Puisi untuk Negeri: Negeri Para Cukong dan Reformasi Jilid 2?

KH Anwar Abbas
Wakil Ketua Umum MUI, Ketua PP Muhammadiyah
Konten dari Pengguna
12 September 2020 19:44 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KH Anwar Abbas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah pelajar membentangkan bendera Merah Putih saat digelar Upacara Sumpah Merah Putih dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda di lapangan Tugu Pahlawan. Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pelajar membentangkan bendera Merah Putih saat digelar Upacara Sumpah Merah Putih dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda di lapangan Tugu Pahlawan. Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
ADVERTISEMENT
Ini negeri siapa?
Katanya para cukong sekarang sedang sibuk berinvestasi dalam menghadapi pilkada. Bahkan seorang menteri mengatakan 92% dari para calon kepala daerah tersebut adalah mereka yang membiayainya.
ADVERTISEMENT
Apakah ini sebuah berita gembira atau alamat dari akan datangnya bencana dan malapetaka?
Para cukong itu adalah pengusaha. Segala sesuatunya dilihat dari untung ruginya.
Mereka tentu baru akan mengeluarkan uangnya jika telah selesai hitung2annya.
Sebab bagi mereka bila tidak ada labanya untuk apa gunanya.
Ini jelas sebuah berita duka, karena dampak yang akan ditimbulkannya tentu akan luar biasa. Sebab mereka yang akan terpilih jadi kepala daerah itu hanya raganya sementara kebijakan2 yang akan dibuatnya tentu akan lebih menguntungkan orang yang telah mencukonginya. Sehingga masyarakat luas hanya akan gigit jari dibuatnya.
Mengapa kita harus sedemikian khawatirnya ? Karena ali bin abi thalib sudah mengingatkan dan menasihati kita, di mana beliau berkata kalau engkau memberi kepada orang yang engkau kehendaki maka engkau akan bisa memerintah-merintahnya dan jika engkau meminta-minta kepada orang yang engkau kehendaki maka anda akan menjadi tawanannya.
ADVERTISEMENT
Jadi sudah terbayang oleh kita sebagian besar dari para kepala daerah yang akan terpilih ini tidak lagi akan berpihak kepada rakyatnya kalau ada itu hanya slogan saja untuk menina bobokkan elemen masyarakat yang mengkritiknya. Karena mereka sudah jelas akan terikat tangan dan kakinya sementara mulut mereka sudah pula disumpal dengan kasus-kasusnya dan kalau mereka melawan tinggal dibuka dan disebar aib-aibnya.
Sudah susah memang sekarang ini politik di negeri kita karena undang-undang yang mengaturnya memang sudah cacat dari semula sehingga dia tidak lagi berpihak kepada nilai dan norma tapi kepada siapa yang membiayai dan mendanainya.
Lalu timbul pertanyaan, rakyat dapat apa dan mau dibawa kemana?
Tidak tahulah karena semua kita sudah berfikir pragmatis semuanya. Yang penting bagi rakyat mereka dapat duit walau hanya sedikit. Lalu setelah itu mereka pun memberikan suaranya.
ADVERTISEMENT
Naif memang fakta dan datanya.
Tapi begitulah sekarang negeri ini nasibnya.
Sedih memang tapi anda mau mengapa ?
Sebab undang2lah yang telah membuat keadaan seperti itu adanya.
Dan para politisi terutama oligarkinya tidak mau mengubahnya karena akan mengurangi dan bahkan bisa2 membuat hilang pengaruh dan kekuasaannya.
Ingatlah, negeri ini kalau tidak ada perubahannya dalam beberapa waktu dan atau beberapa tahun ke depan maka tunggulah, bencana dan malapetaka tentu akan tiba karena rakyat yang hari ini diam dan tidak berbicara nanti kalau sudah tiba masanya di mana kedongkolan dan kemarahan mereka sudah sampai di puncaknya maka rakyat akan turun menempuh dan menggunakan caranya. Yang itu bisa sangat banyak alternatif dan pilihannya. Dan yang mengerikan bagi saya adalah terjadinya reformasi jilid dua.
ADVERTISEMENT
Untuk itu saya mengimbau kita semua, mari kita perbaiki keadaan yang ada agar negeri ini bisa bergerak dengan cepat ke arah yang diinginkan dan dicita-citakan rakyatnya yaitu menjadi negeri yang maju, adil makmur dan sejahtera. Semoga Allah SWT menolong kita rakyat dan bangsa Indonesia. Aamin.
--
Anwar abbas
Ciputat, Sabtu, 12 September 2020. Jam 8.00 pagi.