Barokah

KH M. Cholil Nafis
Dosen Tetap Program Doktor FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok
Konten dari Pengguna
2 April 2017 14:13 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KH M. Cholil Nafis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Acapkali kita mendengar kata barokah. Hidup yang barokah, rezeki yang barokah dan ilmu yang barokah. Termasuk kita napak tilas ke tempat perjuangan para rasul, para nabi dan para wali untuk mengambil barokah. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan kata Barokah.
ADVERTISEMENT
Barokah adalah berkembang. Yaitu bertambahnya kebaikan dalam sesuatu yang sudah baik. Sesuatu yang sedikit bisa berisi kebaikan yang lebih banyak. Mengerjakan sedikit tapi efek kebaikannya besar. Bahkan sesuatu yang tampak kecil dilakukan tapi mengandung kebaikan yang meluas. Seperti ibadah hanya satu malam pada Lailatul Qadar namun kebaikannya melebihi seribu bulan.
Bersyukur (Foto: Ben White/Unsplash)
Barokah itu harapan di setiap tempat dan waktu. Islam mengajarkan agar ketika sesama muslim bertemu maka sapaan pertama adalah mendoakan dapat barokah selain doa keselamatan. Demikian juga ketika Allah SWT menciptakan bumi di Bakkah (baca:Mekkah) menyebutnya yang barokah. Nabi Muhammad SAW mengawali doa di pagi hari kepada umatnya memohonkan Barokah. Semua itu demi mendapat berlimpah dan berlipatgandanya kebaikan.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaiman hidup yang barokah? Adalah hidup yang penuh kebaikan untuk dirinya dan orang lain. Ia punya rezeki, ilmu dan perjuangan yg membawa pada kebaikan untuk dirinya dan kebaikan untuk masyarakat. Bahkan kehidupan keluarganya memberi nilai dan inspirasi kebaikan untuk umat.
Semua kebaikan dari diri manusia berawal dari rezekinya. Jika rezekinya dari barang haram pasti hidupnya tak barokah, bahkan akan selalu gelisah di dunia dan kalau tak diampuni oleh Allah SWT kepak di akhirat akan disiksa di neraka. Hidup yang barokah harus hidup dengan rezeki yang halal dan baik.
Ada empat cara dan tingkatan Allah SWT memberi rezeki pada hamba-Nya. Pertama, rezeki yang telah Allah SWT siapkan kepada seluruh makhluknya yang melata di muka bumi tanpa terkecuali (surat Huud: 6). Kedua, Alllah akan memberi rezeki yang sudah disiapkan itu sesuai dengan upaya yang dilakukan oleh manusia tanpa membedakan status imannya. apakah itu muslim atau kafir (surat Al Mulk:15). Yang kerja keras dan kerja cerdas akan mendapat rezeki lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Allah akan menambah dan melipat gandakan rezeki orang yang bersyukur tanpa ada batasannya dan akan mendapat siksa-Nya manakala kufur. (surat Ibrahim:7). Mensykuri rezeki itu dengan berupaya mendapatkan rezeki secara halal dan menggunakannya di jalan Allah SWT. Keempat, Rezeki yang diberikan Allah SWT tanpa diduga dan tanpa terbilang. Hal ini hanya bagi orang yang bertaqwa kepada-Nya. Yaitu orang yang menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (surat Ath Thalalq:2-3).
Namun semua rezeki yang berlimpah itu kadang belum cukup. Karena "lebih banyak pasak dari pada tiang". Hidupnya masih dirongrong oleh kebutuhan dan gaya hidupnya. Maka Allah SWT akan memberi kecukupan kepada orang yang tawakkal kepada-Nya. Yaitu orang yang berupaya maksimal dalam mencari rezeki Allah SWT seraya berserah diri dan berdoa agar rezeki dan hidupnya barokah.
ADVERTISEMENT
Mari kita evaluasi, pada tingkatan yang mana dari empat cara itu dalam memperoleh rezeki. Mudah-mudahan Allah SWT memberkahi hidup kita. Amin.