Wabup Lingga Gelar Lomba Pantun Kritik Pemerintahannya
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Ini inisiatif kita untuk mengajak masyarakat Lingga, di usia ke 18, merupakan usia akil baliq dalam Islam artinya di usia dewasa kabupaten kita ini, masyarakat memiliki hak untuk bersuara baik itu kritik maupun saran," ujar Neko, Rabu (3/11).
Dipilihnya pantun sebagai lomba, menurutnya pantun merupakan karya sastra dari kebudayaan Melayu. Tentunya, tidak terlepas dari jati diri Kabupaten Lingga, sebagai Bunda Tanah Melayu yang lahir dari Kerajaan Riau-Lingga. Terlebih, kerjaan ini dulu telah melahirkan banyak sastrawan ternama salah satunya Raja Ali Haji.
Neko mengungkapkan, jika pantun memiliki ciri khas, digunakan dalam setiap pertemuan bahkan sejak oleh orang-orang terdahulu.
Tidak jarang pula pantun dijadikan kata-kata dalam komunikasi untuk mengingatkan atau menyindir dengan bahasa sastra yang indah, yang membuat pendengar atau penerimanya tidak tersinggung.
ADVERTISEMENT
"Tentunya sebagai jati diri orang Melayu, yang sangat identik dengan sopan santun, dan pantun sering dijadikan bahasa kiasan untuk menyindir, atau mengingatkan," lanjut Neko.
Di bulan November 2021 yang merupakan bulan lahirnya Kabupaten Lingga, sebagai daerah otonom, dirinya juga ingin seluruh masyarakat ikut merasakan dampak dari kehadiran kabupaten tersebut, sehingga pemerintah perlu dikritik untuk mendapatkan masukan dan saran yang baik.
"Pemerintah perlu dikritik, dan media sosial dapat jadi sarana positif untuk memberikan kritik yang membangun, dan mengingatkan kami selaku pemimpin," ujarnya.
Untuk diketahui, syarat peserta mengikuti lomba pantun ini yaitu dengan cara memvideo pantun lalu ditayangkan di masing-masing akun media sosial (Facebook dan Instagram) dengan menambah tagar #kritikpakwabup, #nwpbepantun #hutlinggake18 dan menandai akun resmi media sosial, Halaman Facebook: @nekoweshapawelloy dan Instagram: @nekoweshapawelloy.
ADVERTISEMENT
Para peserta juga wajib mengikuti halaman facebook dan instagram @nekoweshapawelloy.