Memahami Islam secara Teks, Konteks, dan Substansi

KH M. Cholil Nafis
Dosen Tetap Program Doktor FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok
Konten dari Pengguna
18 Juli 2019 13:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KH M. Cholil Nafis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Saat kaum Bani Qurayzhah melakukan pembangkangan terhadap pemerintahan Rasulullah SAW di Madinah, Rasulullah SAW mengutus beberapa sahabat untuk berdialog dan mengajak mereka ke pangkuan pemerintahan yang sah.
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad SAW pun berpesan kepada beberapa delegasi sahabat yang akan berangkat ke kampung Bani Qurayzhah: "Sungguh janganlah kalian salat kecuali di kampung Bani Qurayzhah". Di tengah perjalanan tibalah waktu asar. Sebagian rombongan sahabat bergegas untuk melaksanakan salat asar. Sedangkan sebagian sahabat yang lain mengikuti perintah Rasulullah saw untuk tidak melaksanakan salat asar, kecuali di kampung Bani Qayzhah.
Setelah para sahabat Nabi Muhammad SAW menjalankan tugasnya untuk melakukan negosiasi dan mengembalikan Bani Quraizhah ke dalam pangkuan pemerintahan Rasulullah SAW, mereka melaporkan keberhasilan misinya kepada Rasulullah SAW.
Selesai laporan misi persatuan, ada sahabat yang menyampaikan masalah salat asar, bahwa sebagian mereka ada yang salat asar tepat waktu di perjalanan dan ada yang mengqada di kampung Bani Qurayzhah. Rasulullah SAW tak menyalahkan salah satu dari keputusan mereka. (HR. Bukhori).
ADVERTISEMENT
Kiai Hasyim Asy’ari mengomentari hadis ini dalam kitab Risalatu Ahlissunnah wal Jamaah, bahwa seseorang dapat dan sah mengamalkan syariah sebatas dan sesuai dengan apa yang dipahaminya, dengan catatan bukan karena dorongan hawa nafsunya.
Ilustrasi hadis Bani Qarayzhah ini menunjukkan latar belakang dan kemampuan berpikir manusia pasti berbeda-beda, meskipun ketika memahami teks dan kondisi yang sama. Ada yang punya pola pikir tekstual dan ada pula yang punya pola pikir kontekstual, bahkan substansial. Yang memahami tekstual berfokus pada isi teks saja dan kadang mengabaikan pada kondisi dan kenyataan di sekitarnya.
Bagi yang berpola pikir kontekstual maka memahami perintah Nabi Muhammad SAW, disesuaikan dengan keadaan. Maksud perintah jangan salat asar kecuali di kampung Bani Qurauzhah agar rombongan segera sampai di tempat sebelum tiba waktu Maghrib. Sehingga tetap melaksanakan salat tepat pada waktunya.
Islam Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Selama penafsiran agama itu dilakukan dengan kerangka pikir keagamaan dan semata-mata mencari kebenaran, maka Nabi Muhammad SAW pun tak menyalahkan salah satu dari dua pendapat para sahabat yang berlawanan. Pendapat keagamaan dilarang ketika dimotivasi oleh kebohongan dan kepentingan duniawi.
Ada pelajaran berharga pada perbedaan para sahabat dalam satu rombongan yang mengemban misi perdamaian, namun berbeda dalam mengimplementasikan sabda Nabi Muhammad SAW. Di antara para sahabat ada yang meyakini pemahamannya sendiri, dan menjalankannya tanpa menyalahkan kepada pemahaman orang lain yang praktik keagamaannya berbeda dengan dirinya. Mereka rukun dalam satu misi yang diemban dari Rasulullah SAW sampai tuntas.
ADVERTISEMENT
Ada yang merasa benar sendiri dan cenderung menyalahkan pemahaman orang, bahkan mengganggu praktik ibadah orang yang berbeda dengan dirinya.
Umat yang memahami Islam wasathi (umatan wasatha) adalah memahami Islam yang tengah dan moderat. Yaitu berpijak kepada teks yang secara bersamaan menggapai konteks dan substansinya.