Kota Yogyakarta Marak Terkena Tuberkulosis, Kenapa dan Bagaimana Mengatasinya?

Kezia Larasati Pratama
Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
14 Desember 2022 10:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kezia Larasati Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penyakit Tuberkulosis (Ilustrasi). (Sumber: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Penyakit Tuberkulosis (Ilustrasi). (Sumber: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Sebagai makhluk hidup tentu kita tidak akan selalu sehat, munculnya berbagai penyakit akan membuka peluang seseorang terinfeksi penyakit. Begitu pula dengan kota Yogyakarta, kota ini ditemukan beberapa penyakit yang sering dialami oleh warga sekitar. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2020, penyakit-penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Yogyakarta adalah Diare yang diderita oleh 59.324 jiwa, Pneumonia yang diderita oleh 4.494 jiwa, DBD yang diderita oleh 3.399 jiwa, Tuberkulosis yang dialami oleh 2.474 jiwa, dan Kusta yang dialami oleh 54 jiwa.
ADVERTISEMENT
Tuberkulosis (TBC) merupakan sebuah penyakit menular yang dipengaruhi oleh gizi buruk dan daya tahan tubuh seseorang (Kristini & Hamidah, 2020). Proses penularan dari penyakit ini terjadi ketika penderita berbicara, bersin, batuk. Pada saat itu penderita menularkan virus tersebut melalui udara. Penyakit jenis ini banyak menyerang usia produktif (15-49 tahun) dan laki-laki lebih rentan terkena penyakit ini dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki lebih kurang memperhatikan kesehatan diri sendiri dibandingkan dengan perempuan.
Sifat dari Tuberkulosis ini akan dapat hidup bertahun-tahun jika berada di luar tubuh manusia terutama di daerah yang sejuk, lembab, dan gelap. Namun, basil Tuberkulosis ini dapat mati jika terkena matahari, sabu, lisol, karbol, dan panas api. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan rumah yang sehat dan mendapat sinar matahari yang cukup menjadi sebuah aspek penting untuk menghindari penyebaran virus TBC ini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian, terdapat kesinambungan antara lingkungan rumah dengan penyebaran virus TBC di daerah Yogyakarta lebih tepatnya di daerah Kabupaten Bantul. Peneliti melakukan penelitian di Dusun X RT 09 kepada salah salah satu kelurahan yang memiliki penyakit Tuberkulosis. Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa rumah-rumah di Kabupaten Bantul cenderung tidak memenuhi standar dari rumah sehat (Febrianingtyas et al., 2018). Banyak ditemukan rumah-rumah yang kurang pencahayaan dan kurang ventilasi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan, rumah-rumah tersebut tidak termasuk rumah sehat.
Berdasarkan data yang dilampirkan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2020, daerah penderita penyakit Tuberkulosis paling banyak dialami di daerah kota Yogyakarta. Hal ini terjadi karena terjadinya urbanisasi di kota Yogyakarta. Selain itu, maraknya urbanisasi di kota Yogyakarta tentu akan menimbulkan tempat-tempat kumuh atau tempat tinggal tidak sehat yang menjadi faktor penyebaran penyakit ini.
ADVERTISEMENT
Maraknya kasus Tuberkulosis di Yogyakarta tentu harus menjadi perhatian pemerintah untuk mengatasi kasus-kasus yang ada serta mencegah penyakit ini. Untuk merealisasikan hal tersebut Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan sosialisasi mengenai infeksi laten Tuberkulosis di Kota Yogyakarta. Sosialisasi ini dihadiri oleh Dokter dan Programmer TBC Rumah Sakit dan Puskesmas se Kota Yogyakarta dengan jumlah peserta 70 orang. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka untuk menuju eliminasi TBC Tahun 2030.
Selain itu, kota Yogyakarta menjadi salah satu kota yang menyatakan komitmen dalam upaya percepatan eliminasi TBC tahun 2030. Sebagai upaya merealisasikan hal tersebut, di Yogyakarta terbentuklah sebuah komunitas Zero TB Yogyakarta. Zero TB ini merupakan sebuah komunitas inisiatif penanggulangan TBC yang berlandaskan pada tiga elemen, yaitu penemuan kasus secara aktif, pengobatan yang efektif, dan pencegahan TBC pada kontak serumah dengan penderita. Komunitas ini juga memiliki target dalam penurunan kasus TBC yaitu penurunan sebesar 50% kasus TBC dalam waktu lima tahun.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah dijelaskan diatas, penyebab dari menyebarnya penyakit Tuberkulosis adalah lingkungan yang tidak sehat. Oleh karena itu, Yogyakarta perlu mengurangi kawasan kumuh agar tidak memperluas penyakit ini. Hal ini direalisasikan oleh pemerintah Yogyakarta. Pada saat ini semakin berkurang wilayah-wilayah kumuh di kota Yogyakarta. Dilampirkan pada Januari 2022, kawasan kampung kumuh di kota Yogyakarta masih tersisa 94 hektare. Kawasan kumuh di kota Yogyakarta ini sudah semakin menurun terhitung sejak Februari 2021 yang masih tersisa 114,72 hektare.
Daftar Pustaka
Febrianingtyas, A., Purwanta, P., & Subekti, H. (2018). Hubungan Antara Tugas Kesehatan Keluarga Dalam Modifikasi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Penularan Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan, 7(1), 35. https://doi.org/10.46815/jkanwvol8.v7i1.84
Kristini, T., & Hamidah, R. (2020). Potensi Penularan Tuberculosis Paru pada Anggota Keluarga Penderita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(1), 24. https://doi.org/10.26714/jkmi.15.1.2020.24-28
ADVERTISEMENT