Tenaga Medis Kreatif di Balik Perayaan untuk Pasien COVID-19 Sembuh di Batam

Konten Media Partner
5 Juni 2020 11:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kepala Seksi Rawat Inap khusus BP Batam Sudirman. Foto: Rega/kepripedia.com
Sebanyak 15 pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Badan Pengusahaan (RSBP) Batam dinyatakan sembuh dari COVID-19 beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Kesembuhan pasien tersebut tentu berkat upaya dokter dan tim medis perawat berjuang penuh untuk memberikan motivasi untuk bisa mereka melawan COVID-19.
Uniknya, pihak RSBP Batam melepas kepulangan pasien COVID-19 dengan penuh keceriaan dan kebanggaan. Pasien dipulangkan dengan diberikan sekuntum bunga.
Tapi selain itu, tim medis dan pasien sembuh membuat konten video goyang TikTok. Selang beberapa hari, pasien sembuh berikutnya dipulangkan dengan tari Kompang. Konten mereka pun viral di berbagai media sosial dan pemberitaan.
Kepala Seksi Rawat Inap khusus BP Batam Sudirman selaku orang yang bertanggung jawab dengan perawatan inap pasien COVID-19 di rumah sakit yang dikenal otorita Batam itu mengungkapkan, goyang TikTok dan tari Kompang dari tim medis dan pasien sembuh yang viral itu bersifat spontanitas.
ADVERTISEMENT
"Konsepnya kita ambil dari perawatan COVID-19 dan membagikan semangat kepada tenaga kesehatan maupun pasien," ungkap Sudirman saat ditemui diruang tamu RSBP Batam.
"Saya sempat berfikir apa yang bisa dilakukan, ingat ternyata kita buat tiktok yang sedang tren dan kebetulan kita memberikan senam pagi kepada pasien mengunakan irama musik TikTok," sebutnya.
Ia menceritakan, setiap ada laporan akan ada pasien COVID-19 yang sembuh, maka dirinya dan tim mulai memikirkan perayaan seperti apa yang akan diberikan.
Kata dia, semua persiapan dan keperluan pun dengan melihat apa yang ada di rumah sakit BP Batam itu.
"Misalnya tari Kompang dengan suasana ciri khas daerah Melayu, bermula ketemu konsep yang akan dibuat karena kita ada kompang. Maka saya kasih tahu kepada perawat untuk menyajikan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, momen bersuka ria dan hiburan-hiburan sederhana itu tidak saja diberikan saat kepulangan. Menurut Sudirman, candaan dan semua kegiatan yang bersifat bersenang-senang sudah dilakukan saat pasien dirawat atau dalam masa karantina.
Ia menjelaskan, goyang TikTok dan juga tari Kompang tersebut dinilai membantu melancarkan peredaran darah. Selain itu, musik dan tawa dinilai mendorong psikis pasien untuk bahagia yang juga mempengaruhi sistem imun tubuh.
"Bahagia untuk pasien COVID-19 itu berpengaruh sekali. Seperti akan meningkatkan rasa percaya diri dan juga membina hubungan baik kepada pasien dengan cara beraktivitas dalam melakukan seni dan membuat pasien tersebut betah karena pasienkan terkurung masa isolasi," terang pria yang bergabung di RSBP Batam sejak tahun 2003 lalu.
ADVERTISEMENT
Bagi Sudirman, menangani pasien dari wabah menular ini bukanlah kali pertama. Setidaknya dengan berbekal pengalaman dulu menghadapi wabah lain termasuk flu burung menjadi pelajaran tersendiri yang berguna baginya.
Sementara itu, Yeheskiel S.Kep, mewakili perawat lainnya, menyebutkan jika selain pasien COVID-19, tenaga medis pun perlu menjaga kondisi kesehatan fisik dan mental.
Pria yang juga kerap ambil andil menciptakan goyang TikTok dan tari Kompang itu pun mengaku jika tidak pulang ke keluarganya di rumah.
"Kami harus tinggal di mess untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19 dan saya mewakili teman-teman senang dan bahagia karena fasilitas yang disediakan sangat baik disediakan RSBP Batam," ungkapnya.
Yeheskiel S.Kep. Foto: Rega/kepripedia.com
Yeheskiel memang baru bergabung di RSBP Batam, tepatnya 1 November 2019 lalu, namun ia merasa memiliki kebanggan tersendiri saat harus merawat pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Karena akan menjadi cerita indah dikemudian hari akan menjadi cerita buat anak cucu saya bahwa saya pernah menjadi bagian tim untuk menangani pasien yang mewabah di dunia termasuk di Indonesia," ujarnya.
Menurut keduanya, inti penting dalam menangani kasus COVID-19 adalah menjaga diri agar tidak panik. Saat panik, menurut mereka lagi, pengalaman dan ilmu yang telah dipelajari yang mereka punya pun bahkan akan menjadi buta.
"Ini yang selalu ditekankan kepada seluruh perawat," imbuh Yeheskiel.
Dengan alasan itu pula, membuat keduanya semakin sering membuat konsep-konsep menarik untuk meminimalisir kepanikan.
Terkait mencuatnya "Indonesia terserah", keduanya mengaku sedikit kecewa. Bagi mereka kata itu tidak mewakili seluruh tenaga medis. Indonesia adalah negara pejuang yang tidak pernah semudah itu menyerah.
ADVERTISEMENT
Mereka mengakui, kondisi di lapangan memang tak bisa membuat konvensi seratus persen, akan tapi para medis khususnya perawat lebih baik berkerja efisien dari pada hanya bicara saja.
"Ibarat pepatah lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Jadi saya rasa apa yang diberikan itu sudah merupakan yang terbaik." kata Sudirman menutup.