Haul Kiai Rukhiyat di Cipasung

KH M. Cholil Nafis
Dosen Tetap Program Doktor FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok
Konten dari Pengguna
3 September 2018 10:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KH M. Cholil Nafis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KH M. Cholil Nafis di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
KH M. Cholil Nafis di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Walhamdulillah saya diberi kesempatan untuk hadir dan mengisi acara haul ke 41 KH Rukhiyat dan haul ke-11 KH Ilyas Rukhiyat di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Selasa (28/8). Ribuan santri, alumni, dan jemaah tumpah ruah mengikuti rangkaian acara hingga akhir.
ADVERTISEMENT
Meskipun saya baru kemarin datang dari menunaikan haji, tapi saya sempatkan untuk mendapat berkah dan meneladani perjuangan Kiai Rukhiyat dan KH Muhammad Ilyas dalam pendirian bangsa Indonesia dan mengarahkan keluarga besar Nahdhatul Ulama.
Dalam perjalanan hidupnya, Kiai Rukhiyat selalu haus ilmu. Mengejar ilmu dari pesantren ke pesantren. Ia juga pejuang sejati, berkali-kali masuk penjara, mulai zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan setelah kemerdekaan. Ia kiai yg mengenyam pendidikan Salaf, namun jadi motor dan mendirikan pendidikan modern. Kini alumninya tersebar luas di pemerintahan, legislatif, dan yudikatif.
Kiai Muhammad Ilyas Rukhiyat berpegang teguh pada pendidikan keluarga, yaitu dari Kiai Rukhiyat. Beliau tak nyantri dan sekolah ke mana-mana, tapi ia bisa tembus ke mana pun. Ia ahli di organisasi NU sampai jadi Rais Aam. Kiai Ilyas juga pernah menjadi perwakilan rakyat dan jabatan pemerintahan.
Suasana acara haul ke 41 KH Rukhiyat dan haul ke-11 KH Ilyas Rukhiyat di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana acara haul ke 41 KH Rukhiyat dan haul ke-11 KH Ilyas Rukhiyat di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. (Foto: Istimewa)
Dua tokoh bapak dan anak inilah yg perlu diteladani oleh para santri dan alumni pesantren Cipasung. Saya pribadi ingin diakui sebagai santri Cipasung. Saya ingin mengkuti jejaknya perjuangan kedua almarhum yg bermula dari orang biasa dan belajar di dalam negeri namun berhasil mencetak santri dan alumninya yang bermanfaat bagi bangsa dan agama. Mereka telah membuktikan alumninya menjadi apa-apa dari tidak menjadi apa-apa.
ADVERTISEMENT
Hikmah haul yang diperingati tiap tahun adalah bakti anak kepada orang tuanya dan sebagai pelajaran untuk lebih mengingat jasa almarhum. Marilah kita ambil nilai dan pelajaran dari almarhum, dan menyesuaikan dengan perjuangan manusia.
Saya menyampaikan bahwa tidak ada santri yang nganggur, karena jiwa santri adalah bermanfaat bagi orang lain. Pesantren hingga saat ini mencetak orang yang mendalami agama juga menyiapkan tokoh reformis, tidak ada lulusan pesantren yang bercita-cita jadi orang kaya, dan hedonis tapi ingin hidup bahagia dan berguna.
Saya juga menyampaikan tentang perjuangan ulama bahwa Indonesia adalah negara paling Islami dan sesuai dengan Piagam Madinah yang digagas oleh Rasulullah. Salah satu unsurnya adalah persatuan bagi seluruh warganya, juga Nabi tidak menciptakan negara agama. Islam tidak menentukan suatu negara berdasarkan agama tetapi harus ada keadilan, memelihara agama, dan stabilitas sosial.
ADVERTISEMENT
Karena itu, supaya tidak sesat di jalan, Kyai saya berpesan kepada para santri Cipasung untuk membekali diri dengan ilmu yang benar jika ingin terjun di masyarakat dan di dunia politik.