alat transportasi operasional lainnya.
"Motor juga bisa, kadang kita kehabisan bensin, kita pakai itu. Kalau mesin rumput, cuci mobil, dan lain-lain dari sini," ucap Suardi.
ADVERTISEMENT
Beberapa warga dan instansi juga ada yang mencoba menggunakan BBM yang dihasilkan untuk berbagai keperluan, termasuk untuk mesin-mesin operasional mereka.
"Kalau motor, paling asapnya agak beda aromanya dari bensin yang dari Pertamina, jadi dilampu merah kasian yang dibelakang, bau plastik," tuturnya sambil tertawa.
Dibalik hasil yang bermanfaat, pengolahan ini juga menghasilkan timbal atau sisa pengolahan. Menurut mereka timbal tersebut dapat digolongkan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Meski tidak banyak, pengelola tetap mengantisipasi timbal tersebut dengan cara ditanam. Namun tidak sedikit pula yang menyebutkan jika timbal tersebut masih layak untuk dijadikan pupuk.
Solar dan bensin yang menetes pertama usai dipanaskan. Foto : Hasrullah/kepripedia
Pengembangan Pengolahan
Sebagai TPA pelopor pengolahan sampah plastik menjadi BBM di Kepri, Suardi mengaku belum menghasilkan pengolahan maksimal. Masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dikembangkan agar memberi dampak bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Kita belum ada uji lab, jadi tidak tau kadar bensin dan solarnya bagaimana, kurangnya apa. Tapi masuk kemotor tetap jalan," pungkasnya.
Ia juga berharap ada dukungan lebih dari pemerintah daerah dalam projek ini. Tidak lain tujuannya mendukung pemerintah untuk mengurangi sampah dan menjadikannya bermanfaat.
Pihaknya juga telah mengajukan alat yang lebih baik kepada pemerintah setempat. Namun sayangnya belum dapat dipastikan bagaimana kedepannya.
"Pernah kita ajukan, Wakil Walikota Tanjungpinang, Bu Rahma juga pernah kesini, ya minimal dibantu bahan Stainless saja bisa kita rakit. Itu bahan bagus untuk produksi," tutupnya.
Penulis : Hasrullah
Editor : Wak JK