Bersatu Itu Nikmat

KH M. Cholil Nafis
Dosen Tetap Program Doktor FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok
Konten dari Pengguna
26 Juli 2018 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KH M. Cholil Nafis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Saya berceramah di Poso (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Saya berceramah di Poso (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah, pagi ini (26/7), saya berkesempatan mengisi acara Tabligh Akbar di lapangan Sintuwu Maroso yang dihadiri oleh ribuan masyarakat Poso lintas agama, lintas etnis, dan lintas golongan. Hadir pada acara Tabligh ini, Wakil Ketua Umum Al-Khairaat, Habib Sholeh bin Muhammad al Jufri, Bupati Poso, Darmin As, Ketua DPRD Kab Poso, Kapolres, Tokoh Adat, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Poso benar-benar aman, damai, dan bersatu. Tak seperti bayangan kita sebelumnya, bahwa Poso daerah konflik. Nyatanya, sekarang benar-benar aman dan damai. Pemerintah, ulama, Polisi, TNI, dan masyarakat bersatu padu melawan bentuk perpecahan.
Dalam ceramah, saya menyampaikan beberapa hal, di antaranya soal persatuan umat dan masyarakat Indonesia, khususnya Poso. Bahwa bersatu itu Nikmat. Tak mungkin dapat menikmati hidup tanpa persatuan. Dan persatuan dapat terciptakan dan diraih manakala hatinya lembut dan saling menyayangi. Rakyat Poso sedang mendapatkan nikmat persatuan setelah sebelumnya pernah konflik. Maka peliharalah persatuan dan perdamaian di Poso ini.
Saya juga menyampaikan bahwa negara Indonesia adalah Islami dengan referensi ajaran Islam yang otentik dan mutawatir. Yaitu berdasarkan Shahifah Madinah (Piagam Madinah) sebagai konstitusi Islam pertama dalam Islam yang langsung diterapkan oleh Nabi SAW sebagai haditsnya. Bahwa dalam Shahifah itu tak menyebut model negara tapi berdasarkan kesepakatan (miitsaq) antar-penduduk negara Madinah, baik yang muslim maupun yang non-muslim.
Saya berceramah di Poso (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Saya berceramah di Poso (Foto: Istimewa)
Yang terpenting dalam bernegara adalah mencapai tujuan bersama: Mengangkat pemimpin yang adil, yang dapat memelihara harmonisasi agama sehingga bebas menjalankan ajaran agama dan tak menodai agama lain. Juga pemimpin yang diangkat harus dapat menjaga stabilitas sosial. Maka momentum pilpres nanti adalah mencari pemimpin yang dianggap bisa berbuat adil dan memberi kesejahteraan kepada masyarakat
ADVERTISEMENT
Pilpres tahun 2019 adalah suasana kompetisi antar-anak bangsa untuk memberi yang terbaik dalam rangka mengisi dan menggapai cita-cita kemerdekaan. Karenanya tak perlu kita menjelekkan yang lain, tak elok menyebut cebong atau kampret. Suasana pilpres itu persaudaraan dan persaingan bukan kondisi peperangan.
Dalam pasal Pertama di Piagam Madinah adalah Persatuan bagi seluruh penduduk Madinah (innahum ummatun wahidatun min dunin naas). Karena semua pembangunan, baik rohani atau jasmani dan mental atau spiritual landasannya adalah persatuan.
Sila dalam Pancasila pun menyepakati pentingnya Persatuan Indonesia. Undang-undang boleh berubah tapi Negara Kesatuan Republik indonesia tak boleh goyah apalagi diganti karena NKRI bagi kami adalah sesuatu yang final dan harga mati.
Terakhir saya menyampaikan pesan sebagaimana tausyiyah pertama Rasulullah SAW ketika hijrah ke Madinah: Jagalah dan sebarkanlah salam dan kedamaian, Rekatkanlah ikatan silaturrahim, selalu berbagi kepada lain sesuai dengan apa dan yang mampu diberikan, dan selalu ingat kepada Allah SWT di tengah malam saat orang-orang sedang tidur sebagaimana kita mengingat Tuhan saat yang lain sedang melalaikannya.
ADVERTISEMENT
Wallahu a’lam bishshawab.
---------------
M. Cholil Nafis, Lc. Ph D
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat